Transfusi Darah

14 Jun

Ternyata tanggal 14 Juni adalah hari Transfusi Darah Dunia. Yang saya heran kenapa kok ditetapkan tanggal ini. Saya cari alasannya tidak ketemu. Mungkin karena transfusi pertama diadakan tanggal 15 Juni 1667 oleh Jean Baptiste Dennis, dokter Raja Louis XIV di Perancis, yang mengadakan transfusi darah domba kepada pemuda berusia 15 tahun dan berhasil. Tetapi memang beda satu hari.

Memang darah itu penting, dan bagi mereka yang kehilangan banyak darah, transfusi darah amat sangat membantu. Tetapi memang penuh resiko, karena dengan memindahkan darah itu juga berarti beresiko memindahkan penyakit pendonor. Ayah ibu saya pendonor darah, sebelum mereka harus berhenti karena dilarang dokter. Suami saya juga pendonor, tetapi darahnya yang dipakai hanya sebagian kandungan yang katanya jarang didapat. Jadi kalau diperlukan baru suami saya akan ditelepon oleh Palang Merah di sini. Saya sendiri? Tidak bisa.

Nah loh, kok tidak bisa? Dulu waktu masih teenager sampai dua-puluhan saya sering kurang darah. Sering pusing, apalagi kalau baru bangun tidur, pandangan berwarna oranye. Setelah beberapa saat waktu pulih. Waktu kecil sering disuruh minum penambah darah. Karena saya lemah begitu, tidak pernah terpikir untuk menjadi donor.

Waktu sudah menikah, merasa sehat, tapi belum sempat mendonorkan darah. Dan baru tahu bahwa ternyata saya menderita thalassemia. Saya tahu mengenai hal ini tahun 2003 setelah Riku lahir. Ibu saya, dan adik saya juga baru tahu sekitar tahun 2000-an. Itu karena adik saya yang bekerja di Eijkman Institute mengambil sampel darah ibu saya dan menemukan keanehan. Waktu itu mulai digiatkan penelitian Thalassemia di Lembaga Eijkman. Setelah diperiksa berkali-kali baru dipastikan bahwa ibu saya thalasemia, sehingga semua anak juga harus diperiksa.  Waktu th 2003 saya dan suami saya diperiksa saya positif sedangkan suami saya yang Jepang negatif. Tapi Riku kelihatannya positif carrier Thalasemia.

Hemoglobin saya waktu hamil memang dibilang kurang… hanya 10 dari standar yang 12. Untuk itu saya harus memperbaiki lewat makanan. Saya juga dapat zat besi, tapi karena saya orang yang paling malas minum obat, tidak saya minum. Tapi Hemoglobin saya turun drastis waktu melahirkan dan sulit untuk dinaikkan. Ternyata bagi pembawa thalasemia tidak boleh menggenjot thalassemia dengan zat besi. Tapi yang anehnya ibu saya HB nya 18 …dan sekarang sedang terapi supaya turun. Jika sepasang carrier thalasemia menikah, maka kemungkinan besar tidak punya anak, atau anaknya meninggal. Jadi sebaiknya periksalah darah Anda sebelum menikah. Karena ternyata banyak loh orang Indonesia yang thalasemia tetapi terlambat diketahui. Dengan pengetahuan bahwa saya thalasemia, waktu melahirkan Kai, dokter-dokter di Jepang sibuk mempelajari thalassemia dan bersiap jangan sampai memberikan treatment yang salah. Karena saya operasi caesar, saya sebetulnya sudah menandatangani persetujuan untuk menerima transfusi darah. Tetapi untung sekali meskipun saya mengalami perdarahan yang cukup banyak, masih bisa ditolerir, sehingga tidak usah transfusi. Dokter yang merawat saya berusaha supaya tidak transfusi, dan ternyata memang benar saya tidak boleh transfusi.

Kalau Anda anemia, kurang darah…. silakan coba periksa apakah Anda thalassemia atau tidak. Atau yang sering keguguran waktu hamil. Untuk keterangan lengkap silakan baca di website Eijkman ini. Bukan bermaksud untuk promosi, tapi alangkah baiknya kita mengetahui badan kita sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Saturday School’s Visitation

14 Jun

Hari ini aku harus ke TK nya Riku karena ada acara khusus bagi orang tua untuk mengunjungi sekolah. Kalau mendung akan melihat murid-murid mengerjakan prakarya, tapi kalau cerah akan ada semacam sport day. Nah, hari ini cerah sekali. Berarti aku harus gendong Kai terus, dan ikut bertanding juga. Gimana caranya ya???

