Pagi jam 8:33 aku antar Riku dengan mobil ke tempat berkumpul dekat TK nya. Sebelumnya aku sempat telepon Miki san, tetangga mansion aku yang anaknya juga akan ikut meskpiun tidak sekelas (satu bis). Karena pagi waktu bangun turun hujan, aku pikir aku antar dengan mobil saja. Dan kemarin juga sudah janjian kalau hujan kita berangkat sama-sama naik mobil. Ternyata Miki san akan pergi naik sepeda, karena Kento-kun kakaknya Kaede-chan akan ikut antar. Apa pasal? Ternyata Kaede chan juga sama seperti Riku, tidak mau pergi, dan nangis terus. Hmmmm
Sesampai di lap parkir TK nya, aku lihat masih banyak ibu-ibu yang santai, padahal sudah waktunya untuk berkumpul di taman, menurut bus nya masing-masing, Huh ternyata ibu-ibu Jepang juga tidak tepat waktu…(Aku sampai jam 8:41, jadwal ngumpul 8:40…. itu saja aku sudah merasa bersalah ….). Langsung lapor kehadiran pada guru TK nya Riku dan kita harus menyerahkan angket kesehatan yang harus diisi sejak 3 hari sebelum keberangkatan. Kartu angket itu berisi suhu badan pagi hari-suhu badan malam hari, ada nafsu makan atau tidak, sembelit atau tidak, dan jam tidur malam. Kadang-kadang aku sebal juga dengan segala detil yang harus dilakukan. Memang isian ttg laporan kesehatan ini akan menjadi reference gurunya tapi kalau yang lain, misalnya pajama harus ditaruh di satu kantong, handuk dan baju ganti satu kantong, sikat gigi dan peralatan mandi satu kantong, mendokusai… merepotkan. Belum lagi semuaaaaaaaa harus dikasih nama dan nama kelas.
Jam 8:50 kelompoknya Riku dipimpin Maiko sensei sejumlah 9 anak yang paling rapi dan cepat selesai berbaris, sehingga duluan masuk bus. Mereka berbaris dari taman masuk ke bus. Dan seharusnya ibu-ibu hanya mengantar sampai taman saja. Tapi dasar ibu-ibu dari negara manapun susah diatur deh kalau berurusan dengan anak-anak. Karena hampir semua ibu-ibu ikut jalan ke arah bus, dan mau kasih dadah dari pinggir jalan, aku akhirnya ikut dengan arus. Tadinya ngga mau, kasian Rikunya kalau dia tambah sedih. Tapi kalau aku tidak pergi dan dia lihat ibu-ibu yang lain ada, dia akan merasa bahwa dia benar-benar tidak diperhatikan olehku. Jadi deh aku ikut ke pinggir jalan, dan melambai2…padahal terus terang aku ngga tau Riku duduk di mana, dan apakah Riku lihat aku atau tidak.Dan sambil aku perhatikan bus pergi, aku berpikir, ini yang nangis anak-anak atau sebetulnya ibu-ibu ini semua sedang menangis dalam hatinya melepas kepergian putra/putri tersayang untuk pertama kali. Terus terang aku ingin menitikkan air mata di situ… “Anakku sudah mulai menjadi dewasa…dan akan tiba waktunya dia tidak memerlukan kehadiran aku lagi…”. And kalau waktu itu datang aku akan berbuat apa? My plan is…. aku akan pergi journey sendirian, kalau bisa backpack dan hunting foto. Ngga outdoor camp, karena aku ngga bisa tidur di alam terbuka, but aku akan mencari dan mendokumentasikan pertemuan-pertemuan ku dengan alam dan manusia di manapun. Kalau bisa sampai belanda asyik juga kali ya…. Aku mulai travelling ke luar negeri sejak umur 22 tahun, but never alone. bagaimana rasanya kalau pergi sendiri ya? HItoritabi. Akogareteiru.
Kaede chan sampai dengan anak-anak lain naik bus tetap menangis dan akhirnya dipaksa untuk naik. Kasihan juga dia. Ada beberapa ank yang memang menangis dan tidak mau pergi, terutama anak perempuan. Waktu Riku sudah hampir menangis aku bisikin dia “Eh Riku jangan nangis sekarang, nanti teman-teman laki-laki kan lihat malu…. dan ingat janji mama, besok mama jemput dan kita langsung pergi sama-sama ke Baskin Robbins dan makan es krim banyak..OK?”
Mukanya sih masih cemberut, tapi smeoga dia bisa menikmati perjalanan bersama teman-temannya naik bus dan karena cuaca tidak menentu ,aku juga tidak pasti apakah masih jadi pergi hiking ke gunung sesuai rencana semula, atau pergi ke Museum. Anyway please have fun my lovely son!
Hm…
jadi inget pas Papi tiba-tiba bilang begini, “Ternyata anak bungsu Papi sudah umur 28 ya… Nggak nyangka sudah sebesar ini…”
Saat itu yang kebayang di depan mata adalah kenyataan bahwa ada ketakutan seorang Papi yang ditinggalkan anak-anaknya lalu musti hidup sendirian…
Aduh… kasian….
Tapi someday, aku juga akan begitu…
Begitu sadar bahwa anak-anakku (kalau Allah memang akan menitipkan buah hati buat aku) sudah besar dan musti menjalani hidupnya masing-masing, aku harus merelakan mereka…
Sama seperti seorang Papi yang merelakan anak-anaknya menjadi besar, dewasa, dan hidup terpisah dengannya…
*hey, Dad! I miss you!*
*maaf, komentarnya mellow yellow!* 🙂
Manusia itu kan lahir sendiri…. dan akan kembali ke penciptanya sendirian juga. untung kamu ngga di sini (tokyo) hari ini la. Cuacanya cocok untuk bunuh diri hihihi.
Wah, masih TK udah diajarin mandiri ya. Apa nggak terlalu dini tuh?
Kebayang, malam2 si ibu guru harus ngelonin muridnya satu-satu karena anak2 nggak bisa tidur dan kangen sama mamanya.
Pasti banyak yang nangis deh…
“Bu Guru, aku kangen sama mama…Aku mau pulang saja sekarang. Antarkan aku pulang ya”…
Hmm saya ras atidak semua. Karena mereka juga akan senang bisa bermain terus bersama kan tapi besok saya akan tanya pada riku… hehhehe
Di foto itu, Riku masang wajah sendu, emiko-san. Sedih sekali…
Ayo Riku kamu bisa…! *Hehehe..8x kalimat semangatnya iklan jadul banget…*
Btw kok emiko-san bisa yakin banget, riku bakal senang sama temen2nya?
bisa yakin? TIDAK YAKIN…. aku tahu dia. dia itu sensitif sekali …sama spt mamanya. Dia lebih suka bermain dengan org dewasa daripada dengan teman sebaya. Dia lebih suka bicara ttg suatu yang berguna. Dia sedang pada masa manja. JUSTRU karena aku tahu aku harus yakin dia akan senang. Kalau tidak, dia akan selalu di bawah ketiak ibunya. Saya sendiri kesepian kok skr tidak ada dia. Yang biasanya ramai, sepiiii sekali. Dan aku kangen dia. But? apa aku mau mempunyai anak laki yang tidak mandiri?
HHmmm …
Ibu-ibu dimana-mana sama ya …
hehehe …
BTW …
Riku jangan cengeng ya …
Riku sudah besar …
Riku anak pertama pula …
Be Strong Young Man !!!
Iya OM (kata Riku…. loh kok Lala jadinya Kakak? bukannya Lala udah tante-tante? Sapa yang salah manggil ya? hehehheh)
Emang paling susah misah ama ortu apalagi yg namanya MAMA.. Aku aja kelas 1 smp masih ga bs tuh yg namanya pisah ama mama.. waktu SD, mama pergi bentar aja rasanya pisah sminggu. Jadi ingat masa2 kecil…
Semua laki-laki kan ANAK MAMA…. (entah mama beneran atau mama boongan hihihi)
Waktu saya anak TK juga ada acara penginapan.
Tapi,sejujurnya, saya bolos tuh.
Bukan karena sedih berpisah sama orang tua, melainkan karena nggak suka kegiatan yang dilakukan dengan kelompok.
Sudah merasa konyol harus berbaris rapi, harus menyamakan diri dengan anak-anak lain, dan diatur guru-guru.
Makanya, saya pura-pura mau ikut acaranya dan justru pada saat pagi hari keberakatan itu, baru bilang “aduh, ma! Aku sakit perut..”
Nah, semua beres tanpa diceriga ibu bahwa saya mau bolos.
Jahat ya saya.
Mbak, jangan bilang cerita itu sama Riku ya!
Memang pengalamanku itu kan contoh yang jelek.
Kemarin aja aku berusaha supaya mulutku nggak tergelincir bicara.
Hmmmm itu licik ya? Dan sekecil itu Melati san sudah bisa buat skenario …canggih amat.
Aduh aku jadi ikut mau nangis deh…
Memang anak2 mau nangis juga, tapi orang tua lebih2 sedih karena harus melepaskan anak tercinta, juga membayangkan anak tercinta yang sedang kangen sama Mama dan papa..
Tapi ya apa boleh buat ya.
Impian Imelda kayaknya nggak bisa tercapai deh karena kalau mau jalan2 kan Gen pasti mau ikut, mochiron aku juga ! Hi hi hi.
Yuuk sama2 jalan2 !
Aku baru tahu kalau opa meletus sudah tidak ada..samishiine..
Oh opa itu sudah lama meninggal Kim…. terakhir aku ketemu dia th 1991. Waktu 2002 ke sana dia sudah tidak ada. Dia baik sekali… I missed him.
Kalo gitu, Riku panggil Om as Opa aja… Hahahaha
Oh nooooooooo, masak aku yang ibunya Riku jadi Oma???? salahnya di Lala nih …
Mau tak mau kita harus mengajrkan mandiri pada anak, walau dalam hati tidak tega…
Jadi ingat komentar anak bungsuku…untung ibu dulu kadang memaksa aku, untuk belajar piano, untuk makan sayur…setelah besar saya merasakan manfaatnya.
Sekarang, saya malah harus belajar menata diri sendiri, karena akhirnya anak-anak akan keluar rumah dan tinggal berdua sama suami.
Iya ya bu, meskipun tidak tega tapi demi masa depan mereka.
Semua orang tua selalu begitu kali ya. Waktu saya berusia 30 tahun ibu saya masih bilang, “sebenarnya aku sadar kamu sudah 30 tahun tapi kok perasaanku sepertinya kamu masih dipangkuanku kemarin dan masih perlu dukungan.” Dihati orang tua mungkin anak tidak pernah tumbuh dewasa kali ya. terimakasih
bener tuh Yulis…. kita berumur 60 th pun pasti dia akan berkata “my baby”….. hehehe