Berhubung ada yang pernah bertanya apa sih bedanya reuni dan kopdar? Aku mau menuliskan definisinya reuni yang saya kutip dari KBBI daring yaitu : re·u·ni /réuni/ n pertemuan kembali (bekas teman sekolah, kawan seperjuangan, dsb) setelah berpisah cukup lama. Jadi reuni itu adalah kumpulan orang-orang yang pernah bersama (biasanya belajar bersama), kemudian bertemu kembali setelah berapa lama tidak bertemu. Sedangkan kopdar yang merupakan singkatan kopi darat (off air) adalah pertemuan di udara/darat dari kumpulan atau beberapa personil yang belum kenal secara nyata sebelumnya. Mereka berkenalan di dunia maya (atau fans dari siaran radio/TV) dan pertemuan secara fisik itulah yang disebut dengan kopi darat. Menurut jumlah pesertanya Reuni bisa disebut dengan reuni kecil atau reuni akbar. Tapi aku kok tidak pernah baca soal kopdar akbar ya? 😀 Adanya Pesta Blogger, yang konon namanya sudah berganti (lagi).
Nah kalau membaca definisi begitu maka aku juga jadi bingung sih ketika kemarin Sabtu (8 September) aku bertemu dengan mantan mahasiswa, murid bahasa Indonesiaku di Universitas S, yang sudah lulus 4 tahun yang lalu. Apakah pertemuan seperti ini bisa disebut sebagai reuni? Karena posisinya aku sebagai dosen dan mereka mahasiswaku kan? Biasanya Reuni adalah pertemuan antarmurid/mahasiswa….. tapi aku anggap saja itu reuni, karena aku punya prinsip: “Meskipun kedudukanku adalah pengajar, sebetulnya akupun belajar pada saat memberikan pelajaran/kuliah”. Dan senang sekali dengan kelas ini yang begitu kompak, selama kuliah dulu bahkan secara rutin juga bertemu (reuni) sesekali setelah lulus. Aku merasa bahagia mempunyai murid seperti mereka. Salah satu mahasiswanya, Tozu Arisa san, pernah kutulis di Kursi Roda dari Jepang
Tapi selama aku mudik ke Jakarta Agustus lalu, kalau dihitung aku jarang mengadakan kopdar secara rombongan (cuma satu kali yang di pasaraya itu saja ya). Karena itu aku membuat istilah baru, khusus untuk mudikku kali ini yaitu personal touch. Kopdar fisik yang lebih bersifat pribadi, dengan sentuhan pribadi, yang memungkinkan kami bercerita lebih banyak dan lebih dalam (emang laut hihihi).
Kalau personal touch #1 aku bertemu Reti Hatimungilku, dan personal touch #2 aku bertemu teman FB, Yeni Fransisca. Maka di personal touch #3 aku bertemu Nana Harmanto dan Broneo. Senang rasanya bisa bertemu mereka, yang waktu mama meninggalpun pada bulan Februari itu datang ke Jakarta. Tapi waktu itu tentu tidak bisa bicara lama-lama, sehingga waktu bertemu di Jakarta pas tanggal 17 Agustus itu aku bisa lebih santai untuk bercakap-cakap. Tema percakapan juga tidak jauh-jauh dari isi blog sih, terutama soal makanan yang beracun bagi tubuh setiap orang yang berbeda. Aku sebenarnya ingin sekali ke Tasik, tempat tinggal mereka, tapi karena bulan puasa/mendekati lebaran aku urungkan rencana itu. Semoga tahun-tahun mendatang/kesempatan mendatang aku bisa mampir ke sana, tentu jika broneo masih bertugas di sana.
Personal touch #4ku adalah dengan Wita Fauzi. Sahabat Adik blogger yang sebetulnya sedang belajar di Rende, Italia (Tetangga jauhnya Roma). Kebetulan sekali dia juga sedang mudik ke Jakarta, namun karena sama-sama tidak punya pembantu, kami baru bisa bertemu tanggal 24 Agustus, sehari sebelum aku kembali ke Jepang. Karena rumahnya lumayan dekat rumahku, dan sudah sering datang, kami tidak janji bertemu di luar. Kebetulan pas hari itu aku berjanji pada anak-anak untuk mengantar mereka ke kolam renang pagi-pagi, terakhir berenang sebelum kembali ke Tokyo. Dan Wita dengan tenangnya, “Gampang mbak, nanti aku nyusul ke kolam renang. Dekat rumah mtb kan?” Padahal aku yakin dia tidak bisa menemukan kolam yang berada terpencil begitu…eh ternyata sampai juga.. Memang kalau naik motor bisa aja ya cari-cari hehehe (EH tapi ini kurasa karena JIWA petualang si Wita aja yang tingkat tinggi. Wong dia bisa datang sendiri di rumahku di Nerima, Tokyo sana. SENDIRI! gokil bener deh!)
Sayang waktu dia sampai di kolam renang, kami sudah kembali ke rumah, jadi kami bertemu di rumah, dan melewatkan waktu tidak lebih dari 1 jam. Hanya bercerita-cerita soal Roma dna Italia, dan tentu tidak lupa untuk berfoto dong (namanya blogger tuh pasti harus narsis :D). Tapi ada satu yang begitu membuatku amat sangat terharu yaitu waktu dia menyerahkan oleh-oleh dari Roma. Sebuah ROSARIO….. Rosario (seperti tasbih untuk umat Islam, atau untuk umat Buddha) itu kami, umat katolik pakai untuk berdoa kepada Bunda Maria. Dan Rosario dari Roma, merupakan hadiah yang indah! Dan lebih indah dan bermakna untukku karena yang memberikan adalah seorang sahabat yang muslim. Aku sempat bertanya padanya, “Kamu tidak dilihat dengan aneh, seorang muslim berjilbab membeli rosario?” dijawab dengan tertawa…. dan …. satu lagi ucapannya di twitter waktu aku bilang “Ah aku juga mau coba kopi dari Italia” dia berkata, “Abis aku tidak berpikir kopi untuk kado untuk onesan (kakak perempuan)… cuma satu yang terpikir: Rosario”. Kopi dan rosario memang tidak bisa dibandingkan 🙂 Personal touch yang begitu mewah dan istimewa.
Ah Wita… terima kasih banyak… aku semakin yakin bahwa persahabatan kita melampaui kerangka agama atau pemikiran/dugaan lain yang mungkin dapat merusak persahabatan itu sendiri. Aku akan berdoa dengan caraku sendiri, semoga kamu kembali ke Rende dengan selamat, dan dapat meneruskan kuliahmu tanpa halangan. Dan siapa tahu setelah itu bisa belajar ke Jepang, atau London, negara impianmu yang lain. Kiranya persahabatan kita dapat abadi ya.
Tambahan informasi:
Rosario memang banyak dijual sebagai souvenir di toko-toko rohani. Jika ada yang memakainya sebagai kalung, tentu tidak bisa dilarang, karena terbatas sebagai souvenir dan belum diberkati. Tapi sebelum rosario baru kami pakai untuk berdoa, kami akan meminta berkat dulu dari pastor. Rosario yang terlah diberkati akan kami jaga, dan jika putus atau rusak, biasanya kami kumpulkan dengan hormat. Dulu mama pernah bilang bahwa rosario yang rusak harus dibuang ke laut, tidak boleh buang ke tempat sampah. Ternyata waktu aku baca di sini, dikatakan harus dibakar atau dikubur. Tapi sampai sekarang rosario-rosarioku yang rusak masih kusimpan saja.
Jadi tahu alasan Mba Em menggunakan judul Personal Touch. Keren juga. Semoga persahabatan dengan semua blogger bisa langgeng Mba Em. 🙂
Aku mengerti..aku mengerti. bu guru..
Perbedaan reuni dan kopdar..!!
Hhee..
ku tunggu kembali kopdarnya tahun depan di BAndung Coret..!!
aku baru tahu kalau rosario itu harus diberkati dulu.tiap pulang selalu disempatkan bertemu dengan sahabat2 ya memperpanjang talisilaturahmi
Saya baru tau kalo rosario mesti diperlakukan seperti itu Mba, dulu cuma tinggal make pas ada doa bersama di sekolah 😀
Owh…baru ngeh jg maksud istilah personal touch ini heuheu…
Aku juga pernah nechan, dikasih jilbab (sebetulnya itu scarf sih), dari bos Jepang 😀
Wah dapat oleh2 rosario dari Roma.. Senangnya…
Rosarionya cantik ..tambah istimewa karena asalnya dan siapa yang memberikan ya..
Oh baru tau Mb, tasbih dalam katolik dinamakan dengan Rosario dan sebelum dipakai untuk berdoa, harus mendapat berkat dulu dari pastor.
Setalah itu harus dijaga dengan sebaik-baiknya….
Terima kasih Mb, informasinya 🙂
Waaa… ada fotoku dan Bro di sini hehehehe…
seneng bisa ketemu lagi denganmu, Mbak Imel..
Smoga tahun depan bisa ketemu lagi ya… Sayang kami nggak sempat ketemu Riku dan Kai ya… pasti udah gede deh…
Emang menyenangkan bertemu langsung dengan teman-teman lama dan baru dan ngobrolnya “nyambung”..
Semoga persahabatan kita langgeng ya Mbak… 🙂
amieeen….
Tentunya rosario pemberian mbak wita harus diberkati dulu ya mbak sebelum dipakai untuk keperluan rohani….
salam dari ranah minang.. 🙂
baru tau tentang rosario yang rusak mesti dibakar/dikubur…
tapi ya so far saya punya beberapa rosario belum pernah ada yang rusak sih…. 😀
sayangnya kepulangan mbak tahun ini, malah tidak sempat reuni kita yak 😀
pertemuan yang cuma melibatkan sedikit orang memang lebih memberi arti karena bisa bicara dari hati ke hati, beda sekali sensasi jika bertemu ramai2 … walaupun tentu tetap saja memberi arti karena kemeriahannya pun berbeda. senangnya kalau ramai2 itu becandanya bisa gila2an hehehe
jika mbak kemarin dapat rosario dari seorang teman muslim, saya pernah dapat seperangkat mukena dari seorang sahabat Katolik 🙂 mukenanya sudah lapuk, tapi tas mukenanya masih aku simpan sampai sekarang.
Istilah biasanya diciptakan oleh si empunya hajat atau EO, ada yang biasa2 saja dan ada pula yang ingin keren2.
Kopdar akbar sih kayaknya belum ada. Sayapun menggunakan kopdar mini kalau hanya 2-3 orang, kalau agak banyak ya kopdar, gitu saja.
Apapun istilahnya yang penting ada makan2nya.
Salam hangat dari Surabaya
Pertemuan secara personal memang lebih menyenangkan karena kita bisa berbicara tanpa sungkan….tentu beda jika pertemuan nya rame-rame, karena kita harus menghargai orang lain.
Sayang akhirnya saya tak bisa ketemu Imel lagi…karena kali ini pembantu mudik semua, serta ada cucu, jadi nggak tega untuk ditinggal keluar lama-lama.
aku sendiri lebih suka dengan pertemuan yang semacam personal touch begitu, mbak. soalnya biasanya kalau ketemu rame-rame aku cenderung jadi pendiam hehe. tapi kalau ketemu rame-rame, bisa kenal dengan banyak orang sekaligus.
jadi inget pengen hunting foto sama wita deh. 🙂
memang pemberian benda-benda yang sifatnya spiritual dan diberikan oleh teman yang beragama lain, rasanya beda ya. bikin terharu. 🙂 persahabatan mestinya melintasi batas sekat-sekat dalam masyarakat.
Aahh.. pertemuan berdua emang akan lebih mengena ya mbak.. dan oleh olehnya keren banget pengen deh bisa kuliah di eropa.. *mupeng*
Baru tau klo rosario rusak itu harus dikubur atau dibakar. Selama ini kuanggap sebagai alat bantu doa saja sih Untunglah rosarioku belum ada yang rusak.
Persahabatan lintas agama yang indah yaa…
eh, berarti, kemaren inih kita reuni atau kopdar nih mba?…hihihi…
*dijitak mba Imel*
Baiklaaaah, aku tunggu pertemuan kita kembali di tahun depan yah mbaaaa…
mudah mudahan bisa makan makan karena udah gak bulan puasa yaaaa 🙂
Meldaaa.. Rosario nya keyeeen.. Salam damai Mel.. Chees
Haiiii gatot dear, makasih ya mau mampir sini 😀 Iya rosarionya keren kan 😉