Christmas Shopping

13 Des

Hari Minggu (11 Desember) kemarin, aku bertemu adikku yang tinggal di kota tetangga karena mau menitip koper kosong untuk diisi 😀 (ngga deng, cuma mau kasih pinjam koperku hehehe). Ya dia akan mudik untuk Natalan nanti ke Jakarta. Sudah menjadi kesepakatan kami berdua, untuk gantian pulang menengok orang tua. Kalau aku bisanya waktu libur musim panas, yaitu bulan Juli/Agustus, dia akan pulang waktu Natal dan…. Golden Week yang kebetulan berdekatan dengan ulang tahun Mama di bulan Mei. Jadi paling sedikit orang tua kami bisa bertemu dengan anak-anaknya yang di Jepang 3 kali setahun. Meskipun ruginya kami jarang sekali bisa pulang bersamaan, kecuali ada acara khusus seperti waktu itu ulang tahun pernikahan mama papa yang ke 40.

Kami janji bertemu di stasiun ShinYurigaoka, dan makan siang bersama di sebuah restoran Jepang bernama Yumean 夢庵 yang termasuk semacam family restaurant. Waktu kami masuk ke restoran itu, kami diwajibkan melepas sepatu dan menaruhnya ke dalam loker sepatu khusus tamu. Loker itu terbuat dari kayu, berupa laci-laci dengan kunci dari kayu juga. Di bagian bawah kotaknya lebih tinggi dari yang lain, khusus untuk menaruh sepatu lars panjang (boots). Pada musim dingin begini, banyak wanita memakai boots tinggi, sehingga hampir semua laci boots itu penuh. Untung saja aku tidak pakai boots tinggi, sehingga bisa dimasukkan ke laci biasa. Tapi kupikir loker ini tidak ramah untuk orang asing, karena nomornya pakai hiragana 😀

Loker penyimpan sepatu bernuansa tradisional di restoran. Kuncinya juga dari kayu! Bagian bawah yang panjang untuk sepatu boot.

Kebanyakan restoran yang mempunyai ruang tatami atau meja dengan horigotatsu (kursi rendah dengan kaki seperti dimasukkan dalam bak tanpa air tentu) . Beda tatami dengan horigotatsu, jika tatami = lesehan kita harus melipat kaki dan duduk di lantai, tentu dengan resikoperut berlipat, sedangkan horigotatsu itu hampir sama dengan duduk di kursi biasa, tapi kakinya masuk ke dalam tanah. Kami mendapat tempat duduk di horigotatsu. Kemudian kami memilih makanan dari menu yang tersedia. Biasanya musim dingin, menu yang populer adalah kerang Kaki (oyster), dan nabe atau rebusan yang dimakan panas-panas. Aku suka makan kerang Kaki  tapi karena aku pernah keracunan, aku hanya makan yang digoreng saja. Tidak berani lagi makan yang mentah. Keracunan kerang itu beresiko kematian!

Horigotatsu dan Oyster goreng

Setelah makan, kami berenam pergi ke departemen store yang menyatu pada stasiun tersebut. Tadinya sih aku hanya menemani adikku yang mau berbelanja. Tapi akhirnya aku juga ikut belanja deh. Apalagi waktu dia masuk ke toko khusus jual snacks. Wah, jadi tergoda deh membeli untuk Riku dan Kai (dan mama Imelda hahaha). Toko khusus ini memang jauh lebih murah dari tempat lain, sehingga mengundang orang untuk borong. Yang lucu di sini banyak permen/jajanan jadul. Jadi sekaligus bernostalgia deh. Tapi di antara jajanan jadul itu ada yang baru satu kali aku coba namanya morokko fruits yoghuru モロッコ・フルーツ・ヨーグル.

kiri : Kai pertama kali bermain game "garuk" , kanan: snack jadul

Terus terang aku itu jarang pergi ke mall, jadi kesempatan juga sekalian dengan adikku jalan-jalan cuci mata. Kenapa aku jarang ke mall? Ya, karena aku lebih sering belanja online. Bisa pilih barang tanpa harus keluar ongkos, bahkan sering kali di online harga barang jauuuh lebih murah. Negatifnya: jarang jalan kaki dan bawa barang berat. Ringan di dompet, berat di badan hahaha.

Riku, Kai dan hadiah natal dari tantenya

Setelah itu kami pulang ke rumah adikku dan menikmati kopi toraja. Saat itu adikku memberikan hadiah natal untuk Riku dan Kai. Semestinya sih ditaruh di bawah pohon Natal, tapi…anak-anak mana bisa tahan dan sabar menunggu hari. Langsung deh dibuka saat itu juga. Dan tentu saja Riku senang sekali dengan hadiahnya, karena itu salah satu wishlistnya : Lego Pirates of Caribbean Isla de Muerta (Island of Death). Sedangkan Kai dapat yang On Stranger Tides. Terima kasih ya tante Titin! Dan selamat merayakan hari Natal dan Tahun Baru bersama Opa dan Oma. Peluk cium kami untuk semua di Jakarta.

Sebagai bonus foto, adalah foto gerhana bulan total yang terjadi Sabtu tanggal 10 Desember 2011 sekitar pukul 10-11:30 malam. Cuma berhasil memotret beberapa, karena posisi memotret yang sulit (persis di atas kepala) dan udara yang dingiiiiin sekali!

Gerhana Bulan Total Sabtu 10 Desember 2011 malam.

Yuki dan Mochi

10 Des

Yuki adalah bahasa Jepang untuk Salju, sedangkan mochi tentu sudah banyak orang Indonesia yang tahu, yaitu kue yang terbuat dari beras ketan, yang kalau di Indonesia sering berisi kacang dan berlapis “bedak”. Kalau berbicara tentang Yuki dan Mochi, biasanya aku teringat pada produk LOTTE yang bernama Yuki Daifuku. Daifuku adalah mochi yang berisi sesuatu, bisa pasta dari kacang merah, atau stroberi dan lain-lain. Penampakannya seperti ini.

Dua hari ini, Jumat dan Sabtu, kami mengalami keduanya. Salju dan Mochi.

Sebagai bagian dari kurikulum TK nya Kai, tanggal 9 kemarin seharusnya kami mengikuti acara MOCHITSUKI (Membuat mochi dengan cara menumbuk beras ketan panas-panas, sampai halus dan bisa dibentuk menjadi kue mochi). Ini merupakan kegiatan tradisi TK ini yang selalu diadakan bulan Desember, sebelum libur Musim Dingin. Tapi, kenyataannya kemarin kami tidak bisa mengadakan acara itu karena hujan.

Ya, waktu aku bangun ternyata hujan dan aku menunggu telepon berantai yang menyatakan bahwa acara dibatalkan. Jika hujan memang pasti dibatalkan, tapi untuk kepastiannya akan ada pemberitahuan lewat telepon sekitar pukul 7 pagi. Setelah menerima telepon pemberitahuan dan meneruskan kepada orang tua yang lain, aku mempersiapkan bento (bekal makanan) untuk Kai. Karena aku kerja hari Jumat, aku telah minta pada Gen untuk ambil libur dan menemani Kai selama acara. Aku tidak bisa membatalkan kelas, karena sudah mendekati ujian akhir. Sambil mempersiapkan bento, aku melihat ke luar jendela, TERNYATA hujan berubah menjadi salju. Saljunya memang langsung mencair begitu menyentuh tanah, tapi tetap salju…..

WAH! Salju di awal Desember adalah hal yang aneh sekali. Belum pernah terjadi. Sudah bisa dipastikan transportasi akan terganggu. Jadi aku minta Gen untuk mengantarku ke stasiun setelah mengantar Kai dengan mobil. Benar saja, di halte bus kulihat banyak orang sudah menunggu bus yang tak kunjung datang. Mereka yang biasanya naik sepeda, pada hari hujan/salju akan menggunakan jasa bus. Aku bersyukur sekali Gen mengantarku sampai stasiun, sehingga aku malahan lebih cepat sampai di universitas daripada biasanya. Dan tentu saja Kai senang sekali diantar-jemput oleh papanya.

Memang sudah diberitahukan oleh pihak TK, bahwa jika Jumat hujan, maka acara akan digeser ke hari Sabtu. Orang Jepang memang selalu penuh perhitungan. Selalu ada simulasi, jika hujan bagaimana…. bahkan mereka juga berpikir sampai jika Sabtu hujan bagaimana. Jadi sering kami mendapat pemberitahuan pengadaan acara dengan dua alternatif tanggal pengganti jika hujan/badai/hal darurat lainnya.

Jadi Sabtu pagi ini aku bersama Kai (papanya ngantor, Riku tinggal di rumah) menghadiri acara Mochitsuki di TK nya Kai. Cuaca cerah hangat, sehingga aku tidak perlu memakai jaket tebal. Bersepeda ke TK, cukup sulit mencari tempat parkir sepeda, karena cuaca cerah menyebabkan satu keluarga datang! Satu anak paling sedikit 2 orang…bisa dibayangkan penuhnya deh.

Tapi acara pembuatan mochi ini dilaksanakan di luar, di halaman sekolah. Ada dua usu 臼 atau lumpang kayu dan sebuah penanak nasi tradisional untuk memasak nasi ketan. Setiap kelas (ada 9 kelas) mendapat 8 kg nasi ketan. Setelah ditaruh dalam lumpang, tiga bapak orang tua murid memukul/menumbuk nasi ketan dalam lumpang dengan palu khusus, sampai halus.

lumpang berisi nasi ketan yang sudah mulai halus

Tentu saja di tengah acara penumbukan nasi ketan itu diberi waktu untuk membuat acara potret bersama, guru, murid dan orang tua murid. TK ini bekerjasama dengan satu foto studio yang mengabadikan acara-acara TK sepanjang tahun. Nanti ada kesempatan orang tua murid untuk memesan dan membeli foto-foto kenangan tersebut. Tentu saja agak mahal dibanding dengan memotret sendiri, tapi memang bagus hasilnya. Untung aku sempat minta tolong mamatomo (mama temannya Kai) untuk mengambilkan fotoku. Jadi bisa aku pasang di sini. 😀 (Tak lupa harus diblur wajah orang yang lain ya)

Anak-anak diberi kesempatan memegang palu pemukul mochi

Aku senang dengan kegiatan ini, karena banyak anak-anak tidak tahu bagaimana mochi itu dibuat, apalagi secara tradisional. Kalau bukan kita yang melestarikan budaya itu, siapa lagi dong. Nah, setelah mochi itu halus, ditaruh di dalam panci besar dan dibawa ke kelas masing-masing. Di kelas ibu-ibu yang bertugas membuat kue mochi bulat dengan 4 rasa. Pasta kacang merah, saus mitarashi yang asin, kecap asin dengan nori, dan bertabur bubuk kedelai. Karena buatan sendiri dan cepat-cepat tentu bentuknya tidak bagus, tapi rasanya enak, karena langsung dimakan saat itu juga. Mochi kalau tunggu terlalu lama menjadi kering dan kurang enak. Aku sampai lupa mengambil foto hasil jadinya, karena tidak begitu bagus dipandang hehehe. Ternyata 8 kg itu cukup banyak sehingga semua bisa makan, dan aku bawa pulang bagianku untuk Riku.

