Handyphone atau telepon selular (ponsel) memang sudah menjadi barang kebutuhan utama bagi masyarakat kota. Jika dahulu waktu ponsel ini mulai marak di Jepang saya tidak menganggap perlu, sekarang rasanya tidak bisa keluar rumah tanpa dia (jadi ingat iklan apa ya di Indonesia, jangan tinggalkan rumah tanpa dia….) Karena dahulu setiap 100 m di setiap pojok jalan pasti ada telepon umum. Di peron stasiun, di mall, di sekolah, di mana-mana ada saja telepon umum. Saya mulai mempunyai ponsel karena saya menang undian lalu dikirim pesawat telepon yang sudah bernomor. Modelnya masih tebal seperti wireless phone rumahan. Jadilah saya pakai, meskipun kebanyakan hanya untuk menerima. Juga saya pakai dalam keadaan darurat, seperti terlambat dalam janji sehingga harus memberitahukan yang menunggu saya. Dan memang lambat laun keberadaan telepon umum yang tadinya banyak dimana-mana semakin berkurang….
Saya ingat pernah ada “peraturan” untuk tidak berbicara keras-keras memakai telepon di tempat umum atau dalam kereta. Karena waktu itu memang ponsel begitu mewabah sehingga nenek-nenek juga membawa telepon genggam itu dan karena tidak jelas terdengar di dalam kereta, mereka harus berteriak-teriak sehingga orang satu gerbong tahu pembicaraan mengenai apa. Kemudian timbul fungsi mengirimkan pesan singkat kepada teman yang memakai operator telepon sama (semacam sms) lalu fungsi email untuk mengirimkan email kepada mereka yang operator teleponnya lain. Dengan fungsi modern ini, suara-suara percakapan telepon yang mengganggu di dalam gerbong kereta pun hilang, diganti dengan dering telepon bermacam-macam, dan suara ckckckck orang menekan tombol HP untuk menuliskan email. Dengan adanya fungsi camera, kemudian kita juga bisa mengirim gambar atau video yang disebut Sha-me-ru…., dengan fungsi internet kita bisa membaca berita up-to-date…., dan kemudian sekarang dengan fungsi TV, selain bisa menonton TV, kita juga bisa berbicara sambil melihat teman bicara kita, real time.
Nah, kenapa judul posting saya hari ini adalah “Jangan beri anak anda HP?” Ini adalah himbauan dari sebuah Perkumpulan Pemerhati Pendidikan yang diketuai Rektor Keio University. Sebaiknya orang tua tidak memberikan anak-anak usia SD dan SMP memiliki ponsel. Sebabnya adalah meningkatnya kejahatan yang memakai ponsel. Tadinya saya sendiri merasa heran dengan imbauan ini. Sebab setahu saya, ponsel di Jepang sekarang memiliki fungsi GPS sehingga bisa mengetahui keberadaan sang anak dimana. Jadi bagus untuk security. Tapi waktu saya diskusikan dengan suami saya, ternyata fungsi Plus nya hanya sedikit.
Kejahatan terhadap anak-anak itu berasal dari fungsi email dan internet. Banyak email “nyasar” yang ingin berkenalan lalu berteman sehingga timbul sebutan “Me-ru tomo”(Teman Email), dan ingin bertemu…. akhirnya terciptalah kejahatan misalnya kejahatan sex, penculikan dll. Banyak pula situs-situs di internet yang mengajak untuk bunuh diri bersama, atau melakukan kejahatan bersama, mulanya dengan mengumpulkan orang-orang berhobi sama, tetapi kemudian berkembang menjadi sekte agama sesat, dll. Memang kalau melongok website di Jepang ini banyak sekali yang negatif. Misalnya waktu saya mencari foto seorang polwan di hari polwan, saya menemukan foto gadis cantik sexy dengan costum polisi wanita yang ketat dan mini. Tapi bukan itu saja, saya bahkan menemukan sebuah situs yang memperlihatkan foto-foto sadis kejahatan yang dilakukan terhadap polwan…. Minta ampun…. saya langsung tutup website tersebut dengan perasaan jijik, kesal dan kaget. Ternyata memang internet itu tanpa batas, bahkan kejahatan pun dipublikasikan tanpa sensor…. Tidka tahu apakah itu benar atau tidak..tapi seandainya yang melihat seorang anak bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan psikologis anak tersebut. Memang perlu Parent Control.
