Harga Sebuah Kejujuran

14 Mei

Kejujuran…. tampaknya sekarang menjadi barang langka, yang menjadi mahal karena hanya bisa ditemukan di toko antik sana. Jangankan di kancah politik negara Indonesia, dalam rumah tangga pun mungkin sudah sulit untuk dijumpai. Saya sendiri juga kadang lupa apakah saya sudah jujur hari ini. Karena dalam kehidupan sehari-hari pun saya sering berbohong. Setiap ada yang ngebel, saya katakan, “Oh maaf saya tidak bisa baca bahasa Jepang” pada sales penjual koran. Atau “Maaf saya sedang menidurkan anak” pada sales asuransi. Dan seribu alasan lain, kalau saya terpaksa harus mengangkat telepon atau menjawab bel rumah. Well, dengan dalih white-lie?

Tapi beberapa hari yang lalu saya sempat tertegun oleh tindakan Riku. Dia pulang dari bermain di rumah temannya, dan dia menaruh selembar kertas A4 di atas meja kerja papanya. “Mama ini ada surat keterangan polisi!”

What?

“Iya tadi aku ketemu uang di jalan. Sepuluh yen (kira-kira 1000 rupiah). Lalu aku pergi ke pos polisi, dan menyerahkan uang itu ke pak polisi. Itu suratnya.”

“#’$&))(I~=-0…… Kamu ketemu uangnya di mana?”
“Di jalan depan penyeberangan itu loh ma…..”
“Oh ok… kalau kamu ketemunya di dalam rumah ini, itu berarti punya kita loh”
“Itu sih tau dong”
“Hehehe, abis kamu jatuhin uang di mana-mana. OK Riku apa yang kamu buat sudah benar. Mama bangga padamu”

Dalam benakku terlintas, “Aduh uang 10 yen aja ngapain sih dilaporin ke polisi?”.  Sepuluh yen adalah koin ketiga terkecil nominalnya. Mungkin kalau di Indonesia ya seperti koin 100 rupiah deh. Ngapain sih nyerahin ke polisi segala…. Lagian itu polisi kok serius amat ya pake tulis laporan “penemuan barang” segala. Kalau di Indonesia, mungkin pak polisi akan tertawa, dan berkata, “Udah nak ambil aja. Satu lembar ketik laporan “Penemuan barang” ongkosnya berkali lipat deh. (Sorry kalau terkesan sinis).

Well, anakku ini baru belajar bermasyarakat. Dan aku bangga dia melakukan tindakan yang benar, bahkan tanpa bertanya dulu padaku. Masalahnya bukan 10 yen atau 10.000 yen. Bukan nominalnya. Masalahnya adalah kejujuran! Bagaimana kita mau jujur kalau pada sesuatu yang kecil saja kita tidak bisa?

Dan saya kagum pada tindakan pak polisi yang langsung menuliskan laporan “penemuan barang” itu. Di sana tertulis nama, alamat penemu, bentuk barang/nominalnya, dan karena Riku masih SD, tertulis umurnya.Waktu Gen pulang malam harinya, dan membaca surat laporan itu, dia tidak bisa menahan tawa…. sekaligus haru. Sepuluh yen. “Bahagianya kita punya anak yang jujur ya….” Dan kami bersyukur pada Tuhan, atas moment ini.

Dan esok harinya saya terbengong, ketika menerima telepon (rupanya malamnya sudah telepon tapi karena saya sedang menidurkan Kai tidak bisa saya angkat) dari polisi di pos polisi terdekat rumah saya (dari nomor telepon 3 angka terakhir adalah 110 – nomor polisi).