Untuk tahun ini, kegiatan mochitsuki adalah kegiatan TK terakhir, karena mereka akan libur musim dingin dari tanggal 22 Desember sampai 9 Januari.

Kamon

9 Des

Setiap pagi aku mengambil koran dari selipan pintu apartemen kami. Kalau hujan koran itu pasti dimasukkan plastik. Dan kemarin aku langsung menggunting plastik itu dan mengeluarkan selebaran pamflet-pamflet promosi yang pernah aku tulis di Sepuluh Pagi.  Nah kali ini mataku tertaut pada sebuah selebaran yang menarik menurutku.

Selebaran tentang rumah masa depan.... Laaah rumah masa sekarang saja belum punya 😀

Selebaran itu adalah promosi rumah masa depan! Letaknya cukup dekat apartemenku. Seluas 0,56m persegi harganya CUMA 2.478.000 yen. Itu sudah termasuk ongkos pemakaian abadi, biaya pembangunan, batu nisan dan biaya pahatan tulisan + pajak. Ya…pamflet yang menawarkan kuburan/makam. Harganya bisa semahal itu karena terletak di pusat kota. Kalau mau cari yang murah harus cari di pinggir kota, atau kalau perlu ke daerah sekalian. Dan di tempat ini tertulis shukyou jiyu (agamanya bebas). Memang dulu orang Jepang pasti maunya dimakamkan di kuil Buddha, dan berarti dengan cara Buddha. Tapi orang Jepang modern sudah lebih bebas menentukan agama apa yang dipilih atau tanpa agama sekalian. Karena itu biasanya mereka membeli makam di pemakaman swasta yang tidak mempersoalkan agama. Biasanya yang membeli kuburan sendiri adalah anak ke dua dan ke tiga (dst) karena anak laki-laki pertama (dan keluarganya)  akan dikubur di makam keluarga yang turun temurun.

Nah yang menarik dari selebaran itu bukan promo makamnya tapi halaman belakangnya. Di situ tertulis : “Apakah Anda tahu KAMON keluarga Anda?

gambar-gambar simbol di belakang pamflet yang sama : Kamon

Bukan kemon yang sering diucapkan oleh Riku dari bahasa Inggris Come ON. Tapi Kamon 家紋 dalam bahasa Jepang yang berarti lambang keluarga. Sejak dulu keluarga tertentu memakai Kamon sebagai lambang garis keturunan, garis darah atau hubungan keluarga, bahkan status. Pada jaman Heian (th 794 – 1185), kaum bangsawan memakai lambang keluarga ini pada kegiatan sehari-hari seperti  baju, kuda, surat-menyurat, yang dilanjutkan secara turun temurun, dan ini dapat dikatakan merupakan awal mulanya kamon. Pada jaman setelah itu yaitu jaman Kamakura (1185 – 1333), kaum samurai menyebarkan pemakaian lambang ini untuk memperjelas perbedaan keluarga yang berpihak pada samurai atau yang merupakan musuh.

Pada jaman sekarang, lambang ini bisa dilihat pada kimono hitam di bagian leher belakang, atau pada makam keluarga yang dipahat di batu nisannya. Tapi memang keberadaannya mulai berkurang, bahkan banyak anak muda sekarang yang tidak mengetahui kamon atau simbol keluarganya. Memang kesannya feodal sekali, tapi rasanya kalau kita lebih melihat itu sebagai bentuk budaya, kita bisa terus melestarikan keberadaannya, bukan?

Nah, sambil mengumpulkan bahan untuk tulisan ini, aku langsung menghubungi ibu mertuaku untuk menanyakan lambang keluarga deMiyashita. Karena aku memang pernah melihatnya di kimono yang dipakai ibu mertuaku itu, dalam perayaan perkawinanku. Dan inilah lambang keluarga kami.

Kamon keluarga kami : Migimitsu Tomoe 右三つ巴. Baru sadar bahwa lambang ini sering digambarkan juga di Taiko (gendang Jepang)

Memang Jepang mempunyai banyak lambang-lambang. Aku tidak tahu apakah keluarga bangsawan Indonesia punya lambang-lambang tertentu. Yang aku tahu paling kesultanan Hamengkubuwono dan Pakubuwono punya lambang kerajaannya. Tapi selain itu aku tidak tahu, mungkin teman-teman ada yang tahu?

Solar Term

7 Des

Kebetulan salah seorang komentator yang bernama Mata Sapi di postingan WINTER ingin mengetahui tentang penghitungan atau kalender matahari yang menentukan istilah-istilah musim di Jepang. Namanya Nijuusekki 二十節気 (24 posisi matahari). Mumpung masih ingat dan sempat menerjemahkan aku tulis di sini ya.

Dalam kalender lunisolar Asia Timur, satu tahun dibagi menjadi 24 posisi matahari berdasarkan pembagian ekliptika (lintasan yang dilalui matahari seperti terlihat dari bumi) menjadi 24 bagian dengan jarak bujur 15°satu sama lainnya.  Dalam pembagian satu tahun menjadi 4 musim, setiap musim dibagi menjadi 6 posisi matahari yang masing-masing lamanya 15 hari.  Setiap posisi matahari diberi nama yang melambangkan fenomena alam dan musim. Sistem ini berasal dari Cina dan juga digunakan di Korea, Jepang, dan Vietnam ( memakai kanji).

Bujur

Terjemahan

Istilah Jepang

Tanggal

+ – 1 hari

Keterangan

315°

Awal Musim Semi

立春
risshun

Feb 4

330°

Air hujan

雨水
usui

Feb 19

Lebih banyak hujan daripada salju

345°

Bangunnya serangga

啓蟄
keichitsu

Mar 6

Secara harafiah berarti bangunnya serangga yang tidur.

Equinox musim semi

春分
shunbun

Mar 21

Pusat musim semi. Panjangnya malam dan siang sama.