Nah kalau Parent Control bisa dilakukan pada PC di rumah, tapi pada ponsel? Memang sekarang sudah banyak operator yang menutup situs2 berbahaya supaya tidak bisa dibuka pada jenis HP tertentu atau jika pelanggannya di bawah umur. Saya benar-benar berpikir juga waktu membaca imbauan ini…apakah memang lebih baik tidak memberikan HP pada anak-anak, mengingat banyak kejahatan yang terjadi pada anak-anak akhir-akhir ini. Lalu saya sayangkan kecanggihan telepon genggam jepang yang menyediakan fasilitas internet. Coba seandainya HP di sini masih seperti di Indonesia yang hanya mempunyai fungsi sms….. Satu bukti lagi bahwa ternyata canggih tidak selamanya bagus.
********************
Setelah saya menulis topik ini, saya menemukan lagi sebuah hasil survey yang mendukung bahwa ponsel itu berbahaya. Satu dari 10 orang murid kelas 2 SMP yang memiliki ponsel, mempunyai Me-ru tomo (teman lewat email) yang tidak diketahui orang tua lebih dari 5 orang. Ini merupakan hasil survey Asosiasi PTA seluruh Jepang yang dilakukan pada 9600 orang murid kelas 2 SMP, dan kelas 5 SD serta orang tua mereka pada bulan November tahun lalu. Waktu ditanya siapa teman email pada murid kelas 2 SMP, mereka menjawab “Teman satu sekolah” sebanyak 85%, “Teman sejenis” 64%, “Teman lain sekolah” 49%. Sedangkan untuk kelas 5 SD, “Ibu” 76% dan “Ayah” 51%.
Pada murid kelas 2 SMP, “Kenal di BBS/chat Internet” 8%, “5orang lebih teman email yang sama sekali belum pernah bertemu” 12%, “Banyak teman email yg tidak diketahui orang tua”35%.
携帯電話を持つ中学2年生の10人に1人は、顔を知らないメール友達が5人以上いることが15日、日本PTA全国協議会の調査で分かった。「親の知らないメル友がたくさんいる」生徒も3人に1人に上り、携帯メールを通じた子どもたちの複雑な交友関係が浮かび上がった。調査は昨年11月、全国から抽出した中2と小5、その保護者の計9600人を対象に実施した。
携帯メールの相手を複数回答で聞いたところ、中2で最も多かったのは「同じ学校の友人」の85%、次いで「同性の友人」64%、「違う学校の友人」49%。小5は「母親」76%、「父親」51%の順だった。
中2では「インターネットの掲示板などで知り合った人」も8%おり、12%が「会ったことのないメル友が5人以上いる」と回答。「親の知らないメル友がたくさんいる」も35%いた。
Wah, di Jepang sudah segawat itu ya? Pengaruh internet bagi anak2 memang dilema. Di satu sisi banyak positifnya, di sisi lain negatifnya juga mengintip. Apalagi kalau internet bisa diakses di HP. Di Jepang memang tidak ada HP yang masih klasik, sekedar telephone dan SMS? Bagi anak SD-SMP mungkin HP jenis ini lebih bermanfaat. Yang penting orangtua bisa mengecek keberadaan anak sepulang dari sekolah.
HP klasik ngga ada tuh. Sedangkan model yang untuk anak kecil aja ada fungsi GPS nya yang pake satelit sehingga bisa tahu dia berada di mana. Pernah ada kejadian pembunuhan anak dan setelah itu marak pemakaian HP ber GPS itu. Tapi kalau sudah dibunuh ya sami mawon, dan HP nya dibuang kan sami mawon. Waktu itu sih pernah baca ada CHIP yang bisa ditanam di bawah kulit sehingga bisa tahu ada di mana. Tapi kok ya sampe segitunya ya? Kan anak-anak juga punya Hak Asasi ya? Kalau begitu kan sama seperti robot. Susah punya anak di Jepang, bahaya mengancam terus.