“Riku chan no okaasan desuka? (Apakah Anda ibunya Riku)?”
“Ya, saya ibunya. Maaf kemarin Riku merepotkan….”
“Sudah baca surat penemuan barangnya? Nanti tolong dibaca benar-benar bagian belakang surat laporannya ya. Saya ada beberapa pertanyaan, tolong dijawab ya. Kemarin Riku menemukan 10 yen di jalan, dan melaporkan pada kami. Biasanya kalau yang punya datang kepada kami, kami bisa memberikan nama dan no telepon Riku supaya orang itu telepon dan bilang terima kasih. Apakah Anda bersedia kami memberitahukan nomor teleponnya?”
“Wahh… (dalam hati saya pikir aduh telepon terima kasih utk 10 yen?…eh tapi ini prosedur! formalitas!)… Tidak usah berikan nomor telepon pak. Biar saja”
“OK, kami tidak akan memberikan nomor telepon Anda. Tapi apakah kami boleh memberitahukan nama penemunya?”
“Hmmm kalau nama saja tidak apa-apa pak. Silakan kasih tahu saja”
“Seperti tertulis di laporan tersebut, jika dalam jangka waktu tertentu, tidak ada orang yang claim uang ini, maka uang ini akan menjadi milik Riku. Kami tidak boleh mengambilnya. Jadi kalau tidak ada telepon dari kami yang memberitahukan adanya orang yang mengclaim, kasih tahu Riku untuk ambil uang ini di pos polisi ya. ”
“Maksudnya… uang itu jadi milik Riku?”
“Ya… Dan tolong dibaca ya bagian belakang surat laporan tersebut. Semua ketentuan tertulis di situ”
“Baik pak. Terima kasih banyak untuk teleponnya”

click…. Telepon ditutup. Well…. Untuk 10 yen betapa seriusnya polisi Jepang. Menulis laporan, waktunya melayani Riku, masih menelepon lagi. I AM AMAZED. Takjub! Inilah pendidikan kejujuran yang didukung oleh masyarakat setempat.

Kejujuran Riku kali ini berharga 10 yen, tapi merupakan harta yang tak ternilai untuk masa depannya. Semoga dia bisa tetap begitu. Dan…. Oh Tuhan, tolong aku supaya bisa menjadi contoh yang baik untuk anak-anakku….

76 Replies to “Harga Sebuah Kejujuran

  1. Wow, aku takjub dan rada terharu jg baca posting mbak Imelda ini, betapa kejujuran dihargai sangat tinggi ya! Sekaligus mengingatkan aku betapa kejujuran sdh sangat jarang dijumpai dlm hidup sehari2. Kayaknya aku harus banyak belajar dari Riku nih…[jadi malu ngaku sbg org dewasa yg wise, tp ternyata masih banyak kemunafikan dan ketidakjujuran dlm hidupku…Hiks..].
    Thanks for the beautiful post ya!

    Fanda´s last blog post..The Starbucks Experience

    Terima kasih juga sudah me-link ke sini ya Fanda…
    EM

  2. Riku, om bangga padamu
    Moga kelak dewasa nanti, kau kan senantiasa mempertahankan kejujuran dan kebaikanmu itu
    Buat kedua ORTUmu tetep bangga

    Selamat ya Bu 🙂

    Terima kasih Aa
    EM

  3. riku hebat deh…
    gak nyesel udah bela-belain gendong dia tempo hari… om banggaaaa banget sama kamu, dan lebih banga lagi dg orangtuamu yg telah mencontohkan kejujuran itu…

    semoga kejujuranmu itu terus tumbuh seiring dg pertumbuhan dirimu… 🙂

    vizon´s last blog post..ajib

    heheheh masih teringat beratnya Riku ya Uda? Ya kita sebagai orang tua, mau tidak mau menjadi contoh untuk anak-anak kan?

    EM

  4. Sama Riku ?? Jelas aku kagum, bangga .. anak-nya Mb’ Imel gituuuu ..
    Tapi soal Polisinya itu loh, kagum bener …
    Bener deh .. Bener lah kata Mb’ Imel, paling bakal disuruh ambil aja ma anak yang ngelaporin, atau malah diambil sendiri ma Polisinya
    hhiii 🙂

    Muzda´s last blog post..Untuknya Kenangan Ini Kutuliskan

    Polisinya ngambil? Ngga lah Muz….kekecilan nominalnya …kecuali 100 dollar hahahaha.

