Plontos

28 Jul

Pagi hari ini sebelum keluar rumah, Riku minta dibelikan nendo (malam/lilin). Tapi sebelumnya dia memang minta ikut. Dengan macam cara aku bujuk dia, dan berjanji akan membelikan nendo, dan besok akan pergi ke Game Center. Kemarin malam juga sebetulnya dia manja sekali padaku, dia minta Tina untuk telepon aku yang sedang dinner dengan temen-temen almamater.

“Mama pulang jam berapa?”

“Mama sudah selesai makan sayang, sebentar lagi naik mobil dan 30 menit lagi akan sampai rumah”

“Wakatta. Aku kangen mama”

“Mama juga kangen Riku, tapi mama ada teman yang datang dari jauh, jadi mama temani makan”

“Cepat pulang ya”

“Iya sayang”

Sambil nunggu Ira dan Nana ngebul dulu, aku beli majalah yang kira-kira bisa Riku baca. Duh aku jadi kangen sekali sama dia. Setibanya di rumah dia langsung peluk aku, dan bilang kangen…. Dan tercetus di mulut dia, “Aku kangen papa, aku mau pulang”…. hhhhhhh. Langsung call Tokyo, dan biarkan dia cerita-cerita pada papanya. Kejadian yang sama dengan 2 minggu pertama waktu dia ke Jakarta 2 tahun yang lalu. Selama seminggu di sini, boleh dikatakan dia enjoy but….semua percakapan dalam bahasa Indonesia. Dan itu mungkin yang membuat dia tertekan tidak bisa pakai bahasa Jepangnya. Dan dia selalu jadi nomor dua, karena aku selalu menomorsatukan Kai selama ini. Kira-kira 10 menit dia bercerita di telepon pada papanya dengan gaya orang dewasa. Kita berdua kaget dengan perubahan gaya bahasanya.

So, memenuhi janji saya pada Riku, aku beli nendo sebelum menuju The Cafe Hotel Mulias bersama Lala. But selagi makan dering HP dari Chris, adik iparku (yang sebetulnya lebih tua 2 hari dari aku) menyuruh aku telpon rumah. Riku demam tinggi. OMG…. Untung deh tinggal dessert yang harus kita habiskan (duh bener kemaruk euy…meskipun merasa rugi juga karena hari ini nafsu makanku kurang, but not Lala’s hehehe) Kami berdua langsung naik Silver Bird (gaya kali….) pulang ke rumah. Dan aku ngga bisa nahan airmata liat my boy yang biasanya ceria tergeletak tidur menggigil akibat demam. Maafkan mama sayang…. sejak kemarin malam kamu bilang Kangen mama, kangen, kangen, kangen, kangen, kangen …….tapi mama tidak memanjakan kamu. Cepet sembuh ya sayang…. besok mungkin tidak bisa bermain di Game Center, tapi begitu kamu sembuh, kita berdua saja akan pergi main seharian ya. Please….cepet sembuh sayang. Please God help him.

Dan aku menganggap aku beruntung karena Riku sakitnya di Jakarta (meskipun aku bukan Jawa masih menganggap apapun harus dilihat dari segi positifnya). Coba kalo dia sakit seperti ini di Tokyo, sedangkan Kai juga maunya aku gendong terus, I could not handle them alone. Di sini Kai bisa dipegang oleh Tina, Mama, Novi, or the other three asisten (pinjem istilahnya mas trainer). And aku bisa konsentrasi menjaga Riku (diselingi posting sambil nonton “Vanished” ….serem). Untung!!!

Sambil gendong Kai, aku buka kumpulan foto-foto hari ini, dan Kai yang biasanya tersenyum liat foto dia…kali ini menangis dan tidak mengenali foto dia sendiri. Bagaimana tidak, …… Di layar monitor yang terpajang adalah seorang IKKYU SAN bermata belo. He should be my avatar from today Tsuru-tsuru…. KAMI ga NAI!!!!

Riku sakit seperti aku, tidak mengeluh, hanya tidur dan…mengigau. Tiba-tiba bisa berkata/bercerita ini itu, yang tidak nyambung sehingga membuat heran yang mendengar.

.

Ceker Ayam

28 Jul

yang terkenal memang adalah sebutan salah satu konstruksi khas ciptaan orang Indonesia. Tapi tentunya Anda juga tahu bahwa ceker ayam yang sesungguhnya adalah kaki ramping (pasti ngga ada dong ceker yang “daikon” alias gendut) penyangga tubuhnya ayam yang mungkin kelak akan menjadi santapan di meja makan. Banyak mengandung gelatin, dan sering dipakai sebagai pembuat kaldu. Kalau lagi miskin, Sup ayam bisa berubah menjadi Sup Ceker. Karena membeli satu kg ceker tentunya jauuuuuh lebih murah daripada membeli satu kilogram ayam.

Selain sup ada masakan chinese yang menyajikan ceker ini dengan bumbu pedas. Saya tidak mengerti namanya mungkin Shechuan style, yang pasti rasanya enak! Dulu waktu papa masih di London, kami sering menerima kiriman “dim sum” ceker ini satu loyang penuh dari Ibu Husein. Yummy. Namun tidak semua orang bisa tahan melihat “bentuk”nya sehingga merasa jijik untuk membawanya masuk dalam mulut. Kebanyakan orang Jepang memang tidak bisa makan segala “isi perut” dan ceker, bahkan melihat satu ayam utuhpun mereka tidak bisa. Kimchiii my japanese sister, smepat kaget waktu melihat satu ayam utuh di Ayam Suharti….tapi setelah melewati masa “shock”nya, saya rasa dia sekarang sedang ngiler membayangkan Ayam Suharti (nanti saya makankan untuk kamu ya kim).

Nah, beberapa kali Riku ikut pergi makan Dimsum di restoran depan Bulungan. Dan saya perkenalkan dia dengan jenis masakan yang satu ini, sambil berkata” Kalau tidak suka, jangan dimakan. Agak pedes loh!!”

But, Riku bilang,”Ini enakkkkkkk!!!”, dan setelah itu bilang “Mama, besok kita ke toko ini lagi ya”.

Dan setelah itu dia dua kali ke restoran ini tanpa saya, dan dia selalu minta “tori no ashi (kakinya ayam)”. Repotnya kalo dia minta dimasakin itu nanti sesudah pulang ke Tokyo. Karena, ceker ayam tidak dijual di toko/supermarket biasa. Harus pergi ke tempat ethnic food, yang jauh dari rumah kami. Jadi….puas-puasin makan di sini ya Riku!!!