Belajar kebudayaan sendiri

22 Agu

Pada waktu masih sering menjadi penerjemah (baca interpreter: penerjemah lisan) untuk kunjungan rombongan pemuda Indonesia ke Jepang, saya sering merasa bangga dengan pemuda Indonesia. Rata-rata di antara mereka ada yang bisa menarikan tarian daerah untuk dipertunjukkan dalam malam pertukaran budaya atau resepsi (Mungkin sebelum dikirim juga ada seleksi soal kesenian ….tidak tahu juga). Dan jika tiba giliran pemuda Jepang yang harus mempertunjukkan kebolehan mereka, biasanya mereka akan “kebingungan”. Jangankan menari, menyanyi lagu yang dapat diterima orang asing pun kadangkala sulit (paling-paling sukiyaki….. padahal sebetulnya sukiyaki yang sebenarnya itu lagu sedih loh) Kalau menanyakan pemuda Jepang, kebudayaan apa yang bisa kalian perkenalkan pada orang asing? paling-paling menjawab origami (seni melipat kertas), dan tentu saja ini tidak bisa dipertunjukkan di atas panggung.

Goo, sebuah search engine bahasa jepang mengadakan survei dengan pertanyaan “Sebagai orang Jepang, kebudayaan apa yang ingin dipelajari?” Dan dijawab dengan nomor satu : Memakai Kimono (seni memakai Kimono memang butuh keahlian tersendiri yang cukup sulit), kemudian Kemampuan Penggunaan Kanji (seperti TOIEC atau test bahasa lainnya tapi khusus Kanji Jepang), dan yang ke tiga adalah Kaligrafi.

漢検と書道で美しい日本語を 日本のアニメやゲームといったポップカルチャー、寿司などの食文化が海外で注目され「クールジャパン」という言葉が広まっています。そこで、今回は「一度は学んでみたい日本の文化」について調査を行ったところ、1位に《着物の着付》、2位に《漢字能力検定》、3位に《書道》がそれぞれランク・インしました。

Hmmm berarti tidak ada ya yang bisa dipertunjukkan di atas panggung…..(kok saya jadi terbayang Swara Mahardika ya?)

Hanya ada satu kali saya bertemu dengan pemuda Jepang yang bisa mempertunjukkan kebolehannya memainkan Nanking Tamasudare. Seni membuat bentuk-bentuk tertentu dari batangan bambu kecil seukuran yang diikat dengan tali. Dengan menggerakkan kumpulan batangan bambu itu, Dia membuat bentuk Tokyo Tower, atau Kail dll. Dan saya diminta untuk belajar sebentar (cuman 5 menit loh…) kemudian bersama-sama membentuk Hati  sebagai lambang persaudaraan. Kira-kira apa lagi ya kebudayaan Jepang yang dengan mudah bisa dipertunjukkan?

Berbahagialah kita orang Indonesia yang kaya dengan tarian tradisional yang bisa dipakai untuk menghibur orang asing…..

Rombongan biasanya terdiri dari 20 lebih pemuda….saya sendiri tidak bisa menari, tapi kalo disuruh nyanyi bareng pasti bisa. Dan pengalaman waktu pertukaran abad 21 Yuai, kebetulan penerjemahnya orang Indonesia semua dan masih mahasiswa (baca masih muda) , sehingga penerjemah sendiri jadinya buat acara…. Agung, Andre, dan Kus…..kemana ya mereka itu?

uuuh fotonya jadul euy…. tulisan ini pernah dimuat di multiply kemudian direvisi.

3 Replies to “Belajar kebudayaan sendiri

  1. Lala bisa nari…
    Lala bisa nyanyi…

    tapi ga ada yang nyuruh nari atau nyanyi.
    ya udah, diem aja.. hehehe

    hahaha, kamu sih ngga mau ikut program pertukaran pelajar atau apa gituh. hehehe

  2. Orang Jepun kan bisa karate. Eh, karate bukan kesenian ya?
    Ehm…ada kesenian asal Jepang yang top di seluruh dunia dan bisa dipertontonkan di panggung. Mau tau nggak? KARAOKE. He he…(dipelototin sama Ime-chan).

            Hmmm bukan dipelototin lagi tapi di…. (isi ndiri ah). Karaoke itu menyenangkan jika dalam kelompok kecil. Bayangkan kalau kamu harus berada di suatu tempat karaoke, dan selama 2 jam harus mendengarkan orang lain yang menyanyi dan kadang mereka tidak sadar bahwa suaranya fals??? Hmmm karaoke tidaklah cocok untuk dipertontonkan di panggung. KECUALI, yang menyanyi adalah Presiden atau Duta besar sehingga mau tidak mau, bagus tidak bagus kita akan tepok tangan. Tapi jangan seluruh anggota kabinet misalnya harus menyanyi …duh…duh…duh… hehehe.

  3. HHmmm …
    Ini bagus … ini bagus …

    Yang jelas kalau aku … jika ada hal seperti ini …
    Langsung buka koleksi lagu Luar Negeri, pelajari nada-nadanya …

    Kalo tamunya orang Philipina aku hafalin “leron-leron sinta” sama “dahil saiyo”

    Kalo tamunya orang Malaysia aku hafalin “Bunga Meloor”

    Kalau tamunya orang Jepang tentu saja …”Sakura”, “Ai ko ku no hana” atau “Sukiyaki”

    Yang celaka kalau tamunya berasal dari negara yang aku gak kenal lagunya …
    ya tinggal tepuk tangan saja saya …

    Dan satu lagi plus siap-siapin lagu daerah sederhana untuk aku ajarkan kepada mereka …
    (ini duluuu waktu aku kerja di yayasan pendidikan vokal …)

    3 lagu Jepang yang disebut itu, sudah tidak diketahui oleh anak-anak muda jaman sekarang hehehe. Sakura masih OK lah, ai koku no hana lagu jaman perang, sukiyaki yah masih ok, cuman spt yang aku bilang artinya sedih sebetulnya heheheh. Nanti aku posting deh ttg sukiyaki yang bukan makanan yah. trus trus kalo aku siapin lagu yang diajarin kpd mereka itu adalah “Topi saya bundar” mudah dan pake gaya hihihi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *