Museum Doraemon

24 Jul

Mumpung masih hangat, (baru saja pulang) aku tuliskan kegiatan deMiyashita hari ini Selasa 24 Juli 2012 ya.

Aku memang sudah tahu bahwa ada Museum Doraemon yang baru dibuka (belum sampai setahun September 2011), tapi aku baru sadar ketika mendengar lonceng di stasiun yang terdekat universitasku…. lagu doraemon! Rupanya ada di dekat situ. Jadi karena aku perlu menyerahkan nilai mahasiswa hari ini, sekalianlah kuajak anak-anak berkunjung ke museum Doraemon. Soalnya kalau menyediakan waktu dengan sengaja, bisa-bisa tidak akan sampai, karena lumayan jauh dari rumah kami.

Kira-kira 2 minggu yang lalu, aku membeli tiket masuk museum itu di konbini (convinience store) Lawson. Hanya bisa di Lawson, dan pakai mesin Loppi.  Sistemnya sama dengan waktu membeli karcis museum Ghibli, yaitu memilih tanggal dan grup masuk. Ada 4 grup yaitu pukul 10 pagi, 12, 2 siang dan 4 sore. Kupikir kalau jam 2 takutnya pulangnya kemalaman, sehingga aku memilih grup masuk pukul 12. Harga tiketnya cukup murah yaitu 1000 yen untuk dewasa/mahasiswa, dan 500 yen untuk anak usia 4 th sampai SD (3 tahun ke bawah gratis).

Meskipun ngantuk (mengoreksi nilai 60 orang melelahkan ya), aku Riku dan Kai berangkat dari rumah pukul 9:30. Perjalanan yang cukup jauh, tentu saja sambil aku mengatakan “Mama setiap Jumat begini loh”. Kami akhirnya sampai di stasiun Mukogaoka Yuen pukul 11:15. Untung sekali waktu kami keluar stasiun banyak taxi menunggu, karena biasanya jarang sekali. Jadi aku menyuruh ibu supir taxi untuk mengantarkan aku ke univ, dan menunggu bersama Riku dan Kai, sementara aku berlari ke administrasi Univ untuk menyerahkan nilai. Setelah aku kembali, dengan taxi yang sama pergi ke Museum Doraemon. Berkat taxi itu juga kami bisa sampai di depan museum pukul 11:45, dan bergabung dengan pengunjung lain yang sudah mulai antri.

Sebelum pergi aku sebetulnya sempat googling apakah boleh membawa kamera atau tidak. Banyak yang menulis boleh, yang menyebabkan aku sempat memasukkan DSLRku ke dalam ransel, ….tapi kok berat ya. Jadi aku tinggal dan mencukupkan diri dengan kamera Canonku yang kecil. Dan untung saja. rupanya di dalam museum sendiri tidak boleh memotret, hanya boleh di tempat-tempat tertentu dan di luar gedung. Ya peraturannya mirip-mirip Ghibli deh.

Foto-foto di luar museum, waktu masih antri. Setelah masuk tidak boleh mengambil foto sih

Kesanku? Sebagai orang yang tidak terlalu nge-fans dengan Doraemon sih, rasanya museum itu biasa-biasa saja. Jauuuuh lebih suka Ghibli Studio. Memang sesuai namanya Fujiko F. Fujio Museum, bukan Doraemon Museum, museum ini lebih banyak menceritakan tentang pengarang Fujiko F Fujio yang meninggal th 1996. Untuk anak-anakpun rasanya tidak terlalu mengetahui sejarahnya pengarang Doraemon sehingga agak membosankan. Tapi karena masing-masing pengunjung mendapatkan satu “telepon” untuk mendengarkan penjelasan sesuai dengan nomor-nomor yang tercantum di dinding, jadi ya lumayanlah.

Tapi anak-anak senang waktu bisa berfoto dengan Giant yang muncul dalam cerita  sumber air. Juga setelah menonton film pendek khusus tentang animasi Doraemon dkk, kami dibawa ke kebun antara lantai 1 dan 2. Di situ ada Dinosaurus, pintu ajaib, dan pipa beton tempat bermain Nobita. Salah satu kekurangan tempat ini adalah pengelolaan restoran. Kami pengunjung tidak boleh membawa makanan dan minuman, sehingga sudah pasti harus makan di restoran. Tapi begitu banyak (max sehari 2000 pengunjung) memakai ruangan yang kecil, sehingga kami harus antri minimum 2 jam! Lucu juga sih sistem menunggu antrian. Kami diberikan nomor masuk, dan kode QR, dengan telepon yang biasa membaca QR code, kami bisa mengetahui sudah berapa banyak penunggu sebelum kita yang berkurang, sehingga kita bisa perkirakan kapan kembali ke restoran. Bahkan jika kita mau, bisa mendaftar nomor telepon di situs antri itu, dan jika giliran sudah dekat, kita akan menerima telepon.

Menghabiskan 2 jam dalam lembab, membuat bete juga, apalagi aku ngantuk sekali. Anak-anak sih bisa bermain DS, tapi aku kan tidak bisa. Ada beberapa kali aku tertidur waktu duduk. Dan akhirnya kami bisa makan jam 3:30! Sudah itu, jenis makanannya sedikit sekali, meskipun masing-masing makanan dihias “doraemon” atau temannya. Kai seperti biasa memesan ramen, Riku tadinya mau burger, tapi karena tidak ada, jadi pesan Tonkatsu (Daging goreng) dan aku pesan nasi+ hamburger. Karena lapar, ya enak-enak saja sih. Cuma kupikir museum ini perlu memikirkan cara supaya jangan membuat pengunjung sampai menunggu 2 jam lebih deh. Tapi ya kupikir, toh aku tidak akan ke sini lagi 😀 Lain dengan ghibli aku masih suka pergi berkali-kali.

Setelah makan, melihat toko souvenir lalu kami pulang. Kalau mau taksi lagi, kami harus menelepon dulu. Jadi aku bilang, kita naik bus saja deh. Kebetulan ada bus yang akan berangkat. Lucunya bus khusus itu badannya berhiaskan lukisan doraemon dan teman-teman. Pernak-pernik nya semua doraemon, terutama tombol untuk memberitahukan turun di halte (yang sebetulnya tidak dipakai, karena trayeknya sudah pasti stasiun-museum saja).

“Bagi penumpang yang mau turun, silakan tekan ini”

Buat pecinta doraemon, dan mengerti seluk beluk animasi dan sejarah doraemon, maka museum ini patut dikunjungi. Atau paling tidak membelok ke toko souvenir dan membeli segala jenis souvenir doraemon. Kamu suka doraemon?

Pantai dan Macet

23 Jul

Lanjutan cerita yang ini.

Keesokan paginya tgl 16 Juli aku terbangun pukul 5 pagi dan diajak ibu mertua untuk berendam lagi di pemandian air panas. Hmmm saat itu aku masih ingin tidur, jadi aku bilang nanti aku nyusul deh. Akhirnya sekitar pukul 5:30 aku pergi sendiri, dan sempat selisipan jalan dengan ibu mertuaku. Masih pagi memang, tapi jangan pikir tempat berendam itu kosong! Tidak penuh tapi lumayan banyak orang…. terutama nenek-nenek hehehe. Memang nenek-nenek itu bangun pagi sekali (Nah loh jadi aku nenek dong karena sering bangun pagi sekali hehehe).

Kali ini karena aku sendiri, juga tanpa janji dengan yang lain, aku bisa santai menikmati pemandangan laut pagi hari diiringi kicauan burung uguisu atau burung  bulbul ( Horornis diphone) yang terdengar dekat sekali. Biasanya jarang sekali bisa dengar suaranya, sehingga aku merasa beruntung. Coba rumahku dekat dari sini ya, seminggu sekali pasti berendam di sini deh hehehe.

Pemandangan dari restoran waktu sarapan pagi

Sekembalinya aku ke kamar, kami bersiap untuk breakfast jam 7 pagi. Sarapannya di restoran yang sama dengan makan malam kemarin, dan aku mendesak semua untuk siap sebelum jam 7 pagi. Bisa kubayangkan bahwa akan terjadi antrian, karena orang Jepang biasanya pagi-pagi sekali makannya. Benar saja, ternyata waktu kami sampai pukul 6:55 restoran sudah penuh 75%, dan untung kami bisa mendapat meja di samping kaca jendela, sehingga bisa melihat langsung pemandangan laut di pagi hari.

Breakfast ala buffet, foto dari website hotel

Sistem sarapannya buffet, dengan menu Japanese dan Western. Kami sudah menerima informasi dari ibu mertua mengenai apa saja yang enak, karena dia sering menginap di sini. Telur ikan tara yang dibakar tidak boleh lewat, dan puding caramel. Ternyata tiramisunya juga enak, tidak manis dan berasa orange segar. Aku belum pernah makan yang tidak machtigseperti tiramisu hotel ini. Biasanya aku tidak begitu kecanduan makan tiramisu. Aku sendiri mengambil sarapan sedikit saja, karena tahu pasti si Kai tidak bisa menghabiskan makanan yang dia ambil (inginkan). Kai makan selalu sedikit dan jarang makan nasi… makanya dia tidak segemuk aku hihihi. Jadilah aku membersihkan piring Kai, dan minum kopi. Selama dua hari di hotel begitu, aku menyadari aku kehilangan dua hal, yaitu kopi dan internet :D. Beneran di hotel ini tidak ada koneksi internet di kamar, sehingga kalau mau pakai wifi harus ke lobby hotel. Padahal kami jarang ke lobby karena cukup jauh dari kamar. Untung saja aku masih bisa cek email dari HP, sehingga tidak bete deh.

mengambil yang katanya enak saja : tiramisu dan telur ikan bakar (kanan bawah)

Setelah charge batere masing-masing (maksudnya sarapan :D), kami memutuskan untuk bermain di pantai yang bisa dicapai 5 menit naik mobil. Karena kami masih punya banyak waktu sampai jam cek out jam 11. Lagipula aneh rasanya kalau kita berlibur ke daerah pantai, tapi sama sekali tidak bermain di pantai 😀 lucu kan.

Kai, yang memang lahir di hari laut, dan berbintang cancer, dan namanya berarti dayung, sangat senang bisa melihat laut. Meskipun kami memang tidak membawakan baju renang, karena perkiraan kami air lautnya pasti dingin (dan memang benar). Meskipun air dingin, matahari terik pukul 9 pagi, cukup membuat kulit kami terbakar.

 

Sementara Riku dan Kai bermain dengan ombak, Gen berusaha menangkap kupu-kupu yang banyak beterbangan di pantai itu. Katanya jenis graphium sarpedonyang cukup sulit didapat di Tokyo. Tapi karena anginnya cukup kencang, kupu-kupu itu terbang cepat dan tidak bisa hinggap lama-lama, sehingga cukup sulit menangkapnya. Akhirnya bisa juga sih tertangkap satu kupu-kupu untuk menambah specimen kami. Sekitar pukul 9:30 kami meninggalkan pantai kembali ke hotel untuk cekout sekitar pukul 10:30….

Sebetulnya masih ada waktu untuk jalan-jalan di tempat wisata yang ada di sekitar daerah itu, seperti museum gelas, taman dan cable car, tapi aku takut terkena macet, jadi aku minta Gen untuk langsung menuju arah pulang saja….. DAN untung saja! Karena ternyata dari hotel kami harus kembali lagi menyusuri jalan pantai dan jalan itu maceeeet sekali! Ntah kenapa, mungkin jalannya memang tidak bisa menampung jumlah mobil, atau hampir semua orang juga mau cepat-cepat pulang dan takut terjebak macet sepertiku, pokoknya jalan tol yang membayarpun macet 😀 Sampai pukul 3 siang kami belum bisa masuk ke jalan highway menuju Tokyo, sehingga TERPAKSA mampir di sebuah restoran dan istirahat makan siang.

Kenapa aku bilang terpaksa? Karena memang restoran itu adalah restoran pertama yang ada setelah keluar dari jalan tol pesisir. Karena menyediakan masakan ikan, aku mau (aku lagi tidak suka makan daging). Nah, begitu kami naik ke lantai dua tempat resto itu berada tertulis jelas-jelas “Kami tidak meminjamkan WC kecuali bagi yang makan”… hmmm Kami memang mau makan, jadi tidak “tersinggung” tapi kurasa banyak yang tujuan utamanya mau ke WC, dan terpaksa makan di situ. Jeleknya lagi restoran itu menyajikan menu yang harganya mahal! Tapi ya sudah kami pesan saja, dan betapa kami kaget karena porsinya besar-besar! Ibu mertuaku sempat bilang, ini pasti tidak ada yang biasa habiskan. Seakan-akan mereka memaksa kita makan 2 porsi dengan harga 2 porsi. Memang tidak salah, tapi kan seakan “penodongan”. Mestinya mereka bisa menyediakan 1 porsi yang kecil dengan harga separuhnya. Tapi kubilang, “Ya mereka mungkin mau makanannya cepat dan banyak yang terbeli, sehingga menetapkan harga segitu”.

Riku mendapatkan porsi yang termahal, yaitu nasi dengan sea urchin (uni). Sudah lama kami tidak bisa membeli sea urchin, karena sedikit sekali dijual padahal Riku suka sekali. Jadi ibu mertuaku memaksa membelikan Riku makanan kesukaannya. Kesukaan Kai adalah nasi dengan telur ikan salmon (ikura), dan tentu saja porsinya besar. Gen makan nasi dengan sashimi dari ikan yang cukup mahal, ibu mertuaku memesan ikan goreng (dan 1 porsi itu berisi 2 ikan goreng! Siapa yang bisa habiskan 2 ikan goreng sih…akhirnya oleh ibu mertuaku dibawa pulang satu ekor heheheh). Aku sendiri memesan set sashimi yang termurah, karena aku memang sedang tidak bisa makan banyak.

Untung saja deh pemandangan menghadap ke lautnya bagus, jadi bisa sedikit menghibur hati yang rada kesel dengan keculasan pemilik toko. Setelah selesai makan, kami segera naik mobil lagi dan melanjutkan perjalanan yang masih macet terus sampai sekitar pukul 6:30 baru bisa masuk highway menuju Yokohama dan mengantar ibu mertua pulang ke rumah. Well, dua hari yang melelahkan tapi senang sekali karena keluarga kami bisa mencuri start liburan musim panas bersama keluarga.

