Benar-benar SIM loh, bukan main-main. Surat Ijin Mengemudi SEPEDA yang dikeluarkan oleh Kepolisian daerahku di Tokyo. Jadi di sekolahnya tanggal 22 kemarin ada pelajaran “Keselamatan Lalu Lintas”, dan ada test praktek mengendarai sepeda, juga test tertulis! Dan Riku lulus! Horeeee, dia senang sekali bisa berlagak seperti orang dewasa, pakai SIM segala, meskipun hanya SIM Sepeda. Katanya sih ada juga yang tidak lulus.
Kurasa pengadaan SIM seperti ini bagus sekali. Tidak jarang kecelakaan justru terjadi karena anak-anak kebut-kebutan dengan sepeda, tidak melihat rambu-rambu dll. Setahuku sih tidak dipungut bayaran (atau sekolah yang membayarkan dulu ya? Sampai sekarang belum ada tagihan)
Sekarang aku juga lebih tenang membiarkan dia bermain sepeda, karena sudah ada pengakuan dari yang berwenang bahwa Riku memang sudah mahir bersepeda. Juga jika dia membawa SIM itu, jika terjadi apa-apa kami bisa langsung dihubungi.
***************************
Terjemahan tampak belakang kartu :
(Patuhi peraturan untuk mencegah kecelakaan)
* Harus berhenti di perempatan dan memastikan bahwa sudah aman
* Setelah lampu lalu lintas menjadi hijaupun, jangan langsung jalan/bergerak
* Tidak boleh membonceng (Ini berlaku untuk semua pemakai sepeda dewasa, kecuali untuk ibu/bapak yang membonceng anak balita)
* Sebelum senja menjadi gelap, nyalakan lampu
* Trotoar diprioritaskan untuk pejalan kaki
*Tidak menghentikan/parkir sepeda di tempat yang mengganggu pengguna jalan lainnya, seperti di atas jalan khusus untuk tuna netra.
**** Kartu ini bukan untuk membatasi pemakaian sepeda
Peringatan dari Pakdhe Cholik bahwa tulisan ASKAT harus dilaporkan/didaftarkan sebelum pukul 17:00 teng itu benar-benar strict sekali. Lewat berapa detik langsung ditutup tuh pendaftarannya. Maklum deh pak Komandan blogger ini memang tegas dan seram :D. Aku sendiri sudah 2 kali mengikuti acara ASKAT, tapi ya itu, yang ke dua terlambat. Dan waktu hari ini aku melihat kata kuncinya ASKAT adalah peringatan, aku sedang berada di luar rumah. Sibuk deh berpikir mau menulis apa tentang PERINGATAN.
per·i·ngat·ann1 nasihat (teguran dsb) untuk memper-ingatkan: 2 kenang-kenangan; sesuatu yg dipakai untuk memperingati: 3 catatan: 4 ingat-an; 5 hal memperingati (mengenang dsb): (KBBI Daring)
Nah, tadinya aku mau menulis tentang peringatan yang nomor 5, tapi kok tidak ketemu tentang apa. Hari Ayah sudah lewat. Meskipun kalau cari di igoogle ku hari ini di Jepang adalah GESHI 夏至, yaitu hari dimana panjang siangnya terpanjang selama setahun. Jadi hari ini katanya panjangnya siang 14 jam 36 menit karena matahari baru terbenam jam 19:01 (Tokyo).
Jadi aku mau menulis tentang beberapa “Peringatan” yang bisa diterjemahkan menjadi WARNING 注意 yang ada di Jepang. Peringatan ini belum pernah aku jumpai di Indonesia.
1. Peringatan pada sumpit kayu: “Hati-hati waktu membelah sumpit, jangan sampai tertusuk”. Apalagi ada beberapa toko yang menyediakan tusuk gigi di dalam plastik sumpit. Bagus sekali ada peringatan ini, meskipun belum tentu orang “sempat” membacanya. (Saking laparnya…)
2. Peringatan pada WC yang sedang dibersihkan. “Hati-hati sedang dibersihkan, licin”. Nah, kalau ini kupikir memang perlu, apalagi kakek nenek yang jalannya susah dan mudah tergelincir.
3. Peringatan cara jongkok di WC ala Jepang. Cara menghadapnya kemana ditandai dengan tanda bundar (yang benar) serta tanda silang (salah). Hmmm ini juga perlu deh, jangan sampai “salah tembak” hihihi.
4. Peringatan bahwa ada kamera pengintai. Perlukah ini? Hmm paling tidak sebagai pencegah supaya jangan berbuat jahat/iseng karena tindakanmu terekam loh.
5. Peringatan untuk berhati-hati akan kotoran burung dara/walet di stasiun. Ya memang kadang ada burung-burung yang membuat sarang di tiang-tiang stasiun, di atas peron, persis di atas orang-orang menunggu kereta datang. Tapi meskipun ada peringatannya, kita tidak bisa menengadah terus ke atas untuk melihat ada burung dara/walet ngga ya. Salah-salah si kotoran-chan akan masuk ke dalam mulut kita (makanya mingkem! hihihi). Untuk peringatan ini aku tak punya fotonya. Nanti deh kalau nemu dan sempat foto ya 😀
Di Jepang sebetulnya banyak peringatan-peringatan yang kadang kala kami pikir tidak perlu. Tapi begitulah orang Jepang, tidak mau membuat orang lain menderita atau celaka, jadi dipasanglah peringatan-peringatan itu. Juga sebagai “tameng” jika terjadi sesuatu, bisa mengatakan… “Loh kan sudah dikasih peringatan” 😀
Posting hari ini untuk memenuhi permintaan teman blogku Andori, yang meminta aku menulis tentang buku ini di Hari Anak. Berhubung waktu itu aku tidak bisa “mengadakan” buku itu, entah pinjam di perpustakaan atau membelinya, jadi kupikir biar untuk moment pas Hari Ayah saja.
Ya, hari ini tanggal 19 Juni adalah hari Ayah. Tapi…papa Gen harus bekerja. Padahal hari ini juga ada open school di SD Riku. Riku agak sedih karena papanya tidak bisa datang ke kelasnya, tapi cukup senang hari hari Senin besok Riku dan Papanya sama-sama dapat hari libur pengganti.
Sebelum mulai bercerita sedikit mengenai picture book “Papaku Ultraman”, aku ingin mengucapkan Happy Father’s Day untuk semua ayah yang kukenal. Di sini aku juga ingin memperkenalkan tulisan-tulisan sahabat blogger tentang ayah yang bisa dibaca di blognya Uda Vizon “Surau Inyiak” dalam pagelaran Baralek Gadang. Aku juga menulis di situ dengan judul, “Syarat Menjadi Ayah yang Baik”. Silahkan baca di sana.
Papaku Kuat
Papaku Ultraman.
Papaku Kuat.
Papaku amat kuat, tak terkalahkan.
Tapi….
Juga lemah (terhadapku)
Papaku Tidak Kenal Lelah.
Papaku Ultraman.
Berkelahi dengan monster, penuh luka pulang ke rumah.
“Papa pulang”(dengan lunglai)
“Papa…….. selamat pulang! Main monster-monsteran yuuuk”
(dan masih menyimpan energi untuk bermain denganku)
Papa Tidak Menangis.
Papaku Ultraman.
Papa selalu berkata, “Laki-laki tak boleh cengeng”
“Sakit sedikit…tahan… jangan menangis”
“Takut sedikit…tahan…jangan menangis”
Tapi……
Bisa menangis juga (waktu melihat gambarku)
Papa Tidak Takut Luka.
Papaku Ultraman.
Papa berkelahi dengan semangat.
Meskipun luka tetap berkelahi.
“Laki-laki itu harus terluka” sambil terttawa.
Tapi……
Paling tidak tahan melihat anaknya terluka 😀
Papa Disiplin.
Papaku Ultraman.
Dia sangat disiplin. (harus selalu membereskan mainan yang berantakan)
Tapi…. Sesudah berkelahi dengan monster, langsung terbang, tanpa membereskan apa-apa. 😀
Masih ada lagi cerita di dalamnya tapi picture book itu tidak menarik jika tidak membacanya sendiri. Tapi pada intinya buku ini ingin menceritakan bahwa sehebat-hebatnya seorang ayah, sekuat apapun, setegar apapun, jika berhadapan dengan anaknya sendiri, bisa berubah 180 derajat! Atau apa yang dikatakan atau diajarkan seorang ayah pun bisa berubah jika itu mengenai dirinya sendiri. “Harus makan sayur supaya sehat”, padahal dirinya sendiri tidak makan sayur 😀 . Kesimpulannya? Ultraman juga manusia (baca: Papa juga manusia) (sambil menyanyi “Rocker juga manusia ” by Seurieus hihihi)
Kentang dalam bahasa Jepang disebut sebagai Jagaimo. Imo sendiri artinya ubi, nah masalahnya artinya jaga apa?
Rupanya kentang pertama kali masuk ke Jepang tahun 1600-an yang dibawa oleh kapal-kapal Belanda. Kentang-kentang ini berasal dari Jakarta, jadi untuk menamakan umbi baru ini dipakailah nama Jagatara (waktu itu Jkt bernama Jayakarta dan disebut orang Jepang sebagai JAGATARA) imo == Jagaimo dan nama ini dipakai sampai sekarang.
Menjelang musim panas begini, setiap bulan Juni, TK tempat Kai bersekolah (dan tentu Riku juga dulu, cerita waktu Riku bisa baca di sini) mempunyai program untuk memanen kentang di ladang masyarakat sekitar. Tentu ada biaya tapi ini dicover dari uang sekolah, sehingga kami tidak ditarik biaya lagi.
Hari Kamis pagi aku mempersiapkan peralatan yang harus dibawa yaitu sepatu boot yang biasa dipakai waktu hujan dimasukkan dalam plastik, kemudian sarung tangan berkebun untuk mengambil kentang. Mereka mengambil kentang langsung pakai tangan, jadi harus pakai sarung tangan berkebun (gunte 軍手). Tapi jarang ada sarung tangan kebun yang khusus untuk anak-anak TK, jadi kami disuruh membawa kaus kaki bekas saja. Kemudian kami juga harus menyiapkan kantong plastik yang agak tebal untuk membawa hasil panenan. Semua peralatan harus diberi nama.
Sejak pagi Kai sudah bersemangat. Padahal cuaca hari itu mendung. Jika hujan maka acara memanen ini akan dibatalkan. Untung saja sampai dengan kelas Kai pergi ke ladang kentang, hujan tidak turun. Dan Kai bisa membawa pulang sekantong kentang yang masih diliputi tanah untuk mama. Ada kira-kira 2 kg.
Begitu pulang, tentu saja Kai minta aku memasak kentang hasil panenannya. Tapi berhubung aku capek sekali dan kami sampai di rumah sudah pukul 6 malam, jadi aku masak miso soup dengan kentang dan potongan daging. Tadinya ingin membuat German Potatoes, tapi tidak keburu. Hari ini aku coba membuat Rosti Swiss dan hasilnya lumayan enak. Aku juga sudah beli daging untuk membuat Kare daging+kentang besok. Untuk beberapa hari ini menu deMiyashita sudah pasti ada kentangnya deh.
Kentang dan ubi jalar banyak di Jepang, tapi singkong tidak ada. Dan biasalah manusia selalu mencari yang tidak ada kan hehehe. (Ssst di bahasa Jepang singkong itu artinya pengantin baru loh 😀 )
Model lebih banyak dikaitkan dengan peragawati yang cantik-cantik, tinggi dan langsing kalau tidak kurus. Belum lagi kalau peragawati itu menjadi model baju renang, sudah pasti harus seksi.
Menurut KBBI Daring arti model ada empat :
mo·del /modél/ n 1 pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dr sesuatu yg akan dibuat atau dihasilkan: rumahnya dibuat spt — rumah adat; 2 orang yg dipakai sbg contoh untuk dilukis (difoto): pernah aku menjadi — lukisan; 3 orang yg (pekerjaannya) memperagakan contoh pakaian yg akan dipasarkan: gadis — yg cantik-cantik itu memperagakan pakaian dr bahan batik; 4 barang tiruan yg kecil dng bentuk (rupa) persis spt yg ditiru: — pesawat terbang; — dasar pola utama: ia menggunakan jenis tari bedaya sbg — dasar ciptaannya
Nah, yang berhubungan dengan wanita tentu saja arti yang nomor 2 dan 3. Beruntunglah aku sudah pernah menjadi model untuk kedua arti tersebut. Beruntung? Ya tentu saja beruntung, karena aku tidak pernah bercita-cita jadi model, karena menyadari bentuk badanku jauuuuuh dari kriteria untuk menjadi model. (Ya ini juga karena di Jepang sih, kalau di Indonesia sainganku pasti banyak :D)
Meskipun agak maksa dan terpaksa, aku pernah menjadi model lukisan tapi berpakaian baju tradisional Indonesia, yaitu kebaya dan baju Bodo. Tulisannya pernah kutulis di sini : Menjadi model = harus bugil?
Nah, aku juga pernah menjadi model kacamata, membantu teman yang memang designer kacamata dalam sebuah lomba. Tapi aku masih kalah dengan adikku karena dia menjadi model kacamata yang bisa dilihat seluruh Jepang karena memang masuk majalah.
Lalu untuk model yang memperagakan contoh pakaian? Tentu pernah (ho ho), yaitu memperagakan dengan berjalan di atas catwalk, baju tradisional dari Sumatra Barat, bersama adikku yang memakai kimono berwarna merah (senada) dalam festival kimono internasional bertahun lalu.
Sebenarnya aku ingin memasang foto-foto sebagai bukti, tapi karena waktunya mepet, fotonya belakangan yah (hihihi) belum dicari dan discan 😀
Aku ingin ikut berpartisipasi dalam acaranya ASKATnya pakdhe soalnya, jadi untuk foto…sabar dulu.Dan sekaligus membuktikan bahwa menjadi model tak perlu seksi kok 😉
**************************
pakdhe…masih terima ngga? publishnya pas jam 17:00 tuh Kalau tidak terima ya ngga apa-apa juga sih 😀
Nama: Imelda
Judul : Model Tak Harus Seksi
URL: http://imelda.coutrier.com/2011/06/15/model-tak-harus-seksi/
+ foto buktinya belakangan soalnya masih musti cari dan scan hehehe
EM
Ternyata pendaftarannya ditutup tepat jam 17:00 dan saya tidak berhasil menuliskan komentar ke sana 😀 Biarlah, untuk ngeramein narsis sambil mamer foto aja 😉
Tadi pagi waktu kubuka akun Facebookku, aku bisa melihat ada kumpulan foto-foto saudara-saudara kami dalam sebuah pesta di Belanda. Dengan foto itu aku mengenali beberapa om yang pernah kutemui. Well, mereka sudah bertambah tua, tentu saja. Tapi yang menjadi primadona adalah oma Dorothea, adik perempuan dari alm. Opa dari papa, yang menjadi 90 tahun pada January 2010 (sekarang 91 tahun). Pesta itu untuknya, seorang oma yang cukup kukenal baik karena pernah beberapa kali bertemu dan bercakap-cakap di telepon. (Dia masih mahir berbahasa Makassar, sayangnya aku yang tidak bisa :D, sepertinya aku harus belajar bahasa Makassar nih)
Kebetulan kemarin malam, dalam pelajaran Bahasa Indonesia kami membicarakan tentang umur. Usia rata-rata orang Jepang sekarang 82,6 tahun, tertua di dunia. Tapi aku cukup kaget membaca di wikipedia bahasa Jepang tentang Jumyou 寿命 bahwa negara jiran Singapura termasuk dalam 17 negara yang usia rata-rata mencapai 80 tahun lebih. Wah! (Kesejahteraan dan kesehatan kan membuat mereka panjang umur) Indonesia? cukup 70,7 tahun saja. (lihat daftarnya di sini. ups maaf bahasa Jepang :D)
Satu lagi informasi yang kudapat dari wikipedia itu adalah, selama ada pencatatan (diketahui pasti tanggal lahirnya, bukan yang tidak pasti seperti pernah mbak Monda tulis di sini) adalah seorang Perancis bernama Jeanne Louise Calment hidup sampai berusia 122 tahun.
Kalau kita mengucapkan selamat ulang tahun pada seseorang, pasti kita mengatakan atau menyanyikan “Panjang Umurnya…”. Tapi sebetulnya mau sepanjang apakah umur kita? Tentu saja kita tidak bisa tahu, karena panjang tidaknya umur kita adalah wewenang Tuhan. Tapi benarkah kita ingin umur panjang?
Nah, kemarin itu ada seorang muridku yang berusia 60 tahun, akan mendirikan perusahaan di Indonesia, dan dia masih terlihat muda. Hobinya? naik gunung. Dan katanya dia memang tidak banyak mengasup kalori. Katanya kalori itu membuat pendek umur, jadi sebaiknya jangan mengasup kalori terlalu banyak, cukup sepertiganya saja. Dan menurutnya ada sebuah obat umur panjang yang dijual. Namanya Resveratrol, dijual di Amerika seharga 2000 yen (entah dapat berapa biji). Katanya dengan minum obat itu, penuaan akan terhenti, dan kita dapat hidup sampai 100 tahun (tentu saja diluar faktor kecelakaan dsb).
Di situ aku langsung berkata, “Hmmm aku tidak tahu apakah aku mau membeli obat itu. Untuk 2000 yen mungkin murah, dan orang akan berusaha membelinya. Tapi…. kalau aku bisa umur panjang, so what? Apa yang aku bisa kerjakan di usia 100 tahun. Pasti tidak bisa seflexibel waktu muda kan? Pikun? Tidak bisa berjalan? Tidak bisa mencari uang pastinya. Mending 2000 yen nya ditabung untuk anak-anak saja”. (Eh tapi kalau orang kaya sampai uang berlebih mungkin beli satu pabrik yah 😀 )
Mati dan hidup lanjut memang rahasia Tuhan. Sebagai orang beragama tentu kita harus mengisi hidup kita dengan kebaikan. Semua agama pasti menyarankan begitu. Tapi kalau kita juga mau berandai-andai, sebetulnya (kalau bisa) kita mau hidup sampai umur berapa sih? Terus terang aku melihat foto Oma Dorothea itu, aku tak yakin aku bisa sampai 90 tahun dengan begitu sehat dan RIANG. Dan setelah kupikir-pikir aku mau hidup sampai usia berapa? Tetap aku tak bisa menjawabnya. Tapi yang pasti aku tidak mau membeli obat umur panjang :D. Kamu bagaimana?
***************
Karena aku mau memasang fotonya di sini, aku mau meminta ijinnya. Sudah lama juga aku tidak meneleponnya, lebih dari dua tahun. Ya terakhir aku meneleponnya pada hari Ulang tahunnya yang ke 89! Padahal dia sekarang berusia 91 tahun. Kesempatan bagus, setelah aku mencari tahu waktu di Belanda masih pukul 11 pagi.
Oma Do sangat senang begitu aku menyapanya, dan tentu dia masih ingat aku. Sebetulnya waktu gempa di Tohoku, dia ingin meneleponku, tapi karena tidak tahu jadi menelepon papa di Jakarta. Kami berbicara cukup lama sekitar 30 menit, bercerita tentang masa lalu, sejarah keluarga kami, sambil aku juga bertanya apa kegiatan dia. Dulu dia tinggal bersama anak perempuannya, tapi karena anak perempuannya pindah, dia tinggal sendiri. Dia mengakui bahwa pada malam hari dia sering kesepian sendiri.
Karena umurnya sudah lebih dari 90, dia memberikan mobilnya pada anaknya dan tidak menyetir lagi. Dia bilang, “Aduh melda, aku seperti kehilangan pacar. Mobil itu pacarku. Saya kan tidak bisa minta antar-antar terus pada anak-anakku. Jadi sekarang tidak bisa bebas pergi”
Sepi sendiri, tapi Oma Do masih tetap ceria, bahkan sempat menasehatiku untuk melihat semuanya dari sisi positif. Tapi waktu aku mau menutup percakapan kami, aku tetap berusaha berbicara ceria, dan sempat mendengar suaranya bergetar di kata “Daag ” yang terakhir 🙁
Waktu kulihat tarif telepon dari Jepang ke Belanda selama 30 menit hanya 250 yen! Ah, aku harus sering-sering menelepon ke sana juga.
So, aku pasang foto omaku tersayang, Oma Do, 91 tahun yang sekarang tinggal di Amersfoort, Belanda.
Dan dia sempat bertanya, “Kenapa kamu harus tanya dan minta ijin segala imelda?”
“Well, orang Jepang memang harus tanya dulu, terutama jika akan dipublikasikan”
“Ooooh, karena takut disalahgunakan di internet ya?”
“Iya oma….”
“Tapi kamu pilih foto Oma yang bagus ya”
“Tentu!”
12 Juni 2012 Oma Do berkunjung ke Jakarta menemui papaku, dan adik-adikku… Ah sayang sekali waktunya tidak pas dengan waktu mudikku sehingga aku tak bisa bertemu. I really want to hug you Oma……
kuturut ayah ke kota…. (emangnya aku tinggal di desa)
naik delman istimewa kududuk di muka (boro-boro delman, di sini bajaj aja ngga ada)
kududuk samping pak kusir yang sedang bekerja (pak supir aja deh)
mengendarai kuda supaya baik jalannya (supaya jangan ngebut!)
tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuuuukkk (brummm brummm)
***********
Aku mau bercerita tentang hari Minggu yang lalu, Minggu tanggal 5 Juni yang lalu. Kami menghabiskan waktu dengan… belanja.
Tapi belanjanya bukan yang seperti dibayangkan man-teman. Karena bukan belanja harian/bulanan sebangsa makanan, atau baju/sepatu dan lain-lain. Tapi belanja untuk menunjang hobi lama dan baru deMiyashita.
Tujuan kami hari itu adalah Stasiun Nakano, karena hanya di situ ada barang yang kami cari. Jadi kami berempat naik bus, lalu naik kereta dari Kichijoji. Sesampai di Nakano kami langsung ke lantai 2 sebuah mansion (apartemen) yang penampakannya seperti ini:
Kalau bukan demi anak (dan suami) aku jelas-jelas TIDAK MAU masuk sini. Hiiii… bergidik aku lihat kumbang-kumbang dalam toples bergerak. grotesque... Ada juga kepompongnya, di dalam tanah yang masih musti tunggu menetasnya. Penampakan dalamnya seperti ini:
Memang menjelang musim panas, hobi mengumpulkan kumbang dan kupu-kupu memuncak. Aku juga lihat loh anak perempuan datang melihat-lihat. Duh aku rasa anak Indonesia tidak ada yang sampai sesuka ini pada serangga. Bayangkan sampai ada toko khususnya loh.
Sebuah poster di luar toko menunjukkan bahwa banyak kumbang ditemukan di Indonesia terutama Jawa dan Sumatra. Bahkan toko ini juga mengatur paket tour ke pulang Flores khusus untuk menangkap serangga! Kalau orang betawi bilang Edan hehehe.
Sebetulnya kami ke sini hanya mau membeli kotak kaca untuk penyimpanan kupu yang telah dikeringkan. Kira-kira sebesar B5 harganya 1500 yen.(Begitu pulang Riku langsung memasukkan kupu-kupunya yang telah kering. Keren juga euy hasilnya.
Sesudah dari toko khusus serangga ini, kami makan siang dan langsung mencari barang kedua yang kami perlukan. Yaitu album perangko. Ya, tidak setiap toko buku menyediakan buku perangko. Dan berkat perangkat GPS di HPku, aku menemukan beberapa toko buku di sekitar situ. Langsung aku telepon dan mencari toko yang tidak terlalu jauh itu. Mereka hanya punya 2 buku, padahal kalau ada tiga aku mau beli juga. Tapi ya sudahlah, yang penting ada untuk Riku dan Kai.
Sayangnya album yang ada di Jepang kebanyakan berupa clear file dengan kertas hitam berpita transparan, bisa dikeluar masukkan. Aku tidak suka yang ini, aku lebih suka buku lama, benar-benar seperti album. Tapi karena jarang sekali album yang seperti kumau itu, jadi beli saja yang ada. Sebesar B5 (22 x 17 cm) , 8 halaman harganya 1365 yen (menjawab pertanyaan mbak Devi dalam posting Dara-dara). Mahal menurutku. Dan memang sih hobi mengumpulkan perangko ini mahal, seperti yang dikatakan pak Agus Siswoyo di postingan Dara-dara. Karena sebetulnya selain mengumpulkan perangko bekas hasil surat-menyurat, kita bisa membeli perangko bekas “kiloan” atau mengumpulkan perangko baru yang belum dipakai.
Nah, dulu waktu aku masih single dan kaya (ho ho) aku selalu membeli 1 sheet perangko setiap ada perangko baru terbit. 1 Sheet berarti sekitar 10-20 perangko. Tergantung nominalnya berapa, kalau 50 yen berarti 1 sheet bisa 1000 yen kan. Dan, Pos Jepang selalu menerbitkan perangko baru sedikitnya 2-3 jenis per bulan! Belum lagi masing-masing prefektur juga bisa menerbitkan perangko khusus. Duh, tak ada habisnya jenis perangkonya, tapi yang pasti habis uangnya 😀
Untuk perangko dalam 1 lembaran itu aku memasukkan ke dalam clear file biasa saja bukan yang khusus untuk perangko, karena lebih murah. Koleksiku yang 1 sheet baru 5 album. Sedangkan yang dimasukkan ke album baru 3 album. Ini yang di Jepang. Yang di Indonesia sih banyak hehehe, sudah ada 12 album dari seluruh dunia! Setiap mudik aku pandangi dan simpan lagi. Untung tidak kena lembab, jadi kondisi masih bagus.
Jadi sepulang dari Nakano, deMiyashita langsung berkutat dengan hobinya. Ada yang masukkan perangko ke album, ada yang memasukkan kupu-kupu ke dalam frame. Kai yang terkecil meskipun baru 3 tahun 10 bulan, juga ikut-ikut mempunyai album perangko. Mana mau dia kalah dengan kakaknya 😀
Tapi sesungguhnya belanjaan kami hari ini bukan hanya frame kupu-kupu dan album perangko. Tapi juga ada satu set Lego Star Wars untuk Riku dan Kai. Riku sedang tergila-gila pada Lego Star Wars, sehingga ingin membeli yang baru terus. Dasar perusahaan juga mau untung, mereka menempatkan master Yoda,Luke skywalker dsb yang ber-light saver itu tercerai berai dalam pake yang beragam. Jadi kalau mau punya pentolan Star Wars yang lengkap harus beli semua. Huh ! Duit lagi….. jadi pilih yang paling murah 😀 (Tapi terus terang aku jauuuuh lebih suka melihat Riku bermain lego daripada bermain game Nintendo 😀
Bisa bayangkan kan hobi kami seperti itu butuh space yang banyak sebetulnya. Jadilah rumah “Kandang kelinci” kami tidak pernah beres. Dan karena Minggu lalu sudah banyak belanja, hari Minggu ini kamu tinggal di rumah saja, neres-beres rumah dan melanjutkan membereskan hobi yang tertinggal.
Apa yang muncul pada kepalamu begitu mendengar kata “Alladin”? Ini?
I can show you the world Shining, shimmering, splendid Tell me, princess, now when did You last let your heart decide?
I can open your eyes Take you wonder by wonder Over, sideways and under On a magic carpet ride
A whole new world A new fantastic point of view No one to tell us no Or where to go Or say we’re only dreaming
A whole new world A dazzling place I never knew But when I’m way up here It’s crystal clear That now I’m in a whole new world with you Now I’m in a whole new world with you
atau ini?
Kedua Alladin di atas mampir dalam ingatanku dalam 10 hari terakhir. Lagu “A Whole New World” terdapat dalam tulisannya mas trainer, sedangkan Alladin yang kedua terdapat dalam tulisannya Zee mengenai thermos yang ini. Memang kedengarannya sama tapi ternyata nama thermos itu dieja sebagai ALADDIN, bukan ALLADIN.
Ya, dulu waktu aku SD (tahun 1970-an akhir) , thermos Aladdin sempat menjadi trend. Memang sekolahku waktu SD itu sebagian besar muridnya adalah kaum berada (baca kaya). Cukup banyak benda luar negeri yang menjadi gaya hidup di kalangan anak SD saat itu loh. Selain sepatu Kickers, ya thermos Aladdin ini. Western/European minded sekali yah?
Aku ingat sekali seorang teman perempuanku setiap hari membawa minuman susu soda, campuran susu coklat dengan segala macam minuman soda + rhum. Rasanya seperti eggnog yang sering dibuat mama waktu kami sakit. Campuran dari kuning telur+kopi atau susu coklat panas+sedikit rhum. Estemjenya eropa deh. Aku sempat menceritakan soal temanku itu pada papa, dan kukatakan aku iri padanya, ingin juga membawa minuman yang sama dalam thermos Alladin. Tapi papa marah yang berkata, “Anak SD setiap hari minum seperti itu, apalagi diberi rhum… mau jadi apa? Bisa kecanduan alkohol loh!” Tapi aku memang akhirnya dibelikan juga thermos Alladin tapi isinya hanya boleh M*lo atau Ovalt*ne dingin :D.
Ternyata thermos Aladdin ini pada awalnya bernama Stanley- Aladdin Thermos, yang sekarang justru berubah menjadi Stanley Thermos. Tapi nampaknya nama Aladdin tidak bisa hilang menjadi kata kunci dalam pencarian. Menurut website resminya, thermos ini ditemukan oleh seorang Amerika bernama William Stanley Jr pada tahun 1913. Konsep untuk membuat all steel vacuum bottle untuk membuat minuman tetap panas. Pabriknya dibangun tahun 1915 dan pada tahun 1942 sudah menjadi perlengkapan militer dalam Perang Dunia II. Wah sejarahnya sudah hampir satu abad.
Sekarang memang sudah banyak sekali merek-merek yang membuat thermos tahan panas atau dingin, tapi aku selalu teringat nama Aladdin jika berbicara soal thermos, karena nama itu pernah populer waktu kecil. Cukup banyak nama merek yang terkenal kemudian menjadi nama yang mewakili benda tertentu, yang sebetulnya bukan itu sebutannya. Misalnya saja orang Indonesia selalu mengatakan Tipp Ex untuk correction fluid, padahal Tipp Ex merupakan nama merek, bukan nama barang. Tapi karena Tipp Ex yang populer di Indonesia, kita menyebut tippex untuk semua produk penghapus cair yang dijual di Indonesia.Padahal sekarang mereknya sudah banyak dan lebih murah kan? (Dan jangan minta tippex di Jepang karena mereka tidak tahu nama itu. Yang mereka tahu hanya correction fluid 修正液体)
Ah, mencari info tentang ketiga merek yang aku pernah kenal di masa kecil membangkitkan kenangan lama. Mungkin banyak pembaca TE tidak mengetahuinya, tapi adakah barang bermerek yang pernah “jaya” di jaman kamu kecil dan sekarang sudah jarang dijumpai?
Bukan ibuku, karena ibuku sama sekali tidak ibiki. Dan dia marah kalau kita godain “Mama ngorok loh….” 😀 Padahal manusia, baik laki-laki maupun perempuan bisa saja mendengkur (halus).
Ibiki adalah bahasa Jepangnya untuk mengorok (hayooo kata dasarnya apa?) atau mendengkur.
Mendengkur atau dalam bahasa awam dikatakan mengorok (dalam bahasa medis diistilahkan OSA ; Obstructive Sleep Apnea), merupakan hal yang tidak menyenangkan, baik bagi penderita sendiri maupun orang yang mendengarnya. Hal tersebut disebabkan karena adanya hambatan / sumbatan aliran udara pada saat kita bernafas. Banyak faktor yang menyebabkannya, mulai dari daerah rongga hidung, rongga tenggorokkan, rongga mulut dan rongga kerongkongan / pernafasan. (sumber dari sini)
Beberapa malam yang lalu aku sempat susah tidur karena suamiku itu tiba-tiba mengorok keras sekali. Karena dia tidak pernah jarang mengorok sebelumnya (apalagi sekeras itu), aku jadi khawatir, dan berusaha menggoyangkan dia supaya mengganti posisi tidur. Untunglah kemudian dengkurnya berhenti. Kalau tidak, pasti aku begadang terus deh. Aku paling tidak bisa tidur jika masih mendengar sesuatu. Mungkin jika sebatang jarum jatuh, aku bisa terbangun. Tidurnya dangkal. (Padahal dulu waktu kecil, kata ibuku, biar ada bom meledak di sebelahku aku tidak akan terbangun 😀 )
Entah kenapa, mungkin memang pendengaranku itu peka sekali. Beberapa kali aku mendengar suara dengkur berat laki-laki di dalam kamar tidur. Awalnya sekitar 3-4 tahun lalu, waktu itu Gen sedang menginap di kantor. Aku tidur di antara Riku dan Kai. Waktu itu sekitar pukul 2 malam, aku berbaring akan tidur. Dan aku mendengar dengkur berat lelaki dewasa. Aku langsung mendekatkan telinga pada mulut Riku dan Kai, dan mengetahui “itu” bukan dengkuran mereka. Lalu…siapa dong?
Aku lalu pikir, ah biar saja. Setelah berdoa, aku tidur saja agar aku tidak mendengar lagi, dan untunglah aku bisa tertidur. Tapi kejadian seperti itu berlangsung berkali-kali meskipun tidak setiap hari. Dan mesti kalau aku tidur dini hari, bersama Riku dan Kai.
Suatu malam aku merasa labil dan menceritakan hal itu pada Gen. Suamiku itu paling tidak percaya hal-hal gaib. Dia selalu melengos kalau aku bercerita yang aneh-aneh. Asumsiku dulu, sudah anggap saja suara dengkuran itu adalah suara bapak tetangga sebelah yang begitu keras sehingga terdengar sampai kamarku (bisa saja sebelahan dinding kan?). Tapi aku tidak mau bertanya pada tetanggaku apakah suaminya mendengkur atau tidak. Tidak sopan bukan?
Untung saja….setelah aku ceritakan malam itu Gen tidur bersama kami satu kamar, dan … terdengarlah dengkuran itu. “Kamu dengar?” “Ya aku dengar….” Horree, berarti bukan aku saja yang gila hehehe.
Aku sudah terbiasa mendengarnya, tapi memang kadang-kadang aku merasa takut juga. Anehnya aku tidak mendengar apa-apa dan tidak pernah merasa takut juga kalau aku bekerja dalam gelap di kamar tamu, dengan komputerku.
Waktu seorang muridku datang ke rumah, aku bercerita tentang dengkuran itu. Dia sepertinya mempunyai kemampuan untuk berhubungan dengan energi tak terlihat. Lalu dia tanya padaku, apa yang aku maui. Mengusir “dia” atau hanya supaya tidak terdengar dengkurannya? Wah aku bilang, aku tidak merasa terganggu, tidak merasa takut, cuma kalau mendengar dengkuran tentu saja bukannya jadi ngantuk tapi malah melek. Jadi supaya aku tidak dengar saja deh. Dia kemudian minta garam dan sake dan berdoa. Dia menyarankan aku juga untuk membuat piramid garam. Wah, kalau ini aku terus terang malas. Aku punya Tuhan kok, kenapa harus pakai garam segala. Lagipula aku kan hanya mendengar. Memang sih selama aku menceritakan pada muridku yang orang Jepang itu, bergidik juga aku. But, believe it or not, setelah temanku “berdoa” begitu aku tidak dengar lagi dengkuran itu.
Sampai pada tadi malam….
pas aku sedang menulis postingan ini.
Pukul 2:49 pagi tiba-tiba…..
kriiiiiiiing….. telepon berbunyi
satu kali
lalu senyap………………
dan deringan itu membuatku
KHAWATIR… siapa yang sakit? siapa yang telepon….
(bukannya takut sih 😀 )
Akhirnya pukul 3 pagi aku tidur bersama Riku dan Kai…
dan sayup-sayup aku dengar…. dengkuran halus… di kejauhan.
Oyasuminasai (selamat tidur) ZzzZZZZzzzzz
::::::::::::::::
So, ada yang pernah punya masalah dengan ngorok/dengkur? Bisa tidur? Bagaimana caranya supaya tidak dengar?