15°

Bersih dan terang

清明
seimei

Apr 5

30°

Hujan gandum

穀雨
kokuu

Apr 20

Hujan membantu gandum tumbuh

45°

Awal musim panas

立夏
rikka

May 6

60°

Gandum penuh

小満
shōman

May 21

Gandum menjadi gemuk

75°

Jenggot gandum

芒種
bōshu

Jun 6

90°

Titik balik matahari pada musim panas

夏至
geshi

Jun 21

 solstice

105°

Sedikit panas

小暑
shōsho

Jul 7

120°

Banyak panas

大暑
taisho

Jul 23

135°

Awal musim gugur

立秋
risshū

Aug 8

150°

Sisa panas

処暑
shosho

Aug 23

165°

Embun putih

白露
hakuro

Sep 8

Kandungan air membuat embun putih

180°

Equinox musim gugur

秋分
shūbun

Sep 23

Panjangnya siang dan malam sama

195°

Embun dingin

寒露
kanro

Oct 8

210°

Turunnya embun es

霜降
sōkō

Oct 23

225°

Awal musim dingin

立冬
rittō

Nov 7

240°

Sedikit salju

小雪
shōsetsu

Nov 22

255°

Banyak salju

大雪
taisetsu

Dec 7

270°

Titik balik matahari pada musim dingin

冬至
tōji

Dec 22

Solstice (sejatinya musim dingin dimulai tgl ini)

285°

Sedikit dingin

小寒
shōkan

Jan 6

300°

Banyak dingin

大寒
daikan

Jan 20

Jadi kalau menurutsolar term ini Musim di Jepang seharusnya:

Musim semi : dari  Risshun  立春 4 Feb sampai 5 Mei

Musim Panas : dari Rikka 立夏 6 Mei sampai 7 Agustus)

Musim Gugur : dari Risshu  立秋  8 Agustus sampai 6 November

Musim Dingin : dari Ritto  立冬  7 November sampai 3 Februari

 

Tapi jika mengikuti astrology barat maka:

Musim Semi : dari 21 Maret sampai 21 Juni
Musim Panas : dari 22 Juni sampai 22 September
Musim Gugur : dari 23 September sampai 21 Desember
Musim Dingin : dari 22 Desember sampai 20 Maret

Jadi…. sekarang tanggal 8 Desember belum winter dong…. heheheh dan memang meskipun kemarin-kemarin pernah suhu minimum 4 derajat, hari ini kabarnya suhu max 12 derajat dan minimum 9 derajat. Masih belum stabil (dinginnya).

Aku meliburkan Kai dan diriku sendiri Selasa dan Rabu ini, sehingga bisa sembuh total dari batuk yang kami derita. Besok bisa siap belajar dan bekerja kembali….horreee!

Harmoni Menyentuh

6 Des

Harmoni Menyentuh adalah salah satu lagu dari Katon Bagaskara yang terdapat dalam album dengan nama yang sama. Dan memang posting ini ingin menceritakan tentang Katon dan Natal Bersama di Tokyo.

Tanggal 4 Desember lalu KMKI (Keluarga Masyarakat Kristen Indonesia)  mengadakan acara Natal Bersama di Odaiba. Memang kegiatan seperti ini selalu dilaksanakan setiap tahun, dan sudah 4 tahun aku absen mengikutinya. Hisabisa datang ke acara KMKI, yang dimulai pukul 4 sore untuk mengikuti ibadah. Aku juga heran acara Natal biasanya diadakan paling cepat minggu ke dua Desember. Karena sudah pasti pada minggu pertama Desember ada Ujian Kemampuan Bahasa Jepang, yang banyak diikuti pelajar dan mahasiswa Indonesia di Tokyo. Selain itu biasanya diadakan hari Sabtu, tapi entah kenapa tahun ini diadakan hari Minggu…. entah karena tidak ada tempat atau menunggu ujian selesai (yang menurutku belum tentu mereka bisa mengejar jam pelaksanaan yang jam 4 untuk ibadah dan jam 6 untuk perayaan).

Tadinya kupikir Gen dan kedua anakku akan pergi  jalan-jalan dan tidak mengikuti kebaktian, eh ternyata mereka berhasil duduk diam mengikuti kebaktian yang menurutku…hmmm agak kurang khidmat. Eh tapi ini menurutku saja, dan kalau kutelaah mungkin karena dalam pikiranku, belum memikirkan tentang Natal. Bayangkan di kala baru 1 lilin advent menyala (masih awal bulan Desember), kami harus membayangkan sesuatu yang sebetulnya baru akan dirayakan 3 minggu kemudian. Dikarbit. Memang agama Katolik tidak menyetujui perayaan Natal pada masa Advent, TAPI untuk kemudahan pengadaan secara oikumene (gabungan semua gereja Katolik dan Kristen), maka kami, umat katolik, tetap ikut merayakan (dengan resiko ya gitu hatinya belum Natal).

Tema Natal tahun ini : "Dalam balutan kasih, kebersamaan itu indah"

Telaah keduaku, karena tempatnya terlalu mewah. Tempat pengadaan memang di gedung bagus dengan panggung besar, tapi menurutku ya masih kecil sih. Mungkin kapasitasnya sekitar 300 orang. Untung ditambah dengan kursi di atas jadi bisa memenuhi pengadaan kursi, yang katanya sih sekitar 400 orang hadir pada perayaan (bukan ibadah, ibadah paling juga 150 orang). Aku memang merindukan pelaksanaan di gedung Balai Indonesia yang menyatu dengan Sekolah RI di Tokyo. Memang kecil dan sederhana, tapi justru kesan sederhana itulah yang ngangenin. Kecil dan sederhana itu juga bisa menyatukan kerja panitia sehingga benar-benar bisa merasakan “melayani umat” dan hati, tentu saja dengan segala clash/ ketidak setujuan kecil yang terjadi. Well, sebelum 4 tahun yang lalu, aku selalu terlibat dalam panitia Natal.

Oh ya dalam ibadah biasanya juga ada penyalaan lilin Natal, waktu kami menyanyikan lagu “Malam Sunyi”. Tapi karena gedung konser, tidak boleh ada api (bahaya kebakaran), maka tahun ini lilin yang dipakai adalah lilin elektrik. Lucu juga sih.  Dan akhirnya ibadah selama 1,5 jam akhirnya selesai kami diwajibkan keluar ruangan untuk makan bersama, berbentuk bento, di lantai bawah (tentu saja karena ruangan konser tidak bisa dipakai untuk makan-makan). Sayangnya menu masakan bentonya semua pedas, kecuali sate ayam, sehingga Kai hanya bisa makan sate ayamnya saja. Aku senang sekali bisa bertemu dengan pendeta-pendeta yang masih setia mendampingi gereja-gereja yang ada di Tokyo, dan mereka masih ingat padaku. Tapi setengah yang lain adalah orang-orang baru, yang tidak kukenal. Sampai pernah terbersit dalam pikiranku, jika ibu-ibu, bapak-bapak dan pendeta-pendeta ini tidak ada….ah betapa sepinya. (Diplomat/karyawan memang biasanya dalam siklus 3-4 tahun akan pulang). Harus mencari teman baru yang lebih muda nih 😀

Pukul 6 sore, acara kedua berupa perayaan (hiburan) dimulai. Kami masuk lagi ke ruangan konser, dan harus berebut tempat duduk lagi (yang strategis) dan akhirnya Gen beserta anak-anak pindah ke atas supaya bisa melihat lebih jelas. Sebagai acara pembukanya, kelompok orang Jepang yang tergabung dalam Lagu-lagu Kai menyanyikan lagu-lagu Natal dan lagu Indonesia. Aku salut pada bapak pemimpin yang kutahu tidak muda lagi tapi bersemangat mengajak hadirin untuk menyanyi bersama.

Setelah itu baru Katon Bagaskara muncul dengan satu lagu Natal dan beberapa lagu lawasnya. Suara Katon yang khas agak terdengar bindeng karena udara dingin, tapi tetap memukau. Penyanyi itu kalau live memang bagus yang suaranya. Sempat Katon turun dari panggung, dan melihat Riku yang melambai-lambai di atas. Ya sambil menonton pertunjukannya Katon ini, aku merasakan harmoni menyentuh. Paduan suara antara Katon dan penonton yang masih hafal lagu-lagunya! Benar-benar membuatku merinding. (Aku tentu saja ikut nyanyi duonnng!) Eh ada satu kali lagi yang membuatku merinding, yaitu waktu menyanyikan lagu terakhir “Indonesia Raya”. Wuiiiih sudah berapa tahun aku tidak menyanyikan Indonesia Raya bersama. Dulu aku masih suka datang ke upacara kemerdekaan di SRIT dan menyanyi bersama, sekarang? Dengarpun tidak, kecuali di TV waktu pulkam, tapi tidak di Tokyo.

Bersama bapak dan ibu Duta Besar

Jam 8 lebih acara selesai. Dan aku melihat Ira di panggung melambaikan tangan ke arahku. Aku memang mendapat sms darinya, bahwa dia membawakan sesuatu untuk kami. Jadi harus ketemu. Eh, tak lama anak-anakku turun dari atas, dan langsung lari ke panggung! Minta foto dengan Katon. Senang sekali melihat Katon langsung menggendong dan mencium pipi Kai begitu melihat Kai datang menghampiri. Mungkin Kai fans nya Katon yang termuda ya? hehehe. Untung saja kedua anakku fans dengan Katon, sehingga kami sekeluarga bisa membuat foto bersama Katon di atas panggung hehehe.

deMiyashita with Katon Bagaskara @Tokyo 2011

Malah aku tidak sempat berfoto dengan Ira karena mengikuti dia ke belakang panggung untuk mengambil CD lagu-lagu KLa yang dicover oleh band-band Indonesia. Dan akhirnya juga rencana bertemu Katon dan Ira Selasa sore tadi harus dibatalkan karena Kai semalam batuk parah sampai muntah. Aku juga 🙁 Warning untuk kami deh ….. Memang musim dingin banyak kemungkinan terserang Noro Virus dan Radang Telinga, selain masuk angin dan influenza tentunya. Ah, semoga nanti bisa bertemu kembali di Jakarta kalau kami mudik ya Ra….

 

Jumpa Fans dan Sahabat 😉

Manggung Pertama

3 Des

Kalau minggu lalu Riku pertama kali bermain drama, maka hari ini Kai pertama kali manggung di TK! Judul acaranya adalah : Otanoshimi-kai お楽しみ会, ya semacam pentas seni yang diharapkan dapat menyenangkan yang menonton. Kegiatan ini selalu diadakan setiap bulan Desember setiap tahun. Penontonnya tentu saja ayah-ibu-kakak-adik + kakek-nenek. Untung tidak ada yang bawa satu kampung ke TKnya Kai hehehe.

Kelas Kai, Tulip dibagi menjadi 4 kelompok yang membawakan tarian yang berbeda. Kai sendiri masuk kelompok yang terdiri dari 10 orang dan tampil terakhir yang membawakan tarian : Ninja Taiso 1-2-3. Karena menggambarkan gerak-gerik Ninja, mereka memakai kostum ninja-ninjaan. Untuk membantu guru TK nya memakaikan kostum tarian, setiap kelompok diminta bantuan seorang ibu. Karena kelompok  Kai kebanyakan mempunyai bayi, jadi aku menawarkan diri untuk membantu.

Acaranya sendiri mulai jam 10 pagi, sedangkan aku dan Kai harus berada di kelasnya untuk ganti kostum pada pukul 8:50. Padahal hari ini hujan lebat dan dingin. Tidak bisa naik sepeda ke TK. Jadi aku minta tolong papa Gen untuk mengantarkan kami naik mobil dan diturunkan di depan TK. Papa Gen dan Riku akan datang tepat pukul 10. Kelas Tulip mendapatkan giliran pertama, tapi kami harus menonton acara keseluruhan sampai pukul 12.

Kai dengan baju ninjanya

Begitu sampai di kelas, kelas sudah penuh dengan  anak-anak dan  orang tua. Agak sulit untuk bergerak di dalam kelas, tapi rupanya gurunya ingin membiarkan orang tua melihat anak-anaknya berganti baju kostum. Paling tidak bisa membuat foto sebelum manggung. Bener deh namanya orang tua yang punya anak di TK itu, apalagi anak pertama, heboh dengan mengambil foto dan video. Perasaan dulu waktu Riku kami tidak gitu-gitu banget deh hihihi.

Nah, setelah berganti dengan kostum, orang tua dipersilakan ke aula tempat menonton tari-tarian. Sedangkan aku masih tinggal untuk memasangkan atribut-atribut lain, dan mengantar mereka ke belakang panggung. Bukan itu saja, aku harus membuka rompi 6 anak laki-laki karena akan dipakai oleh kelas selanjutnya. Lalu mengantar 10 anak ini ke kelas untuk ganti baju lagi dengan baju seragam. Hmmm lumayan sibuk, karena itu aku sendiri hampir tidak bisa menonton tarian Kai secara lengkap. Tapi aku pernah melihat waktu latihan, jadi urusan memotret aku serahkan pada Gen dan Riku saja.

Kai paling kanan

Senang juga bisa melihat anak-anak di belakang panggung. Sama sekali tidak terlihat muka-muka yang tegang. Mereka bahkan ikut bernyanyi waktu terdengar lagu tarian teman yang giliran sebelum mereka. Muka tegang tidak ada, apalagi yang nangis. Aku juga bangga pada Kai karena dia yang waktu latihan sempat nangis karena tidak mau berpisah dengan aku, tapi hari ini dia benar-benar menari sebisanya. Persiapan guru-guru TK ini memang hebat. Semua sudah dipersiapkan dengan seksama. Semua atribut diberi nama pemakai, sehingga tahu atribut siapa yang kurang. Dan mereka juga menggunakan kostum milik TK seminim mungkin sehingga orang tua sama sekali tidak perlu mengeluarkan uang untuk kostum manggung. Selain itu ada kardus berisi atribut cadangan jika terjadi “kecelakaan” seperti robek atau putus. Semua kemungkinan sudah dipikirkan. Hebat ah….

Oh ya perlu diketahui anak-anak semua NO MAKE UP!, tidak seperti di Indonesia banyak acara manggung anak-anak yang diberi make up sampai medok oleh orang tuanya. Drama waktu Riku pun selain kumis yang diperlukan, anak-anak yang manggung sama sekali no make up. Yang penting kan cerita/gerak dan gaya mereka BUKAN hiasannya. Dan ini aku setuju sekali.

Dengan acara manggung ini, selain belajar berani untuk tampil di depan umum sejak dini (Kai -4 th) , mereka juga belajar untuk menjaga keharmonisan gerakan dengan temannya, bertanggung jawab pada tugasnya, serta belajar tepat waktu. Sssstt meskipun tidak manggung, mamanya juga ikut belajar bersama anak-anak loh 😀

NB: Kalau teman-teman perhatikan, foto yang aku tampilkan di blog ini, jika memuat foto muka anak-anak Jepang, pasti aku blurkan wajahnya. Ini menyangkut hak privasi yang tidak boleh sembarangan memuat foto tanpa ijin orang yang bersangkutan. Jadi memang disengaja.

 

Winter

2 Des

Waktu berbalas komentar dalam statusnya mbak Titik yang sekarang berada di Naruto mengenai “dingin”, ada hal menarik yang kurasa bisa disharekan di sini. Yaitu pernyataan Titik kemarin (tanggal 1 Desember) bahwa menurut temannya masih akhir musim gugur. Belum musim dingin. Dan ya, memang menurut kedudukan (letak) matahari ternyata yang namanya Musim Dingin (Winter) itu baru dimulai tanggal 22 Desember dengan istilah Touji 冬至. Padahal sejak 23 November lalu sudah shousetsu ditulis chiisai yuki (小雪). Taisetsu ditulis ookii yuki 大雪 nanti tgl 7 Desember. Kanji yuki itu mengelabui pemikiran bahwa salju = winter. Jadi resminya  winter di Jepang itu mulai tgl 22 Desember nanti sampai 20 Maret tahun depan.  Tapi kalau menurut hitungan bulan sebagaimana orang luar negeri (western lain) ya masuk Desember sudah winter.

Hari ini, Jumat 2 Desember sudahlah layak dikatakan winter. Suhu udara hanya 4 derajat. Pagi diawali dengan hujan yang kemudian menjelang siang udara menjadi kering dengan langit mendung, untung awannya berwarna putih sehingga tidak ada kemungkinan salju. Langit sebelum turun salju menurutku mempunyai warna yang khas. Intinya hari ini dingiiiiiin sekali! Seakan winter menyerang lebih cepat.