    EM

  5. Wah Riku hebat ya, selain soal kejujuran juga inisiatif untuk lapor polisi itu loh. Benar-benar pelajaran PPKN yg dipraktekkan. Lagian polisi ampe segitunya ya mem-followup-nya … Mudah-mudahan suatu saat polisi kita bisa seperti itu ya, all by the book.

    Oemar Bakrie´s last blog post..Kasih dan doa ibu sepanjang jalan …

    Semoga Polisi Indonesia bisa begitu ya Pak. Di sini semua polisi ramah pada anak-anak, sehingga anak-anak tidka takut pergi ke polisi. Kalau di Indonesia, justru kita menakut-nakutin anak-anak dengan setan, dan polisi hihihi

    EM

  6. Benar-benar salut.. Ga ke Ade Riku, maupun ke polisi jepangnya…
    Uang 10 Yen saja benar-benar diperhatikan sedemikian detailnya…

    *kapan Indonesia kayak gini….

    KU tak tahu kapan yak?
    EM

  7. hmmm,
    thanks atas postingan yang bener2 menyentuh…
    mbak tinggal di jepang ya…
    pengen… cita2ku pengen kul dijepang… bisa nggak ya? 🙁 huhuhu

    oh ya, salam kenal,watashi wa hiwatari gie desu… 🙂

    tukeran link dunk mbak…:)

    hiwatarigie´s last blog post..Pendaftaran Stpn 2009 Kapan?

    wahhh soal bisa nggaknya aku ngga tau … tapi coba aja daftar kuliah di Jepang. Cari info di kedutaan Jepang di JKT.
    tukeran link ya…sip sip

    EM

  8. Harga kejujuran itu mungkin kini 10 yen saja, tapi kelak… beugh, priceless! Tak ternilai!

    Jujur aku juga amazed dengan Polisi Jepang yang menanggapinya dengan serius. Tidak membanding-bandingkan nilainya, tapi tetap ke esensinya. Salut aku.. bener-bener salut…

    Nah, Sis..
    Aku semakin yakin untuk minta diajarin dirimu saat kelak aku punya anak sendiri. Will you be my mentor, Sis? 🙂

    Of course I will… tapi sebelumnya YOU have to say “I Will” when a man ask you “Will you marrry me?”.
    EM

  9. seandainaya seluruh anak di Indonesia seperti Riku…..seandainya seluruh polisi di Indonesia seperti polisi Jepang…oh…..tak terbayangkan bagaimana tentram dan amannya Indonesiaku

    exort´s last blog post..Moon

    Mimpi? Hmmm boleh dong kita mimpi apalagi untuk kebaikan
    PEACE!
    EM

  10. Kagum ma Riku.. jadi belajar banyak.. kadang saya udah terbiasa dengan bohong2 kecil, jadi malu..
    salut juga ma polisi Jepang yang begitu profesional menanganinya..

    Ade´s last blog post..Swine flu

  11. Riku mengajarkan tentang kejujuran yang semakin mahal di dunia ini. Tentu Riku juga mendapat pelajaran dari sang ibu tentang pentingnya kejujuran. Tapi, anehnya, sang ibu dengan jujur mengungkapkan kalau ia sendiri terkadang tidak jujur. He…he..

    racheedus´s last blog post..Tak Punya Uang

    Aduhh pak, saya juga ngga bisa bilang dong bahwa saya selalu jujur selama saya hidup 41 tahun di dunia ini. Kalau saya bilang, “Oh saya SELALU JUJUR”, berarti saya tidak jujur hehhehe.
    EM

  12. Ah … saya merinding membaca ini …

    Amazed dengan system keamanan – kepolisian yang demikian serius menindak lanjuti hal yang semestinya … penemuan setara 1000 rupiah sekalipun …

    And above all …
    Saya kagum dengan Riku …
    Keep up the behaviour Young Man …
    Tetaplah berbuat seperti itu …

    Bukan karena ingin membuat orang tuamu bangga …
    Tetapi yang lebih penting …
    karena memang … you have to do it as a human being

    I am proud of you Young Man … !!!

    salam saya

    nh18´s last blog post..HUJAN

    Betul sekali mas….
    Bukan karena ingin membuat kami bangga, tapi karena itu harus dilakukan sebagai seorang MANUSIA.
    Terima kasih mas…

    EM

  13. Ada cerpen yg cukup lama ditulis oleh pengarang Muh. Ali. Judulnya Kisah di Kantor Pos. Isinya tentang kejujuran seseorang yg ingin mengembalikan uang lebih yg diterimanya saat menukarkan wesel.

    Pertama kali membaca cerpen di atas saya tercenung lama. Tapi membaca tulisan mbak ini dan apa yg dilakukan putra mbak, saya nggak hanya tercenung, tapi juga ternganga. Selamat, mbak punya putra terbaik dan belajar di lingkungan yg luar biasa baiknya.

    Simpulannya, nggak ada salahnya belajar jujur walau dari anak kecil sekali pun

    Benar pak, kita harus terus belajar, dari mana pun , dan dari siapa pun…. meskipun dia anak kecil atau kedudukannya lebih rendah dari kita.
    BTW bapak ada copynya cerpen “Kisah di Kantor Pos” itu?
    EM

  14. Wow, mbak Imelda….postingannya bagus banget, sempet bikin saya terharu sekaligus bangga pada Riku dan takjub atas cara kerja polisi dan budaya yang didukung oleh masyarakat di sana. Sungguh terkesan sekali atas cara kerja mereka untuk menghargai sebuah kejujuran dan hal ini sangat penting bagi pembelajaran kita. Salut…(andai hal ini bisa menular diIndonesia, hem…)

    Dan buat Riku, aduh…Riku hebat sekali…tante juga “bangga” sama Riku….

    Buat mbak Imelda & Mas Gen “selamat” karena sudah berhasil memberikan pembelajaran yang baik untuk anak2nya. Kan ada pepatahnya mbak…Kalau buah itu jatuh nggak jauh dari pohonnya 🙂 🙂 🙂

    Ok, mbak Imelda, selamat beraktivas kembali, saya selalu tunggu postingannya. Titip peluk & cium buat Riku & Kai juga mbak 🙂

    Best regard,
    Bintang

    elindasari´s last blog post..Bukan Salah Saya, Salah Siapa, Yach ?

  15. ehm… mbak..
    nanti kalau saya sudah jadi ibu…
    saya diajari bagaimana caranya supaya anak-anak bisa tumbuh menjadi orang yang jujur ya…

    🙂

    *salutbuatmbakimeldanriku*

    yoan´s last blog post..Mari Kita Sukseskan GERPAKDE!

    hahaha Yoan… kasih tahu aja kapan waktunya tiba.
    EM

  16. Uh… aku terdiam lama baca tulisan ini Mel..

    Berharap terlalu banyak atas perbaikan struktur nilai moral dinegeriku yg menurutku sudah sangat porak poranda)..

    Thank you for sharing Imelda

    Nug´s last blog post..Tas Politisi yang tertinggal

    Iya mas…. tapi janganlah berhenti berharap selama kita masih bisa bernafas.
    EM

  17. salam kenal riku-kun and keluarga.ceritanya asyiiik. kapan2 “pakde” rahman dan keluarga boleh ya ketemu, mumpung sekarang ada di tokyo.

    Ow, sampai kapan di Tokyonya pak…
    EM

  18. Salut buat Riku, kejujurannya bener2 bikin kagum, semoga seterusnya bisa jujur seperti itu y mbak.
    Buat polisi jepang, wow kapan y polisi Indonesia seperti mereka?

    salam kenal mbak imel…
    btw, tau blog ini akibat jalan-jalan k blog mbak fanda hehhee

    dwina´s last blog post..Aku Tertipu + Bayar Utang

    Salam kenal juga dwina
    EM

  19. Aku kagum dan salut banget dengan Riku serta polisi Jepang (yang menjalani prosedur sebagaimana adanya) !!
    Hebat sekali…. Bangganya jadi ibu utk anak sehebat Riku ya ??

    reni´s last blog post..Pertukaran pelajar

  20. Riku, ya ampun HEBAT banget dech…

    semoga kamu selalu jadi anak yang pintar,baik dan jujur selalu ya 🙂

  21. Pertama salam kenal dulu Bu.
    Kedua, saya tak bisa bercoment lagi, ini pengalaman yg luar biasa. Antara Indonesia, Jepang, budaya dan sebuh kejujuran.

    Ozan´s last blog post..Perahu Agung Pengantin Baru

    Hai Ozank, salam kenal juga.
    EM

  22. Well mbak, Ini tulisan bagus banget
    dan Riku hebat banget…
    sungguh mengharukan, tindakan kepahlawanannya sungguh amat menawan..
    Ya…semoga itu bisa jadi bekal dia kelak di masa depannya.
    Terkesan juga sama polisi di Jepang yang benar2 bekerja untuk hal sekecil apapun bagi masyarakatnya….

    prameswari´s last blog post..Catatan di penghujung : "Yang Tercabik"

  23. salut buat riku!! (smoga aku bisa belajar dari riku)

    salut buat mama-papanya, yang telah bisa mendidik riku shg bisa spt itu (jujur & mau “bersusah-susah” kepolisi demi kejujuran yang diusung)

    salut ama polisi jepang yg sangat profesional & tidak melihat “nilai” kasus-nya
    (kapan yach polisi kita bisa belajar dari mereka??)

  24. Ya riku sugoi ! Erai !
    Juga betul, senang ya ada polisi yang bisa menerima kejujuran Riku.

    Kemarin nenekku di Hachinohe katanya buka rahasian yang udah disimpan 10 tahun. Dia datang sama Ton&Kan dan obasan di Saitama (kebetulan obasan juga di hachinohe waktu itu) lalu bilang saya mau buka rahasia sekarang. 10 tahun lalu nenekku menemui dompet yang isinya 5000 yen. Sebelum itu nenek dicopet dompet jadi kesal, jadi waktu menemui dompet katanya udah nggak mau lapor polisi. Dompetnya disimpan di OSHIIRE yang lama, tapi nenek nggak bisa pakai uang itu dan selalu hatinya berat. Nah 10 tahun kemudian akhirnya dia kasihtahu mengenai dompet itu sama keluarga, dan nanya, apakah lebih baik dilapor polisi?? Tapi mungkin udah JIKOU, udah nggak bisa ketemu lagi sama pemiliknya… ha ha kasihan nenek juga udah terus 10 tahu merasa berat dengan dompet dan 5000 yen. Kita bisa belajar betapa beratnya kalau kita tidak jujur…

    Jadi Riku lebih ERAI dong daripada nenekku, hi hi hi.

    Aduuuuh obaasan kasihan 10 tahun nayandeita ne. Dan keluar ceritanya sesudah 10 tahun? wah wah wah menderita 10 tahun…hiks
    EM

  25. Riku benar-benar cermin dari mama nya. 🙂

    Wah pak…komentarnya seakan tahu saya bener hehehhe. Yang benar sih cermin dari papa dan mamanya, meskipun kami terus belajar untuk menjadi ortu yang baik.
    EM

  26. riku…riku…

    andai saja para pajabat disini kaya kamu…;))
    gtw deh gimana jadinya ;))

    yg pasti,saya ikut bangga mba…
    dalem n nyentuh banget mba…

    mudah2an kelak semua masyarakat disini bisa kaya RIKU…amin…

    saya tunggu kisah2 selanjutnya ya mba…
    ths mba..

    pasang iklan gratis´s last blog post..Jasa Penerjemahan Bahasa

    Terima kasih….
    EM

  27. huaaaa!!! speechless…
    memang bukan nominalnya, mbak, tapi bahwa riku mengerti apa yang harus dilakukan, terlebih lagi pak polisi menanggapinya dengan serius sehingga semakin lengkaplah pelajaran moral dan perilaku bagi riku.
    duh… masih terkelu. *tapi kok bisa komen juga?*

  28. Pembelajaran yang bagus dari Riku dan Pak Polisi..
    Hmmm mbak Imel, next time kalau ada agen polis asuransi mengebel ke rumah bagaimana?

    Yoga´s last blog post..Terpilin-pilin!

    Saya akan bilang, “Saya udah ikut asuransi di tempat lain (dan ini benar hihihi)”
    EM

  29. Riku….eyang Dyah sampai tercengang membacanya,,,hebat sekali..
    dan pak polisi di jepang juga luar biasa…punya komitmen yang tinggi..
    Kejujuran Riku akan menjadi bekal selanjutnya…mbak Imel mesti bersyukur punya Riku yang hebat…

  30. Hmm…ini adalah salah satu alasan knp aku sungguh mencintai Jepang…karena aku sendiri pernah kehilangan syal (sumpah cuma syal jelek yg udah kena kotoran umineko pas ke Kabushima) jatuh di city hall n bru diambil seminggu kemudian…eh masih ada!

    Coba klo jatohnya di seputaran jakarta, klo msh bgs diambil…klo udah jelek pasti masuk tong sampah deh hihi

    Tapi tetep bangga sama Riku!!! Duh jd terharu heehhehe

    wita´s last blog post..Daruma, Si Bundar Pembawa Keberuntungan

  31. Si Riku tak acungin jempol dehh’ 😀

    polisi2 di jepang juga sangat care ya untuk masalah yang “kayaknya sangat sepele” itu. hmm…seandainya di Indonesia ada budaya seperti itu….

  32. Polisi Jepang pasti akrab dengan anak-anak ya Mbak, sehingga Riku yang baru berumur 6 tahun tidak takut ‘berurusan’ dengannya. Pendidikan budi pekerti memang harus ditanamkan sejak dini, agar melekat dan terinternalisasi pada diri seorang anak. Saya yakin Riku (dan Kai tentunya) akan tumbuh menjadi pribadi yang bukan saja jujur, tetapi juga cerdas dan memiliki kepekaan sosial. Istilah populernya sih, punya IQ, EQ, dan SQ yang tinggi.

    Btw, uang 10 yen itu akhirnya diambil pemiliknya nggak Mbak? Kalau nggak, jadi milik Riku dong 😀 Uang 10 yen bisa dipakai untuk membeli apa ya di Jepang?

    Tuti Nonka´s last blog post..Tak Seindah Namamu

    Mbak, karena mbak bilang Riku tidak takut, jadi saya mau tulis deh. Sebetulnya salah orang tua juga karena suka menakut-nakuti anak dengan … polisi. Awas jangan nakal nanti ditangkep polisi loh. Awas jangan nakal nanti dibawa wewegombel. Atau dulu waktu Andy adik saya masih kecil dia ditakut-takuti dengan tukang sate. Kalau malam kan tukang sate lewat depan rumah dan berteriak, ” …..teeee” dengan suaranya yang khas. Dan itu berhasil membuat Andy takut dan mau makan malam.
    Saya secara tidak sadar sebetulnya sudah menakut-nakuti Riku dengan kata-kata…”Awas nanti ditangkap polisi loh”. Tapi dlaam kehidupan di Jepang, sosok polisi tidaklah menakutkan! Malah sebagai tempat perlindungan warga yang takut, cemas, tersesat. Dengan mudahnya kita datangi polisi, dan bertanya, dan mereka akan menjawab dengan ramah. Tidak ada tampang angker apalagi yang berkumis. (KUMIS tidak ada di kamus polisi jepang)
    Tugas pak polisi adalah juga mengadakan patroli keliling wilayahnya dengan sepeda. Mengelilingi adalah mawaru, sehingga nama pak polisi bukan lagi Keisatsukan (yang angkuh namanya) tapi bagi anak-anak menyebutnya dengan OMAWARI san.
    Psikologi masyarakatnya memang beda sih ya, antara jepang dan Indonesia. (Tapi mbak aku pernah berargumen begini dan langsung dibantah oleh istri polisi …dia bilang polisi di bekasi baik-baik kok hihihi.)

    EM

  33. mengharapka kejujuran dari manusia adalah hal yang tidak mungkin, karena mereka hanyalah manusia biasa. kejujuran sejati hanya bisa diupayakan, dilatih dan dimiliki mereka yang ingin pulang kembali ke asal, dan berhenti menjadi manusia..