Gunung Fuji yang terlihat menyembul di balik awan. Diambil dari mobil yang bergerak

Hot Spring for Summer

20 Jul

Waktu aku menulis judul di atas, sempat tersenyum atas permainan kata bahasa Inggris. Spring (musim semi) for Summer (musim panas). Padahal maksudku adalah hot spring yang berarti pemandian air panas atau bahasa Jepangnya onsen 温泉. Dan memang orang Jepang sangat suka mandi di pemandian air panas (belerang) sepanjang tahun tak mengenal musim. Memang sih aku sendiri belum pernah lihat atau mengalami apakah hotel-hotel pemandian air panas itu laku atau tidak pada puncaknya musim panas, tapi mengingat biasanya tempat-tempat yang mempunyai pemandian air panas itu banyak yang berada di pegunungan, maka sepertinya orang Jepang memang suka pergi ke onsen setiap saat. Padahal menurut pendapat kita wajarnya jika udara panas, maunya ngadem bukannya masuk ke air panas kan? But believe me, masuk dan berendam di air panas pada musim panas, membuat badan kita segar dan bersih dari keringat. Tapi memang panasnya air berendam itu cukup 38 derajat saja 😀

Tanggal 14-15-16 sebetulnya adalah renkyuu 連休 atau hari libur berturut-turut di Jepang. Tapi tentu saja dong deh, suamiku mesti kerja pas hari Sabtunya juga hari Seninnya, tapi dia minta ijin libur hari Senin tgl 16, karena itu hari ulang tahunnya Kai. Jadi kami punya libur dua hari tgl 15-16 Juli. Karena cari waktu libur yang panjang untuk kami itu sulit, setelah susah payah mencari kamar di hotel Akazawa Hotspring di Izu, kami mendapat satu kamar suite yang bisa ditempati untuk 5 orang. Sebetulnya ibunya Gen mau men”traktir” keluarga kami saja, tapi aku ajak ibunya juga ikut bersama. Toh cukup tempatnya untuk 5 orang.

Untung juga hari Sabtunya Gen bisa pulang kerja pukul 6 sore, sehingga cukup waktu untuk tidur. Kami berangkat pukul 5:30 pagi dari Nerima untuk menjemput ibunya Gen di Yokohama, lalu ke Hotspring Akazawa itu. Perkiraan kami tentu jalanan macet di mana-mana sehingga perlu waktu extra. Kami memasuki daerah Izu yaitu tempat banyak hotspring yaitu Yugawara persis di depan pantai, dan kami memutuskan untuk mampir makan pagi di sini. Tapi karena baru pukul 9 pagi, baru sedikit toko yang buka. Kami akhirnya makan udon (mie Jepang yg tebal) yang memang banyak terdapat di mana-mana seluruh Jepang. Di situ Riku dan Kai juga sempat bermain kendaraan di lapangan. Kalau melihat Riku, kadang aku lupa bahwa dia masih kanak-kanak karena sehari-harinya begitu dewasa. Tapi dengan bermain begitu, terlihat dia memang masih kanak-kanak… yang mau memperhatikan dan membantu adiknya.

 

Kami kemudian melanjutkan perjalanan dan sampai di hotel sekitar pukul 11:40. Sudah bisa cek in, tapi baru bisa masuk kamar pukul 15:00. Tapi sambil menunggu kami bisa menggunakan fasilitas hotel yang ada, sambil menitipkan barang bawaan kami.

pemandangan dari lobby hotel

Pertama kami pergi ke kolam renang untuk mengantar Riku, Kai dan papanya berenang. Kolam renangnya cukup besar, tapi karena memang hari libur, penuh dengan keluarga. Anak-anak kecil di mana-mana 😀 Riku sudah bisa sendiri di kolam besar yang kedalaman airnya 1 meter, sedangkan Kai dia senang bermain di kolam cetek khusus untuk anak-anak, dan ada perosotannya. Bagi dia kedalamannya pas untuk dia berenang gaya bebas 😀

 

 

Sekitar jam setengah 2 aku bersama A-chan (nama panggilan ibu mertuaku) pergi ke restoran untuk memesan bir. Bir dingin di siang hari memang enak, dan kebetulan kami mendapat tempat di teras restoran. Sayangnya kami tidak langsung memesan makanan sehingga waktu Gen dan Kai bergabung pukul 2:30 sudah lewat last order dan tidak bisa pesan makanan, hanya minuman. Jadi kami tidak berlama-lama lagi di restoran kolam renang itu, dan kembali ke hotel karena sudah bisa masuk kamar. Kami menumpang mobil hotel untuk  kembali ke hotel karena memang kolam renang ini agak terpisah dengan wilayah hotel tapi masih satu kompleks (cukup jauh untuk jalan kaki).

contoh kamar kami, diambil dari website resmi hotel

Kami mendapatkan kamar suite yang terdiri dari satu kamar dengan dua tempat tidur  ala western, dan satu kamar tatami dengan 3 kasur ala japanese (dan satu tempat tidur di kamar tatami yang sebetulnya untuk Kai tidak ditempati, karena Kai masih “bayi” mau tidur sebelah mama terus….. gitu deh aku selalu harus rela menggunakan setengah tempat tidur karena berdua Kai terus :D) Sayang pemandangan ke luar tidak begitu bagus karena pantainya tertutup dengan pohon-pohon. Tapi tak apa lah, karena otomatis kamar hanya kami pakai untuk tidur. Kegiatan lain pasti diadakan di luar kamar hotel.Dan karena masih sore, kami menuju ke pemandian air panas, hot spring yang menjadi “daya tarik” hotel ini, menurut ibu mertuaku. Kami berjalan menuju bangunan terpisah untuk makan siang di restorannya, lalu masuk ke dalam hotspring.

beginilah pemandangan dari kolam pemandian besar yang berada di luar ruangan

Hotspring atau Onsen ini seperti biasanya terbagi menjadi dua tempat, tempat laki-laki dan perempuan. Untuk perempuan di lantai 3 dan laki-laki di lantai 4. Kata ibu mertuaku onsen ini amat luas dengan pemandangan indah ke arah pantai. Jadi tentu saja aku mengharapkan sesuatu yang “spektakular” dong. Perlu diketahui juga bahwa hotel ini dimiliki oleh perusahaan kosmetik Jepang DHC, sehingga kami tidak perlu membawa apa-apa ke dalam onsen itu, karena handuk, sabun, shampo bahkan cleansing milik dan styling foam disediakan … gratis (termasuk dalam biaya penginapan). Sebelumnya ibu mertuaku sempat tanya, apakah aku berkeberatan masuk ke onsen berdua dia? Tentu saja tidak kataku. Ya  dia mau menegaskan saja, karena ada beberapa orang Jepang juga yang enggan masuk ke onsen bersama ibu mertuanya. Soalnya kami kan harus telanjang bulat 😀 (Bagi yang mau mengerti soal onsen, atau pemandian air panas umum sento silakan baca Kei-chan dari Pemandian Fukunoya)

Bagian dalam pemandiannya, terutama untuk yang tidak tahan angin

OK, aku sebetulnya agak sebel masuk tempat pemandian itu. Pemandangan memang bagus… tapi buanyak orang. Seperti biasa kami masuk dan mencari keranjang yang masih kosong, untuk kami pakai sebagai tempat menaruh baju yang sedang kami pakai. Jika membawa barang berharga disediakan safety deposit, tapi karena tujuan kami memang untuk mandi jadi kami tidak bawa apa-apa. Setelah menanggalkan semua baju di situ, kami bisa langsung masuk ke pemandian tentu saja dengan berlenggang kakung… bugil tentunya (sesama jenis). Tapi karena aku masih tetap orang Indonesia, aku mengambil handuk kecil yang tersedia untuk menutupi bagian depan saja. Sebelum masuk kolam, kami wajib mencucui badan bersih-bersih. Kebetulan ada tempat kosong untuk mandi sehingga aku bisa langsung mandi termasuk membersihkan make up. Aku tidak senangnya tempat ini penuh orang sehingga untuk mandi aja harus antri… Kalau pakai baju sih gpp, tapi kalau tanpa baju…masuk angin kan hihihi.

Ada yang semacam jacuzzi juga. Aku tidak pernah bisa masuk sauna, karena cepat pusing

Kami berdua masuk ke kolam besar yang berada di teras luar, yang menyajikan pemandangan laut di kejauhan. Efek air belerang yang mengandung Natrium dan Kalsium itu benar bisa melancarkan peredaran darah. Sumber air panas itu konon berasal dari 3100 meter dpl dengan suhu 53 derajat. Rasanya semua pegal-pegal di bahu yang kuderita selama ini bisa hilang, tentu saja setelah dua x 15 menit berendam dalam air panas. Pemandangan yang terhampar juga membuat damai…. tapi terus terang di tempat pertama, di kolam yang besar itu aku tidak bisa merasa relaks. Karena sesudahnya ada beberapa kolam yang lebih kecil dan lebih sepi, sehingga benar-benar bisa santai, dan mengeluarkan keringat. Yang pasti kalau sudah biasa masuk pemandian air panas, kita akan ketagihan. Juga bisa melihat bagaimana wanita Jepang tidak malu mempertontonkan badannya, karena sudah terbiasa mandi bersama. Dan tentu saja tidak ada yang jiro-jiro memperhatikan badan orang lain 😀

Setelah puas berendam, kami membilas badan, dan mengelap badan dengan handuk besar yang disediakan juga. Ada beberapa wastafel yang disediakan lengkap dengan cotton buds, kapas, pelembab, hair dryer dan styling gel. Tapi waktu itu aku malas antri sehingga cukup mengambil sikat baru yang telah disediakan (setelah dipakai dikumpulkan untuk disteril kembali). Aku harus cepat-cepat, karena Riku menunggu di lobby jam 5 sore. Dia ingin minta diajarkan bermain pingpong. Memang biasanya di penginapan ala Jepang yang mempunyai pemandian air panas, ada meja pingpongnya. Jadi aku bersama Riku main pingpong, Ibu mertuaku ke kamar, sedangkan Gen dan Kai masih berendam di pemandian air panas. Well, kami tidak ada rencana lain, kecuali menunggu jam makan malam pukul 19:30  sekaligus merayakan ulang tahun Kai seperti yang sudah kutulis di sini.

Malam itu kami tidur dengan perut kenyang, dan capek …. Berendam dalam air panas selain membuat lancar peredaran darah juga membuat mengantuk loh …..

Ceritanya dipotong di sini dulu ya… sudah cukup panjang.

Enam belas

17 Jul

Kalau kakak Riku waktu masih kecil sering mengucapkan juuhachi (delapan belas) untuk pengungkapan banyak atau susah, atau apa saja yang membutuhkan angka, maka Kai memilih angkat enam belas. Aneh ya? Si 18 a.k.a Riku waktu usia 5 tahun (2008)

Aku heraaaaaan banget deh, Riku suka sekali dengan angka 18.

“mama, si ryo punya lebah 18 ekor loh”

“mama, si hiro giginya ada 18 yang copot…”

“mama, besok beliin coklat ya…18 biji….” dst dst

heraaaaaaaaaan banget deh, lalu tadi aku tanya sama dia,

“Riku kenapa sih kamu suka banget sama juuhachi (18)?”

“Hmmm kenapa ya…ngga tau kenapa tapi sepertinya angka itu menarik. ada dua angka kan ju (10) hachi (8). Kata papa itu angka beruntung.”

“Mama suka angka 8 dari dulu, tapi delapan bukan delapan belas…. Kalau orang Cina/Jepang suka angka 8 karena kanjinya bagus”

Sedangkan si Kai yang suka 16 (juuroku) sering mengatakan juuroku metoru (16 meter ) atau punya teman 16 orang (tapi kalau ditanya siapa saja, dia tidak bisa menjawab :D). Tapi yang lucu kemarin waktu kami makan malam bersama di hotel Akazawa Hotspring. Kami memesan satu botol nihonshu  日本酒 (sake jepang) dengan tiga choko お猪口 (gelas kecil), lalu tiba-tiba Kai berkata:

“Aku juga bisa minum sake nanti kalo udah besar. Tunggu 16 tahun lagi”

Aku sampai bengong, kok dia bisa hitung….. tapi

“Ngga dong Kai, sekarang eh besok kan kamu umur 5 tahun, jadi 15 tahun lagi. Kalau kakak Riku 11 tahun lagi”

(Ibunya Gen) “11 tahun? waaah sebentar lagi tuh. Kalau aku masih hidup (sekarang 69 th) kita bisa minum bersama ya”

“Ngga nanti 16 tahun lagi aku bisa minum sake….” Kai masih ngotot… dan aku biarkan.

Aku pernah tanya kenapa sih dia suka angka 16, dan tidak seperti kakaknya, dia tidak memberikan jawaban yang jelas. Tapi kupikir mungkin saja karena dia tahu dan ingat bahwa ulang tahunnya tanggal 16 Juli.

Ya, kemarin 16 Juli 2012 tepatnya pukul 10:00 pagi, my baby, (still) my koala Kai Miyashita  menjadi usia 5 tahun. Waktu Riku usia 5 tahun, dia diajak traveling ke Okinawa sendirian (tanpa mama papanya) hanya dengan kakek neneknya sebagai hadiah ultahnya. Tapi karena sekarang neneknya sudah semakin tua dan merasa kewalahan mengurus Kai jika pergi sendiri, maka dia mau merayakan ultah Kai dengan mengundang kami sekeluarga menginap satu malam di Pemandian Hotspring yang dekat, yaitu di daerah Izu, kira-kira jaraknya 160 km dari Tokyo (kalau bermobil lancar 2 jam-an). Cerita tentang hotspringnya nanti menyusul ya, tapi yang pasti tanggal 15 malam kami makan malam mewah dengan kaiseki ryori(masakan disajikan berurutan, mulai dari appetizer, makanan mentah, direbus, disteam, digoreng dsb dsb) untuk dewasa, dan anak-anak mendapat menu sendiri. Karena sudah capai Kai sempat tertidur menunggu kami selesai makan, tapi waktu kami bangunkan untuk meniup lilin , dia langsung melek dan gembira karena dia pikir baru esok harinya akan mendapat kue ulang tahun.

Satu-satunya foto bersama yang diambil staf hotel. Untung bagus heheheh

Kami memang minta pihak hotel menyediakan kue ultah. Tapi karena kami semua sudah kenyang sekali, kami tidak bisa makan di situ, dan mau membawanya ke kamar (pikir kami kan tinggal masukkan ke kotaknya lagi). Eh ternyata pihak hotel memikirkan bagaimana cara kami makan di kamar, sehingga mereka memaksa untuk mengantarkan ke kamar berikut piring kecil dan teh panas! Benar-benar hebat pelayanan staf hotel di situ.

Kue dan teh yang diantar ke kamar oleh staf hotel.  Perhatikan di termos ada tulisan peringatan “hati-hati panas”.

Tapi untuk Kai yang paling menyenangkan waktu dia menerima hadiah dari kami yaitu Nintendo DS 3D. Sebetulnya aku tidak mau membelikan untuk Kai, tapi…. Riku yang memohon supaya Kai dibelikan. Tentu saja karena selama ini jika Kai mau bermain DS, dia meminjam DS nya Riku, sehingga seriiiiinng sekali bertengkar. Riku sendiri sering sekali sabar menghadapi Kai dan meminjamkan, tapi Kainya yang sering cerewet dan mengganggu Riku belajar dengan tanya ini itu dsb. Jadi deh mereka berdua berkelahi “online” dengan DS mereka. Kai yang tadinya sudah tidur, jadi melek dan bersemangat deh 😀 Hari ini aku menetapkan jadwal bermain DS, sesudah bermain, kedua DS harus dikumpulkan ke aku, dan akan aku berikan jika kupikir mereka bisa bermain dan dibatasi maximum 30 menit. Ancamannya, “Kalau tidak taat aturan, DS akan mama hancurkan!” rasain…. mama galak kan? (Tapi Riku bilang, “Mama baik, kalau mama orang Jepang jauh lebih galak hehehe”)

 

Speaking the truth, Ibunya Gen khawatir kalau dengan bermain game begitu, otaknya terganggu. Karena dia mendengar soal penyakit otak “Game Brain Damage” yang akan mengarahkan penderitanya ke alzheimer. Tapi waktu aku cek di google, memang banyak pro kontra tentang penyakit baru itu. Masih banyak yang perlu dibuktikan, bahkan ditentang oleh para ilmuwan sendiri. Yang pasti disitu diberi data bahwa jika seorang anak usia balita s/d mahasiswa, bermain game 4 kali seminggu selama 2 sampai 7 jam, akan menderita penyakit itu. Tanda-tandanya, anak itu tidak mau ke sekolah bla bla bla…. 

Aku kemudian mengirim email kepada ibunya bahwa Riku sendiri punya jadwal padat setiap harinya. Dia pulang sekolah pukul 3-4 sore, langsung kumon atau bermain di luar dengan temannya sampai 5:30. Lalu pukul 6:30 dia ada acara TV yang pasti ditonton selama 30 menit- 1jam.  Lalu Riku akan tidur pukul 8:30/9 malam dan bangun pukul 6 pagi. Ke sekolah pukul 7:50 setelah menonton TV pendidikan. Jadi, waktu untuk bermain game pun sebetulnya amat sangat terbatas di hari biasa. Hari minggu pun dia harus ke gereja dan sekolah minggu sampai jam 12. Sesudah itu jam 5 sore mulai menonton acara “permainan kata” Rakugo, Chibi Maruko, dan Sazae san. Lalu kami makan malam dan tidur. Padat kan? Begitulah aku menjelaskan pada ibu mertuaku. Kasihan kalau waktu untuk bermain yang dia suka pun tidak kami berikan kan? Semakin lanjut pendidikannya waktu bermain juga otomatis akan berkurang banyak sekali …. 

Kebiasaan Baru di Musim Panas

14 Jul

Musim panas telah tiba, meskipun pihak Japan Meteorological Agency 気象庁 belum menyatakan musim hujan atau tsuyu 梅雨 di Tokyo sudah lewat. Hari-hari panas dan lembab sudah mulai menghadang kegiatan. Terkadang cuaca berawan tapi lembab sekali sehingga terasa jauh lebih panas dari suhu maksimum hari itu. Terus terang saja, sudah tidak bisa konsentrasi untuk mengajar dan belajar. Untunglah kuliah bahasa Indonesia untuk dua universitas tempatku mengajar sudah selesai minggu lalu dan tinggal menguji minggu depan.

Di musim panas Tokyo yang memang tidak ngenakin, tahun ini aku mau santai, ngga mau ngoyo masak. Bayangkan masuk dapur, belum nyalain api saja sudah keringetan. Bela-belain masak, kalau lupa masukin lemari es setelah 2 jam aja jangan harap bisa dimakan lagi… busuk tuh makanan. Jadinya malas juga makan yang berat-berat, sehingga paling makan soba atau soumen (mi dingin) kalau di rumah. Makan tahu sutra mentah yang dingin juga enak! (apalagi kalau ada bir dingin + edamame ya hehehe). Sedangkan di kampus aku cukup makan roti saja. Jadi aku biasanya kalau mengajar, pulangnya sekalian belanja masakan jadi, tinggal masak nasi.

Nah di musim panas ini aku juga mempunyai kebiasaan baru, yang tidak kulakukan tahun-tahun sebelumnya. Pertama kebiasaan membawa thermos berisi air dingin. Karena aku sempat beberapa hari sakit kepala, kupikir mungkin aku kurang minum air, selain juga tidak tahan AC (kalau udah uzur biasa nih cepet masuk angin karena AC hahaha). Thermos (500ml) ini agak mahal sekitar 2000 yen (200 ribu) sehingga aku mikir juga waktu beli. Aku beli 3 buah, untuk aku, Gen dan Riku. Kai biasanya ikut aku, dan sekarang setiap hari aku membuat kopi panas pahit untuk Gen sehingga bisa menghemat uang membeli kopi kaleng. Lalu setiap pagi aku mengisi thermosku dan Riku dengan es batu dan air dingin, sehingga kami tidak usah membuka lemari es untuk mengambil air minum. Bisa hemat listrik selain itu airnya dingin terus kan.

thermosku berwarna merah, sedangkan Riku biru, dan Gen coklat…cocok dengan isinya yang pasti kopi.

Satu lagi kebiasaan baruku adalah mencuci tangan. Setiap tiba di kampus, mampir ke wc, cuci tangan. Demikian pula waktu istirahat dan pulang. Kok jadi rajin? Ya karena airnya dingin….lumayan menyegarkan loh kalau cuci tangan sering-sering. Sayang aku bermake up jadi tidak bisa mencuci muka sering-sering, kalau di rumah sih enaknya tinggal shower saja 😀 Selain menyegarkan cuci tangan itu juga mencegah ketularan penyakit perut. Biasanya di musim panas begini sering mewabah penyakit perut di Tokyo, yang disebabkan bakteri e coli O157.

Kadang-kadang kupikir, untuk membuat hidup lebih berwarna lagi kita juga mesti membuat kebiasaan-kebiasaan baru sehingga hidup tidak membosankan bukan? Lebih bagus lagi kalau menjalankan hobi baru yang berguna.

Apa kebiasaan atau hobi barumu kawan?

 

NB: oh ya jumlah komentar sudah mencapai angka cantik lagi 23456 nih, dan diraih oleh Ni Camperenique. Selamat ya Ni… nanti aku bawain hadiah khusus deh hehehe

Belajar Bertanggungjawab

11 Jul

Tulisan hari ini cukup serius yaitu mengenai pendidikan Jepang. Karena aku ingin menjawab sebuah pertanyaan dari TE reader yang menuliskan seperti begini:

saya sering menonton film kartun jepang, misalnya totoro my neighbour, ada juga hantu sekolah (film drama). Film tersebut ada adegan di mana tokoh melakukan piket, misalnya menyapu lantai, sampai mengepel lantai, menyiram tanaman sayur-mayur/bunga, atau memberi makan ayam/kelinci peliharaan di sekolah. Saya kagum akan kebiasaan murid2 jepang tersebut. Jika di Indonesia, sistem pendidikan seperti ini bisa didapat di pesantren. Apakah itu termasuk dalam kurikulumnya?

Baik, aku akan menceritakan sedikit tentang hariannya Riku. Riku sekarang bersekolah di SD Negeri, dan kebanyakan SD itu sama kegiatannya (tentu kurikulumnya sama, tapi mungkin variasinya berbeda).

Setiap hari Riku keluar rumah pukul 7:50 pagi. Jarak dari rumah ke sekolah berjalan kaki  hanya 7 menit saja, dan sekolah baru dibuka pukul 8:15, sehingga biasanya dia menunggu di halaman sekolah. Pelajaran pertama dimulai 8:30 atau 8:45 tergantung harinya. Kalau hari Senin dari pukul 8:30 sampai 8:45 ada pertemuan seluruh murid (anggap saja seperti upacara benderanya di Indonesia, tapi tanpa upacara). Ini dinamakan Zenkochokai 全校朝会, dan isi utamanya adalah pidato dari kepala sekolah/guru. Pada hari Rabu, pada jam 8:30 -8:45 ini diisi dengan Asareku singkatan dari Asa recreation (朝レクレーション) yang mengijinkan murid-murid bermain bebas sebelum pelajaran pertama. Selain asareku dilaksanakan juga dokusho (読書)waktu khusus untuk murid membaca buku selain buku pelajaran (buku cerita yang ada di kelas/perpustakaan atau membawa sendiri dari rumah).

Pelajaran pertama dimulai oleh nicchoku 日直 (petugas harian) yang terdiri dari 2 orang (laki-laki dan perempuan) bergilir dari grup 1 berganti setiap harinya. Nicchoku ini yang bertanggung jawab untuk memulai pelajaran pada waktunya, termasuk menyuruh teman-temannya duduk dan diam sebelum memberi hormat kepada guru rei 礼 (hormat). Nicchoku juga yang membagikan kertas-kertas pengumuman kepada seluruh murid di kelasnya. Pokoknya kelancaran belajar hari itu juga ditentukan oleh nicchoku (tentu saja didukung gurunya).

Di antara jam pelajaran pertama dan ke dua serta antara pelajaran ke tiga dan ke empat ada waktu istirahat 5 menit, yaitu untuk mempersiapkan pelajaran berikutnya serta pergi ke WC. Sedangkan antara pelajaran ke dua dan ke tiga, istirahatnya 20 menit, yang bisa dipakai untuk berlarian di halaman sekolah.

Antara pelajaran ke empat dan ke lima ada waktu makan siang (12:20 – 13:00) . Makan siang yang disebut kyushoku 給食disediakan sekolah (dimasak di sekolah oleh petugas dari pemda) . Petugas kyushoku ada 5-6 orang anak berdasarkan absen (nama) . Mereka memakai baju putih seperti koki dan membagikan lauk pauk, susu, dessert di atas nampan kepada semua murid dan guru. Nasi boleh ambil sendiri semaunya. Sementara mereka makan, diiringi oleh lagu dari ruang siaran hosositsu 放送室 (ruang untuk pengumuman seluruh sekolah) . Jika lauk, susu atau desert berlebih misalnya karena ada yang absen, bisa dibagikan kepada yang mau tambah. Kadang mereka juga mengganti susu dengan yoghurt atau kopi susu, serta jika ada pesta/peringatan/acara khusus mendapatkan dessert yang agak mewah. Tentu saja untuk kyushoku ini orang tua harus membayarnya kira-kira sebesar 5000 yen (setiap angkatan/kelas berbeda besarnya). Uang kyushoku ini dipotong langsung dari rekening pos orang tua setiap bulannya. Untuk yang mau mengetahui kyushoku dan foto pakaian mereka silakan baca Makan di Sekolah.

Setelah makan siang selesai, petugas kyushoku juga yang membereskan piring dan sisa makanan untuk kemudian mengembalikan kereta dorong kelasnya ke dapur. Sementara itu dari pukul 13:00 selama 20 menit, murid-murid istirahat. Setelah istirahat mulai pukul 13:20 sampai 13:35 mereka souji  掃除 membersihkan kelasnya. Masing-masing murid mempunyai satu lap untuk meja/lemari dan satu lap untuk lantai. Dua lap ini memang harus disiapkan setiap awal semester (aku sih memang mengganti 2 lap zokin 雑巾 setiap semester karena biasanya akhir semester  lap putih menjadi hitam kelam hehehe). Dengan diatur gurunya setiap minggu mendaptkan tugas yang berbeda. Misalnya ada yang bertugas membersihkan papan tulis, lemari buku, jendela/pintu, meja-meja, menyapu kelas dan mengepel kelas dan lorong, atau ada juga yang membersihkan (mengelap) rak sepatu di pintu masuk. Semua bekerja waktu souji (pembersihan) ini.

Setelah waktu pembersihan sekolah ini berakhir, mulai pukul 13:40 belajar lagi, kadang satu jam pelajaran, kadang 2 jam pelajaran tergantung jadwal hari itu. Atau kadang ada waktu khusus yang hanya belajar 4 jam saja, sehingga setelah pembersihan bisa langsung pulang.  Pada hari Senin ada kegiatan ekskul (Riku ikut science)  sehingga pulangnya pukul 15:40, sedangkan hari lainnya sekitar pukul 14:25 – 15:00.

Selain petugas nicchoku dan petugas kyushoku setiap semester ditentukan tugas selama satu semester yang merupakan tanggung jawabnya. Yaitu petugas jendela dan listrik  mado to denki gakari 窓と電気係 (sekarang Riku bertugas ini), yang bertanggung jawab pada lampu, kipas angin/AC/heater dan memeriksa jendela sebelum dan sesudah pelajaran (termasuk waktu istirahat). Tentu saja tidak sendirian sehingga jika salah satu ada yang absen, tugas bisa tetap dijalankan teman lain. Petugas kesehatan hoken 保険, yang bertugas mengantar murid yang sakit atau luka ke ruang kesehatan.  Ada petugas hiburan reku gakari  レク係 yang memikirkan permainan untuk waktu istirahat bersama teman-teman. Ada petugas tanaman/ binatang ikimonogakari  生き物係 yang dipelihara oleh kelas. Petugas ini yang memberi air atau pakan. Kelas Riku sekarang hanya memelihara tanaman, dulu pernah memelihara ikan mas. Ada petugas Kesenian, Ilmu alam, Musik dan olah raga karena murid-murid harus berpindah kelas waktu pelajaran ini, sehingga petugas ini yang mengatur kelancaran pindah ke kelas kesenian, ilmu alam dan musik, serta jalannya pelajaran dengan guru lain (bukan dengan wali kelas tannin 担任).

Kira-kira begitulah kegiatan murid SD Jepang sehari-harinya. Tentu saja selain kegiatan belajar, ada pula kegiatan khusus tahunan seperti pesta seni dan olah raga. Karena aku tidak boleh memuat foto kelasnya Riku, maka aku gambarkan saja layout kelasnya Riku ya. Mohon maklum karena aku bukan illustrator jadi gambarnya seadanya ya.

 

Setiap grup berdua-dua pasti laki-laki dan perempuan duduk bersebelahan. Jumlah murid di kelas Riku sekarang 31 orang. Dua pintu ini kurasa juga bagus, karena orang yang perlu keluar masuk bisa pakai pintu belakang sehingga tidak mengganggu jalannya pelajaran.

Family Day

9 Jul

Tanggal 7 Juli, Tanabata day. Setiap tahun aku sudah menulis keterangan tentang tanabata, sehingga rasanya malas untuk menjelaskan kembali. Silakan baca di sini, sini atau di sini untuk mengetahuinya, tapi singkat cerita, di hari tanabata itu, warga Jepang menuliskan keinginannya di selembar kertas berwarna dan digantungkan pada pohon Sasa. TK nya Kai membuat pohon Sasa di pintu masuk TK dan menggantungkan ‘wish’ murid-murid. Karena murid TK belum bisa menulis sendiri, jadi gurunya yang menuliskannya. Kai menulis ingin menjadi gokaija (salah satu hero-hero-an di TV deh, temennya Kamen Rider Fourze 😀)…. 

Kai menulis pada tanzaku: Ingin menjadi Gokaija!

Lucu juga sih membaca permohonan-permohonannya anak TK… kebanyakan ingin menjadi tokoh pahlawan di TV, atau idol, tapi ada juga loh yang sudah berpikir kenyataan… ingin mempunyai bakery, atau menjadi supir taxi. Yang lucu ada seorang anak perempuan yang menulis: “Ingin menjadi mama!” Hebat! Berarti dia suka sekali mamanya, sehingga mau menjadi seperti mamanya kan? 😀 Untung anak-anakku tidak menulis seperti itu (ingin menjadi mama)…lah wong anakku laki semua hahahaha. Aneh dong kalau jadi mama 😀 Dulu waktu kecil sih Riku suka bilang, “Aku mau kawin sama mama aja!” hahaha.

Kai ingin menjadi Gokaija… (Padahal dia jarang nonton film tokusatsu gini loh)

Tapi pas hari tanabata itu, kami tidak mengadakan sesuatu yang spesial, karena kami mesti pergi ke kuil untuk memperingati nanakaiki 七回忌 (peringatan arwah tahun ke 7) untuk neneknya Gen. Padahal Sabtu pagi itu Gen pulang pagi! Karena ada proyek baru, akhir-akhir ini memang Gen sering pulang jam 1 atau 2 malam, tapi khusus Jumat itu jam 5 pagi! Aku terbiasa memang bangun jam 2 an, tapi waktu terbangun dan melihat email, Gen menulis, “Aku masih di kantor”. Lalu aku balas saja, “Jangan pulang kalau ngantuk, tidur aja di kantor, lalu pulang pagi” Untung aku tidak tulis, pulang pagi, jemput kami lalu pergi ke Yokohama (kuilnya di Yokohama). Jadi deh jam 5 pagi yang memang waktuku untuk bangun, aku mendapatkan Gen baru pulang. Kerjanya baru selesai. Tadinya dia bilang, “Aku ngga usah tidur aja deh…” Karena aku berencana keluar rumah jam 7 pagi. Tapi sekitar jam 5:30, dia tidak tahan dan bilang, “Ah aku merem dulu sebentar….”

Tentu saja aku laporan dengan ibu mertua, ‘ngadu’ bahwa anaknya baru pulang pagi 😀 Dan dia bilang, “Jangan paksa. Kalau tidak bisa datang pas jam 11 juga tidak apa-apa. Nanti saya yang kasih tahu”. Akhirnya aku biarkan dia tidur sampai jam 8, dan aku bersiap untuk menyetir supaya dia bisa tidur di mobil. Anak-anak sudah siap jam 8 pagi. Kami akhirnya keluar rumah jam 8:30 dan Gen yang menyetir! Untung saja karena maceeet. Biasanya cuma butuh waktu 1 jam ke yokohama, ini sampai 2 jam! Kami sampai kurang 10 menit dari jam 11. Masih sempat minum dan ke WC dulu 😀

Acara di Kuil berlangsung kurang-lebih 50 menit. Seperti biasa ada pembacaan kitab Buddha bersama. Dulu waktu buyutnya Riku meninggal, Riku baru berusia 3-4 tahun, tapi sekarang setelah lewat 6 tahun, Riku sudah bisa ikut membaca kitab Buddha bersama-sama kami. Untung saja Kai tidak ribut selama acara berlangsung.

Setelah acara di Kuil selesai, seperti biasanya keluarga besar berkumpul di restoran untuk makan bersama. Keluarga-keluarga di Jepang ya memang hanya berkumpul kalau ada acara yang berhubungan dengan pernikahan dan kematian saja. Untuk peringatan arwah semacam itu, biasanya di ujung meja akan disediakan tempat menaruh foto yang meninggal dan diberi makanan di hadapannya. Waktu minum alkohol juga bukan mengucapkan “Kampai!” tapi “Kempai”. Setelah acara selesai kami pulang ke rumah mertuaku di Yokohama dan menginap semalam. Santai di rumah. Benar-benar family day!

Papa Gen, Riku, Kai dan om Taku.

Eh tapi sebetulnya kami memutar film Korea, “Winter Sonata”. Aku sebetulnya anti menonton karena tahu jika aku mulai menonton PASTI harus diselesaikan. Aku tuh susah deh ngga bisa nonton atau baca setengah-setengah. Makanya kalau sudah tahu tidak akan bisa selesai, mending JANGAN MULAI! Yaaaah tapi karena suamiku dan adiknya mau nonton, terpaksa deh aku ikut nonton. Dan benar deh, sampai kami pulang kemarin malam, baru selesai cerita nomor 7…. masih ada 14 cerita lagi huhuhuhu. Kami sih dikasih pinjam DVDnya, cuma aku TIDAK mau menonton sendiri ah… nanti kayak orang gila, nangis sendiri depan TV dan lupa kerjaan rumah kayak Bi Erry hihihi. Ntar anakku terpaksa nginep di sekolah karena mamanya lupa jemput 😛

Dan yang menyebalkan kemarin itu kami keluar rumah Yokohama jam 10 malam, dan sampai di rumah Nerima jam 12:30! Maceeeet ampun deh…. Rupanya di Kanpachi (jalan no 8) ada perbaikan jalan jadi yang biasanya  3 jalur, cuma bisa dipakai 1 jalur. Jadi aku masih ngantuk nih pagi ini, karena tidur jam 1:30 dan bangun jam 5:30 😀 Sleepy head!

Di jalan macet, ketemu mobil box bergambar seperti ini. Kalau truk bisa dimengerti sih, tapi untuk mobil box, cukup aneh. Meskipun di Jepang tulisan-tulisannya tidak seaneh dan selucu tulisan di truk Indonesia. Aku kangen baca tulis truk Indonesia. Dulu Pak Oemar Bakrie suka memasang foto tulisan itu di blognya. Sekarang blognya hiatus sih 😀

 

 

 

I Love Yokohama

4 Jul

Entah apa yang membuatku memilih kota Yokohama sebagai tempat melanjutkan kuliahku. Padahal aku tidak tahu apa-apa tentang Yokohama. Seperti yang kutulis di sini, aku memilih Yokohama National University (YNU) daripada Tokyo University hanya karena suasana waktu pameran pendidikan saat itu begitu mendukung. Belum lagi dosen-dosennya ramah dan letaknya tidak jauh dari Tokyo. Jika biasanya orang-orang tinggal di pinggir kota Tokyo dan bersekolah di pusat kota, aku malah terbalik. Aku tinggal di pusat kota dan kuliah di Yokohama, yang terletak kira-kira 1 jam menjauhi pusat kota. Dan salah satu ciri khasnya Yokohama itu adalah suatu kota yang mempunyai laut tapi berbukit juga. Kampusku ada di atas bukit, jauh dari laut, tapi kalau mau pulang ke tempat kost Tokyo bisa mampir di pantainya, daerah Sakuragicho dan Minato Mirai. Mungkin bisa disamakan dengan Semarang. Dan… tidak disarankan bersepeda di Yokohama, tanjakan melulu 😀

Dvd yang kubeli, dengan sampul khusus karena edisi yokohama

Hari Minggu lalu aku sakit kepala (sejak Sabtu sampai kemarin aku sakit kepala yang sangat mengganggu) sehingga aku bolos ke gereja. Santai di rumah, lebih banyak tidur sih, sampai aku tidak memasak apalagi beberes rumah. Kasihan deh 3boys masak telur dan bacon sendiri dan makan siang seadanya. Untung ada nasi yang sudah jadi. Nah waktu aku terbangun, Gen memutar DVD yang aku belikan untuknya berjudul Kokurikosaka kara コクリク坂から atau bahasa Inggrisnya “From Up On Poppy Hill”. Sebuah karya Studio Ghibli yang sudah diputar di bioskop-bioskop setahun yang lalu. Memang hampir setiap summer Ghibli mengeluarkan film animation baru untuk mengisi liburan anak-anak. Tapi deMiyashita tidak pernah menonton karya Ghibli di bioskop, selalu lewat DVD, karena biasanya memang kami suka sehingga mau melihat berkali-kali. Tahun lalu kami menonton Arrietty tapi itu DVD rental. Maklum DVD Ghibli sudah pasti harganya 4000-an dan tidak akan bisa lebih murah dari 3600 yen untuk DVD bekas. Mahal! Tapi khusus kali ini aku beli karena…… menceritakan tentang Yokohama (Gen lahir di Yokohama).

sampul DVD edisi umum

Waktu aku mau membeli di amazon, aku sempat membaca review dari beberapa pembeli. Ada yang memberi bintang 5 tapi ada yang hanya 1… wah. Katanya filmnya tidak asyik dan mengecewakan. Membaca itu aku tidak berharap macam-macam dari film ini deh. Tapi aku memang memilih DVD khusus terbitan untuk Yokohama, di dalamnya ada DVD khusus yang memuat sejarah Yokohama. Siang itu aku memang tidak melihat dari awal, tapi aku merasa cukup bagus kok. Mungkin karena aku menikmati gambar-gambar khas Ghibli ditambah aku suka sejarah ya.

Ceritanya menceritakan kehidupan pelajar SMA berlatar kondisi Jepang tahun 1963, setahun sebelum pelaksanaan Tokyo Olimpic 1964. Seorang pelajar SMA putri bernama Komatsuzaki Umi (Umi artinya laut), tapi oleh teman-temannya dia dipanggil MER (dari bahasa Perancis La Mer = laut). Dia tinggal di sebuah rumah besar di atas bukit menghadap ke laut, dan mempunyai kebiasaan memasang bendera untuk pelaut. Setelah film selesai kami mengetahui bahwa bendera itu melambangkan “keselamatan di laut”. Bapak Mer ini seorang pelaut yang sudah meninggal waktu perang Korea, sedangkan ibunya seorang dosen universitas (di cerita aslinya : manga si ibu adalah kameraman) yang sedang pergi ke Amerika sehingga Mer tinggal bersama neneknya. Mer mempunyai adik perempuan yang bernama Sora (artinya Langit) dan adik laki-laki bernama Riku (berarti daratan).

Mer, alias Umi, tokoh dalam film ini

Mer bersekolah di SMA Konan, dan kerap membantu Kazama Shun, kepala ekskul Surat Kabar Sekolah. Dalam cerita ini diketengahkan kehidupan pelajar SMA pada masa itu, termasuk juga kegiatan melawan pihak sekolah yang akan menghancurkan bangunan tua sekolah yang biasanya dipakai untuk pusat kegiatan pelajar. Pelajar berusaha supaya bangunan itu tidak dihancurkan, dengan jalan membersihkan dan memperbaikinya. Pelajar putri dan putra bahu membahu me’renovasi’ bangunan tersebut.

Sementara itu Mer dan Shun yang memang mempunyai hubungan khusus, melakukan kegiatan sekolah bersama. Tapi suatu saat Shun secara sepihak memutuskan ‘hubungan’ mereka dan berubah menjadi dingin. Shun menjadi berubah begitu sejak  melihat selembar foto tua di rumah Mer yang menggambarkan tiga orang lelaki bersahabat. Rupanya Shun juga mempunyai foto yang sama di rumahnya, dan dia kemudian curiga bahwa bapak Mer adalah juga bapaknya. Dia mencari informasi sampai ke kelurahan dan menemukan kenyataan bahwa memang benar dia terdaftar sebagai anak dari bapaknya Mer. Tidak mungkin dia mencintai adiknya sendiri kan?

pelajar yang tampil dalam film. Seragam yang dipakai masih dipakai terus sampai sekarang di beberapa sekolah. Keren kan? Seragam perempuan bernama “Serafuku”, sera dari Sailor atau pelaut. Seragam pelaut ini memang keren ya!

Film ini memang tidak menggambar klimaks yang happy end, meskipun bangunan tua yang dipertahankan para pelajar bisa tetap dipakai pelajar untuk kegiatannya karena komisaris sekolah terkesan dengan perubahan bangunan yang dilaksanakan pelajar. Sementara Shun akhirnya juga mengetahui bahwa dirinya ternyata “diangkat anak” oleh bapaknya Mer, karena ibunya meninggal waktu perang, dan itu tentu diketahui ibunya Mer. Akhir cerita dibiarkan mengambang, dengan pemandangan laut dan pelabuhan yokohama. Ya memang kisah kehidupan manusia tidak bisa semuanya diceritakan dalam satu film. Mungkin ini adalah ciri khas Ghibli yang kerap tidak menampilkan akhir cerita dan membiarkan penonton menebaknya.

Film ini sendiri disutradarai oleh Miyazaki Goro, anak dari Miyazaki Hayao, dan merupakan karyanya yang ke dua setelah Gedo Senki (Earthsea). Goro diharapkan menjadi penerus ayahnya dalam bidang animasi, tapi dia sendiri mengatakan bahwa ayahnya terlalu hebat, sehingga untuk bisa menjadi penggantinya amatlah sulit. Film Kokurikosaka kara ini berhasil mendapatkan “Japan’s Academy Award” yang ke 35.

Gedo Senki, yang juga disutradarai Miyazaki Goro. Kami belum menontonnya.

Selain kembali ke tahun 60-an, yang menarik memang suasana kota Yokohama saat itu. Aku sendiri tidak tahu bagaimana Yokohama tahun 1963, tapi ada beberapa adegan yang menampilkan kondisi saat itu yang masih bisa kukenali dari kehidupanku di Yokohama waktu aku kuliah di sana. Film ini tentunya cocok diperlihatkan untuk kakek nenek yang tinggal di Yokohama untuk bernostalgia, dan mungkin juga mengingat kembali cerita asmara mereka. Yang ditekankan film ini memang “mengingat cinta pertamamu”, cinta masa SMA. Dan mungkin bagi keluarga kami juga ada rasa tersendiri karena kesamaan nama-nama yang disebut dalam film itu. Namaku Imelda, dan sering dipanggil “mel” oleh saudara-saudaraku dan Gen. Juga ada nama Riku yang muncul dalam film itu. Dan dalam salah satu adegan ada Gen yang menjadi supir kendaraan seperti bajaj 😀 Tinggal mencari nama Kai dalam film tersebut hahaha. Tema film tentang laut juga dirasakan cocok sekali untuk musim panas! Bukankah musim panas berarti berlibur ke laut? Ahhh…. tidak sabar menunggu liburan musim panas!