Untung saja di kelasnya Riku, ada beberapa temannya Riku yang papanya juga tidak bisa hadir. Sebtulnya acara ini diadakan hari Sabtu dengan maksud supaya papanya bisa ikut datang. Tapi yah, tidak semua papa-papa libur hari Sabtu. Dan aku juga sudah biasa kok urus apa-apa sendiri. Cuman ya itu kasian aja Rikunya. Belum lagi masalah dengan Kai. Tahun lalu, aku juga datang sndiri. Waktu itu ada pertandingan gendong anak relay. Jelas aku tidak bisa, karena waktu itu sedang hamil 6 bulan. Mana bisa gendong Riku yang 20 kg lebih. Untung saja gurunya Riku, Maiko sensei mau gendong Riku gantiin aku. (Dalam hati aku minta maaf…. karena berat tuh. bukan anak sendiri lagi hihihi).

Tahun ini pertandingannya masih “wajar”. Riku harus merangkak melewati kaki aku, kemudian aku lewat Riku dan Sensei yang berpegangan tangan, lalu kembali Riku merangkak lagi. Tadinya aku pikir yah, kalau terpaksa, aku sambil gendong Kai pun masih bisa. Untung ada Tanaka san yang menawarkan gendong Kai selama aku ikut pertandingan itu. Dia sendiri, suaminya datang sehingga suaminya yang ikut acara pertandingan itu.

Setelah acara sport selesai, kita masuk ke kelas untuk berkenalan dan pembagian tugas untuk acara Sport Day tanggal 11 Oktober yad. Untuk kelas Nencho (Kelas 3 TK) biasanya ada pertandingan relay lari. Dan ada acara khusus pertandingan lari dari orang tua. Papa 2 orang, Mama 2 orang. Aku mah ogah hehhee.

Karena besok hari Ayah, murid-murid menyerahkan kartu yang mereka buat untuk papanya. Di kelas mereka memberikan kepada papanya. Papanya Riku ngga ada jadi diwakili aku. Kartu itu namanya Otsukai Ken (Gift Card) tapi giftnya berupa tindakan yang akan dilakukan untuk papanya, misalnya kartu pijat,kartu bangunin papa, kartu main dengan papa dll. Jadi kalau papanya mau dipijat bisa keluarkan kartu itu, dan Riku harus pijat papanya. wah sayang sekali waktu Hari Ibu tidak ada kartu begituan. Kan mama juga mau dipijat hehehe.

Gambar hasil karya Riku : My Father (kacamatanya tidak terlupakan)

BTW saat ini jam 1 siang, udah capek…tapi hari ini aku ada meeting di gereja, rapat oikumene. Jam 7 malam. Harus bawa 2 unyil…. Lord give me strength!!

NB 1: Aku tertidur 3 menit sambil pegangin botol Kai. Eeee Riku masuk dan bangunin aku. DIa bilang ada kebakaran kelihatan tiang listrik mengeluarkan asap. Duuuh anakku mama sakit kepala, mau bobo dibangunin hanya untuk cerita. Pas aku nulis ini, aku bilang sama Riku “Aduh mama sakit kepala. Kamu sih bangunin mama.” Lalu dia bilang “Maaf mama, abis Riku mau cerita ada kebakaran itu sih!!!”. Aku langsung peluk dia. He wants to tell me something that thrilled him!! I should appreciate him.

NB 2: Tadi pagi aku sempat bilang :GEMPA! soalnya aku lihat air di akuarium bergerak. Ternyata benar. Dan gempanya di SENDAI, di tempat adik iparku yang baru melahirkan itu. Skala 6 Jepang (maybe 7 Richter). Untung mereka tidak apa-apa. Saat ini dilaporkan ada 2 meninggal. Tapi si NOBU (暢) nama sepupu Riku dan Kai, pas sedang menyusu ketika gempa. Kata Ryoko, Nobu gigit dan tidak mau lepas.