  34. uwooooo 10 yennnn???
    biaya polisi nelpon? biaya kertasnya??
    *takjub*
    luar biasa..
    -geleng2 kepala-
    .-= narpen´s last blog ..Senyum untuk Ibu =-.

  35. cuman bisa bilang, riku & polisi jepang hebat.. Salut!
    andai orang indonesia & polisinya sejujur riku & hebat kyk polisi jepang ya….

  36. Disekitar Polisi yang sehat, terdapat Anak yang sehat (maksa).

    Tapi keren memang. Aku jadi inget omongan Papah ku dulu,

    “Seorang seperti pak polisi / Riku itu, membawa nama baik seluruh Jepang / Indonesia. Tapi seorang korup seperti (sebut sendiri), membawa kehancuran negerinya sendiri”

    Aku juga banyak bertemu polisi polisi baek di Indo kok. Cuman tragis memang polisi korupnya 95% hehehe.
    .-= Bantal´s last blog ..Memasak Adalah? =-.

  37. Mba, cerita ini kami bahas di kos, dan kami benar2 kagum atas nilai kejujuran di Jepang, luar biasa.. seandainya di sini juga bisa begitu, alangkah senangnya..

  38. Acungan jempol untuk Riku dan respons dari pihak kepolisian.
    Kejujuran memang harus dijunjung tinggi.
    Seorang pejabat pernah mencak-mencak ketika dalam kolom “kejujuran” pada daftar penilaiannya diberi angka 90. Dia bilang ” berarti yang 10 saya dianggap tidak jujur donk”

    Semoga kita bisa menjadin orang jujur, kapan saja, dimana saja, saat sendirian maupun ditengah-tengah keramaian.

    salam hangat dari Surabaya

  39. mbak imel, salut dengan riku. klo ttg kejujuran di jepang sudah banyak sekali mengalaminya, mbak:) semoga bisa menularkannya kepada anak-anak karena suatu saat pasti akan pulang ke Indonesia nih 🙂

  40. Menakjubkan! Sebagai orang Makassar, saya merasa bangga punya Riku yang begitu jujur. Sifat itu sudah amat jarang didapatkan, bahkan dari orang tua sekalipun. Pada hal “lontarak” mengajarkan, jujur adalah satu diantara empat sifat dari seorang pemimpin: berani dan tegas, cerdas dan berpunya. Semoga sifat-sifat baik ini akan terus dipupuk sehingga Riku dapat menjadi pemimpin ideal masa depan. Amien.

  41. Saya malah ngimpi mbak, kalau sebagian kita seperti ini (ngga mengharap semua sih….). Tapi setidaknya ada perubahan yang mendalam.
    Eh, kecil2 sudah buat ortu nya bangga, mudah2an tetap sampai dewasa nanti 😀

    semoga ya
    EM

  42. Riku sangat jujur banget y mbak, saya salut apalagi dengan polisinya wah two thumbs up deh mbak..
    *salam kenal mbak..
    saya mau share cerita mbak, boleh tak ?
    terima kasih 🙂

    tentu saja boleh. silakan
    EM

  43. halo mbak imelda..saya sangat tertegun membaca cerita anda. Sebuah cerita singkat yang sangat bermakna. Kejujuran adalah modal utama dalam kehidupan. dan Riku telah membuktikannya.

  44. hahaha Riku kun, lucu banget. aku juga baru kejadian dompet hilang di sekitar kampusku di Kobe ini, mana isinya banyak (belum sempat setor bank) san semua kartu penting ada di situ, yg menemukan sesama mahasiswa, langsung kembali UTUH, aku telpon si pemungut dompet itu dan bilang “bisa bertemu tidak?”, dia menolak dgn halus sambil mengucapkan “terima kasih, saya sudah cukup senang hanya dengan mengetahui dompet itu sudah kembali kepada pemiliknya” makdesss, jantung seperti disiram air dingin, sejuk banget ;). aku salut banget dg didikan di Jepang sini, aku pengen nanti kalau punya anak bisa jujur seperti mereka ya. AMIIEN. 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *