Biasanya orang Indonesia tahu ya mandi kembang tujuh rupa, tapi hari ini tanggal 7 Januari di Jepang, ada kebiasaan untuk makan bubur 7 rupa, atau kalau harafiahnya bubur 7 rumput, Nanakusagayu 七草粥.
Waktu aku pergi ke supermarket, sejak tanggal 3 januari memang sudah dijual satu plastik/paket berisi 7 jenis rumput/sayuran, yang kecil seharga 300-an dan yang besar 400-an yen. Namanya juga Jepang, disediakan juga paket “sayur kering” dalam sachet untuk keluarga yang sibuk, yang ibunya tidak ada waktu untuk mencuci dan memotong sayuran itu. Sempat tergoda untuk membeli paket itu, hanya untuk mengikuti tradisi. Tapi untung saja, karena menurut Gen, bubur 7 sayur itu rasanya pahit. Memang sih aku lihat sejenis lobak dalam paket tersebut.
Konon orang Jepang makan bubur ini untuk mencegah masuk angin, dan untuk “mengistirahatkan” lambung dari makanan tahun baru yang “berat”, berkolesterol dan kadar gula tinggi. Kalau membaca cara-cara mempersiapkannya, tergambar juga ritus animisme/dinamisme untuk memasak bubur ini. Sejak semalam sebelumnya (tgl 6 januari malam) 7 jenis sayur itu dipotong dengan lagu khusus, lalu direndam, untuk kemudian dimasak pagi harinya. Dan air bekas rendaman tujuh sayur itu dipakai untuk merendam kuku (pertama dalam tahun itu) ! Konon jika merendam kuku di air bekas rendaman 7 sayur itu, kuku akan menjadi sedikit lunak dan bisa dipotong, dan selama satu tahun itu tidak akan terkena masuk angin…. katanya.
Karena bubur 7 rupa ini katanya pahit, sebagai gantinya aku akan masak Bubur Manado saja deh. Ayo…. bubur manado isinya apa saja ya? Labu (waluh), bayam (tidak ada kangkung di sini), jagung, ubi, ……. karena di sini tidak ada kemangi biasanya aku pakai mitsuba. Tidak ada daun kunyit juga…hiks. Baru 5 dong! dua lagi apa ya? (Whita K …. kamu kan baru bikin bubur manado…apa saja isinya?) Aku mau bikin supaya bisa jadi Bubur Manado 7 Rupa hehehe. Yang pasti sambal dan ikan asinnya tidak boleh lupa ya 🙂
Semoga saja kami bisa bertahan dalam musim dingin tahun ini, yang sepertinya dingin. Kemarin saja maksimum 6 derajat. Tokyo itu tidak bersalju tapi berangin….. jadi sama saja DINGIN! Brrrr
Waktu aku membaca tulisan sahabat blogger, Arman, dia mengatakan bahwa mereka punya tradisi memulai tahun baru yaitu dengan makan yang enak-enak sehingga diharapkan selama tahun itu bisa makan enak-enak terus… sebuah tradisi yang amat sangat bisa dimengerti. Karena aku juga berpikir tradisi Jepang juga begitu, yaitu dengan menyediakan masakan khusus tahun baru yang namanya osechi ryori, yang menurutku itu memang mewah! (Tentang osechi, bisa baca di sini)
Kemewahan di awal tahun baru bukan hanya soal masakan, tapi juga kemewahan untuk mendapatkan waktu libur, benar-benar libur, khusus untuk makan, minum (sake) dan TIDUR! Benar-benar kemewahan bisa tidur kapan saja selama 3 hari awal tahun, karena biasanya tidur pun bagi orang Jepang merupakan hal yang sulit didapatkan. Bukan rahasia lagi kalau waktu tidur orang Jepang adalah yang terpendek diantara 17 negara maju. Padahal kalau melihat rata-rata orang Jepang tidur 6,8 jam sudah cukup. Tapi dibanding negara Perancis misalnya yang tidurnya 7,2 jam, beda 49 menit itu amat besar gap nya. Pada kenyataannya orang Jepang “umum” (pekerja) hanya tidur 5 jam per hari.
Tanggal 1 Januari 2011 deMiyashita dilewati dengan bermalas-malasan. Hmmm sebetulnya tidak untukku, karena anak-anak sudah bangun sejak pukul 8 pagi, jadi aku harus menyiapkan sarapan untuk mereka. Biasanya kami makan makanan osechi mulai sarapan, tapi karena papanya belum bangun, aku siapkan makanan lain dulu, sambil aku mempersiapkan osechi ryori. Tahun ini aku yang harus menyiapkan semuanya sendiri karena untuk pertama kalinya kami tidak menginap di rumah mertua di Yokohama. Kata mereka (ibu mertuaku) , “sekali-sekali kita pisah-pisah menyambut tahun barunya yuk, mau istirahat tahun ini”. Dan ternyata menyambut tahun baru sendiri di rumah sendiripun (bukan rumah mertua) bisa kok mengikuti tradisi Jepang… sapa dulu dong ibu RT nya hihihi. cihuuuy.
Sekitar jam 11 siang aku mendapat telepon dari tante Christine, koordinator komunitas Indonesia yang bergereja di Meguro. Memang biasanya tahun baru, kami tidak mengadakan misa, tapi karena tahun ini banyak pastor di Tokyo, kami sepakat untuk berkumpul dan makan-makan sederhana. Tante Christine membuat mie bakso dan nasi kuning. Nah, kupikir aku mau memasak ayam panggang saja untuk lauknya nasi kuning. Jadi mulai jam 12, aku membumbui ayam dan memanggangnya.
Jam 5 sore aku berangkat sendiri dengan Kai ke gereja untuk mengikuti misa pertama. Riku menemani papanya di rumah. Tanggal satu diawali dengan bukan hatsumode (sembahyangnya di Kuil) tapi hatsu misa (sembahyangnya di gereja). Jalanan sepiiiiii, jadi aku bisa sampai dalam waktu 45 menit (yang biasanya 1 jam). Berdua Kai di mobil, dia bercakap-cakap layaknya orang gede aja. Aku menikmati sekali waktu itu.
Dalam misa yang dihadiri 30-an orang kami tidak lupa berdoa untuk negara Indonesia yang selama tahun 2010 banyak dilanda musibah. Bagaimana kita bisa mendapatkan berkat Tuhan kalau kita tidak berdoa memohon padaNya? Jadi aku sangat setuju sekali kebiasaan bersembahyang di awal tahun, baik itu hatsumode atau hatsumisa, apapun namanya. Dulu kami (waktu masih single) sering pula mengadakan misa tengah malam, sehingga pergantian tahun justru dirayakan di gereja.
Selesai misa, tentu saja kami langsung menyerbu mie bakso buatan tante Christine. Yang maunya sederhana tapi ternyata ada saja yang membawa makanan buatannya sendiri. Makanan berlimpah. Bihun goreng, salada udang, ayam panggang + nasi kuning, roast beef dll. Belum lagi ada tiramisu buatan Lisa….wah pokoknya yummy deh. Kai adalah satu-satunya anak kecil yang hadir di pertemuan itu, sehingga menjadi obyek “pelecehan” a.k.a. godaan para dewasa. Tapi meskipun begitu dia sangat berkonsentrasi terutama waktu makan mie baso, karena mie memang makanan favorit dia. Mamanya sampai mengambilkan mie baso 3 kali mondar-mandir untuk dia. (Asal jangan dipikir itu buat mamanya aja deh….hihihi. Mamanya cuma makan satu porsi kok 😀 **beladiri.com** )
Seperti yang Kai bilang waktu kami makan siang di hari pertama, “Kazokutte ii ne, Kazoku daisuki!” (Keluarga itu asyik ya…. aku suka sekali “keluarga”). Mengawali tahun baru dengan kebersamaan keluarga dan kebersamaan manusia dengan Tuhannya, deMiyashita menyambut deretan angka cantik 1-1-11 dengan penuh semangat dan keceriaan.