Mulai deh posting isengnya. Gara-gara baca di display widget laptop aku bahwa hari ini adalah Hari Hidung. Kalau mengucapkan bahasa Jepang “hana” saja memang tidak bisa langsung mengerti apakah yang dimaksud itu Hana yang berarti Hidung atau Hana yang berarti bunga. Tapi yang jadi peringatan hari ini adalah yang Hidung, karena hari ini tanggal 7 Agustus (8-7 dibaca HAchi –NAna) dan ditetapkan oleh Asosiasi Dokter THT Jepang.
Ada hidung mancung, ada hidung pesek, hidung bangir. Apapun bentuk hidung Anda, kita memang mesti bersyukur bahwa kita masih bisa mempunyai hidung, indra penciuman yang memungkinkan kita membaui sesuatu. Membaui makanan yang enak, parfum yang harum, atau bahkan bau tanah basah karena hujan (saya merasa ini adalah Aroma Terapi bagi saya…tanah basahnya Indonesia karena di Jepang sudah pavement semua). Coba bayangkan kalau tiba-tiba kita tidak bisa membaui sesuatu… betapa tsumaranai (membosankan)nya hidup kita. Tapi jangan sampai menjadi hidung belang ya….
asal-usul hidung belang menurut Remy Sylado : (Kompas 17 November 2001):
pada abad 17 di Batavia, seorang serdadu Pieter Cortenhoeff menjalin cinta dengan anak GUbernur Jendral Belanda Jan Pieterzoon Coen yang bernama Saartje Specx. Rahasia cinta mereka diketahui sang GubJend, dan murkalah dia, ditangkapnya pemuda Cortenhoeff itu dan dicorengnya hidungnya dengan arang sebelum dihukum mati. Sejak itu orang yang ketahuan ‘bermain’ dengan wanita lain dicoreng dengan arang mukanya. Sekarang hidung belang dipakai sebagai sebutan laki-laki “playboy”. Satu lagi kata yang sering dipakai yaitu mata keranjang, yang artinya setali tiga uang, alias sami mawon. Dari mata…pikirannya langsung ke ranjang (tempat tidur) saja alias ngeres deh…hehehe.
Keterangan berbahasa Jepang bisa dibaca di webnya Bapak Sasaki:
Ada-ada saja orang Jepang itu, Hachi + Nana = Hana, jadilah hari Hidung 😀
Mengenai Pieter Cortenhoeff dan Saartje Specx pernah denger ceritanya pas jelajah Kota Tua jakarta. Kabarnya mereka dihukum dihukum di gedung yang sekarang jadi Museum Sejarah Jakarta
tiada hari tanpa peringatan di Jepang
Kalau mata keranjang seharusnya ditulis mata ke ranjang. Tapi karena lama2 ribet akhirnya digabung menjadi keranjang sehingga orang masa kini menyangkanya sebagai keranjang sebagai tempat menyimpan barang, bukan menuju tempat tidur.
Btw, kalau hidung belang seharusnya hidung arang ya? Atau hidung hitam? Kan arang tidak ada yang berwarna warni? Atau mungkin karena hidung orang Belanda putih, terus arangnya hitam, jadi warnanya kontras banget alias belang. Demikian komentar nggak penting dari saya.
Salam…
He he…
hhehehe mungkin seharusnya hidung Zebra ya heheheh
waduh…
ada sejarahnya toh. Hahaha.. Lala ini emang gebleg.. 🙂
Btw,
si abang dari kemarin selalu bilang, “Komentar ga penting”
aaahhh… dasar… lagi stress ya? 🙂
komentar tidak penting kan menurut yang nulis, tapi belum tentu begitu untuk yang baca.
Anyway thank you sudah ngeramein heheheh
Dari dulu tahunya “Hana = Bunga”
Rupanya ada juga ‘hana-hana’ yang lain, ya..he..he..
Ada put. Masalahnya dalam bahasa jepang, bunyi/bacaan yang sama itu banyak, tapi kanjinya beda, sehingga artinya juga beda. Contoh lain adalah Ame yang berarti hujan dan Ame yang berarti candy.
wah ?
hana ?
hahaha.. ntu kan nama aq..
udah dikasitw sama guru jepang, klo hana ntu artinya bisa hidung bisa bunga..
tapi..
bagusan bunga akh..
gamau idung..
hehehe..