Dinginnya Tokyo lebih terasa waktu aku pulang tadi. Naik bus dari Kichijouji menuju rumah. Di sebelahku duduk seorang ibu muda dengan bayinya yang digendong di depan dengan belt khusus. Bayinya menangis…. terus. Karena Kichijouji adalah terminal awal, aku pikir juga, si ibu mestinya bingung meredakan tangis bayi sampai halte dia turun nantinya (dan ternyata haltenya hanya beda satu denganku).  Aku sapa dia dengan mengatakan, “Bayi kamu lapar?” Dia bilang belum waktunya minum. “Saya rasa dia kepanasan”.
Bayangkan bayi sekecil itu menempel di badan ibunya. Bayi itu sendiri sudah memakai baju tebal, masih pakai jaket lagi dari luar gendongannya. Kalau aku jadi ibu itu aku akan lepaskan gendongan dan pangku biasa. Tapi memang beresiko sulit memasang gendongan itu lagi. Ah bepergian dengan bayi sendiri itu memang ribet, dan aku sudah dua kali mengalaminya Ibu muda! Percayalah dia kepanasan.

Lalu si ibu muda membuka jaket si bayi, dan aku sapa si bayi, ” Sebentar lagi sampai ya…..” Padahal bus belum berangkat 😀 Dan si bayi berhenti menangis, melihat mukaku. Mungkin dia pikir “nenek” asing di sebelahnya bicara apa sih? Dan bus mulai jalan bergerak, Untuk sementara dia bisa diam. Tapiiiiii setiap bus berhenti di halte sang bayi menangis lagi. Bayangkan perjalanan naik bus selama 20 menit diiringi oleh tangis bayi? Aku tahu pasti si ibu kelabakan (meskipun tidak begitu ketara sih) dan penumpang lain bersungut-sungut dalam hati. Belum lagi ada seorang anak berusia 1 tahun lebih yang duduknya tidak jauh dari kami. Dia mendengar bayi yang menangis itu, dan ikut-ikutan menjadi rewel…. duh…ributnya.

Masalah perubahan suhu yang drastis memang menyebalkan. Dalam kendaraan umum kita tidak bisa menanggalkan jaket/coat padahal biasanya kendaraan itu dilengkapi heater. Belum lagi coat itu sendiri memang berat jika dipakai terus-terusan. Hari ini aku merasa capek dua kali lipat hanya karena memakai coat mulai hari ini. Tapi seperti sebuah komentar yang kubaca tadi: “Masih mending dingin dong daripada panas!”… ya aku merasa orang itu benar. Kalau dingin kita masih bisa memakai baju berlapis-lapis, tapi kalau panas, kita tidak bisa membuka baju atau kulit kita kan? Belum lagi winter di Jepang disemarakkan dengan illuminasi lampu-lampu sampai bulan Februari (puncaknya memang waktu Natal, tapi sebagian lanjut terus sampai Februari). Sinar lampu-lampu itu sedikitnya bisa menghangatkan hati meskipun pundak terangkat,kerah baju menutup leher dan  tangan terbenam dalam saku. Dan selain lampu hiasan ilumination ini, Jepang masih ada Kairo, untuk menghangatkan tubuh.

Welcoming Wonderful Winter!

Pencapaian

1 Des

Hanya mau posting pendek saja, mumpung awal bulan baru…. padahal tadi sempat tergoda untuk libur posting.

1. Selama bulan November aku BERHASIL menulis 29 tulisan. Ya setiap hari satu kecuali tanggal 1 November karena aku sakit. Kadang tergoda untuk tidak posting,dan saat malas seperti itu waktu  mendekati jam 12 malam, sambil membuka dashboard, aku berkata, “OK mel tulis..apa saja. Yang penting nulis, kalau perlu pakai foto”. Senang dan puwassss deh bisa mengalahkan diri sendiri. Semoga masih bisa diteruskan lagi.

2. Berkat dukungan dari teman-teman Twilight Express sejak awal terbit sampai sekarang sudah mendapatkan lebih dari 20.000 komentar. Dan seperti kebiasaanku, aku membalas tidak memakai kolom komentar, tapi langsung menjawab di bawah komentar teman-teman (kalau sempat dijawab yah,….. banyakan ngga sih …mohon maaf belum bisa perfek pengaturan waktunya sih). Jadi jumlah 20.000 itu murni dari teman-teman. Domo arigatou gozaimasu….sambil menjura. Dan komentator ke 20.000 adalah Indobrad (lucu deh, dia jaraaaaaang banget ke sini, tapi lucky bener dapat hadiah dari TE). Selamat yah. Next target angka cantiknya adalah: 20202 deh (Ayo Uda, pantau terus yah :D)

Komentator ke 20.000 untung masih keburu dicapture.....

 

Masih banyak calon tulisan mentah di draft, masih banyak di kepala. Ide-ide baru yang menunggu antrian diselesaikan, padahal waktu cuma sedikit. Apalagi menjelang tutup tahun yang sibuk. Hari ini saja Tokyo dingiiiin sekali, max 7 derajat. Brrrr. Tapi malam ini kami masih bisa bertahan tidak pakai heater di dalam rumah. Yang pasti kami harus menjaga kondisi badan supaya tetap sehat, dan tidak kalah dengan virus flu. Aku berharap teman-teman juga demikian.

Aku tutup tulisan ini pukul 23:43 malam. Good night….

Mellow

30 Nov

Tidak tahu apakah karena menjelang akhir bulan, atau menjelang akhir tahun, atau pengaruh cuaca, tapi sejak kemarin malam aku ingin menangis terharu terus. Apa pasal?

Kemarin malam seperti biasa sebelum tidur, kami pasti berdoa bersama kemudian aku membacakan buku untuk Kai. Jarang sekali Kai tertidur sebelum cerita itu selesai, bahkan bisa minta nambah…tidak seperti kakaknya yang sering sudah tertidur pada halaman ke 3 :D. Tapi kemarin malam entah kenapa, aku mulai menasehati anak-anak. “Mama tahu Riku dan Kai masih kecil, tapi mama ingin Riku dan Kai bisa mandiri. Misalnya kalau ada gempa, Riku dan Kai sudah tahu harus berlindung di bawah meja kan? Tapi seandainya nih, Riku di sekolah, mama di universitas, papa juga di kantor, Kai di TK. Kemudian terjadi gempa. Riku dan Kai tidak bersama mama kan. Atau Riku sendiri di rumah. Paling sedikit Riku harus tahu di mana air minum dan makanan. Kita harus bersyukur loh bahwa waktu gempa Tohoku Maret lalu, Riku dan Kai ada bersama mama. Coba Riku masih dalam perjalanan pulang dari SD, lalu Kai di penitipan….wah mama pasti panik.”

Kai menyela, “Tapi aku mau sama mama terus…”
“Iya dong Kai…. mama juga mau sama Kai terus. Tapi adakalanya tidak bisa begitu. Gini ya, mama mau cerita. Waktu gempa di Kobe, ada anak umur 3 tahun (anggap namanya Boya) naik mobil dengan mama dan adiknya yang masih bayi. Mamanya nyetir, dan gempa datang. Lalu mobil mereka tertimbun pasir dan batu. Si Boya selamat tapi mama dan adiknya meninggal. Boya ini tahu bahwa mamanya selalu bawa air minum dalam mobil, jadi dia cari dan minum. Dengan minum terus dia bisa hidup sampai 3 hari ditemukan team SAR. Karena itu mama juga mau Riku dan Kai tahu tempat mama simpan makanan dan minuman. Itu di teras luar kan ada pet botol isi air. Seandainya kurang air waktu gempa, air itu bisa diminum, karena itu air ledeng. Tapi…. sebetulnya itu mama simpan buat WC dan bersih-bersih. Ingetin mama untuk beli makanan persiapan gempa ya, soalnya yang sekarang sudah kedaluwarsa, sampai Oktober kemarin. ….”

“Mama sih cerita begini sebelum tidur…”Riku berkata.
“Iya maaf, tapi ngga ada waktu lain kan untuk mama cerita gini sama Riku dan Kai kecuali sebelum tidur… Ayo kita berdoa saja”
Seperti biasa aku berdoa, dan terakhir Kai akan menambahkan, “Tuhan tolong semua supaya bisa bangun besok. Tolong semua supaya sehat. Tolong semua supaya tidak mimpi buruk…..” tapi kemarin malam dia menambahkan dengan kalimatnya sendiri, yang intinya “Tuhan kalau gempa supaya ada bersama kami”.
Aku kaget….. lalu aku tegaskan, “Tentu jika gempa, kalian takut, langsung berdoa. Tuhan pasti tolong!”
“Tuhan dengarkan doa kami. Amin”

Ahhhhhhh aku benar-benar terharu. Tanpa aku suruh, Kai bisa berdoa semanis itu. Benar-benar bangga pada Kai. Dan malam ini sebelum aku menulis posting ini aku dibuatnya terharu lagi.

Sebagai desert aku memberikan coklat buat semua. Satu orang dapat sekitar 3 biji. Dan aku lihat Kai masih punya satu biji coklat, sedangkan kakaknya, papa dan aku sudah habis. Mungkin dia melihat papanya kasih satu bagiannya kepadaku, karena aku kasih satu kepada Riku. Tiba-tiba Kai memberikan coklat terakhirnya itu kepada papanya. Tapi papanya bilang, “Ngga usah untuk Kai saja.” Lalu dia kasih ke aku, dan aku bilang tidak usah juga, itu kan bagian Kai. Lalu aku tanya, “Kai mau kasih ke Riku?” (Riku yang memang suka coklat seberapapun kurang). “Mau. Riku…. ini buat Riku” …. Aku bengong, sambil liat suamiku. Gen langsung peluk Kai, juga aku. “Anak baik”….
Lalu waktu mandi bersama Kai sesudah itu, aku tanya mengapa Kai kasih coklatnya ke Riku? Lalu dijawab, “Karena senang!”
“Oh Kai senang?”
“Riku kan senang”
“Oh maksud Kai, Kai senang kalau Riku, Mama dan Papa senang?”
“Iyaaaa……”

Ah, aku menghapus air mata lagi sambil memeluk Kai. “Mama juga senang kalau Kai senang”

Senangnya mempunyai anak yang percaya Tuhan dan senang menyenangkan orang lain. Semoga Kai yang sekarang berumur 4 tahun, bisa tetap mempunyai hati usia 4 tahun, meskipun dia berangsur menjadi besar dan dewasa. Dan aku merasa diingatkan oleh anakku sendiri.

Doa St Fransiskus dari Asisi:

Tuhan,
Jadikanlah aku pembawa damai,
Bila terjadi kebencian,
jadikanlah aku pembawa cinta kasih,
Bila terjadi penghinaan,
jadikanlah aku pembawa pengampunan,
Bila terjadi perselisihan,
jadikanlah aku pembawa kerukunan,
Bila terjadi kebimbangan,
jadikanlah aku pembawa kepastian,
Bila terjadi kesesatan,
jadikanlah aku pembawa kebenaran,
Bila terjadi kesedihan,
jadikanlah aku sumber kegembiraan,
Bila terjadi kegelapan,
jadikanlah aku pembawa terang,
Tuhan semoga aku ingin menghibur dari pada dihibur,
memahami dari pada dipahami,
mencintai dari pada dicintai,
sebab
dengan memberi aku menerima,
dengan mengampuni aku diampuni,
dengan mati suci aku bangkit lagi,
untuk hidup selama-lamanya.
Amin.