Suatu pagi, aku tergesa masuk ke dalam gerbong kereta. Ada sebuah kursi yang kosong, dan aku langsung duduki. Tumben sekali ada yang kosong, karena biasanya naik Yamanote Line di pagi hari, hampir dipastikan tidak bisa duduk. Berdiripun biasanya tidak bisa bergerak ke mana-mana, alias nempel pada orang di depan/samping/belakang kita. Kalau bisa masuk ke bagian tengah, ya begitulah kondisinya. Tapi kalau dapat di pinggiran pintu? Bisa-bisa muka tertempel di kaca pintu. Sebuah pemandangan yang bisa menguncang tawa, jika kamu ada waktu. Karena….. wajah yang tertempel di gerbong itu mengingatkanmu pada ikan mas koki yang sedang megap-megap hihihi. (Sayang saya tidak bisa menggambar, kalau tidak tulisan ini akan lebih lengkap dengan ilustrasi ya)
Sebelahku seorang pemuda, orang kantoran…. Salaryman istilahnya di Jepang. Tentu berpakaian jas lengkap dengan dasinya. Sebuah pemandangan yang biasa sih. Tapi aku merasa ada yang aneh. Hmmmm… apa ya?
Astagaaaaa…. aku tidak bisa menahan mulutku untuk tidak terbuka…. Mau ketawa tapi sebel. Apa pasal? Setelan jas yang dia pakai, persis sama dengan setelan jas yang aku pakai!!! Whooaaaaaa…. Memang aku sering mengajar dengan memakai setelan jas, kelihatan lebih angkuh dan profesional penampilannya bukan? Setelan jas yang kupakai hari itu adalah celana panjang dan jas berwarna hitam, dengan garis-garis putih samar. Dooooh garisnya juga mirip besarnya. Jadi kami berdua kelihatan sebagai pasangan yang sengaja “kembaran” pakai baju yang sama. (padahal beda umurnya jauh lah hihihi, seperti tante-tante dengan tsubame — bahasa jepangnya untuk daunmuda).
Aku lalu teringat pada pasangan anak kembar, yang sering didandani oleh ibunya (bapaknya kayaknya sih cuek aja) dengan baju yang sama. Sehingga tambahlah kebingungan kita menentukan mana yang Ani, mana yang Ina. Ani dan Ina ini dulu sama-sama satu SD dengan aku, dan hanya bisa dibedakan dengan tahi lalat. Yang ada tahi lalat di hidung itu Ani, yang tidak ada ya si Ina.
Gen suamiku, mempunyai saudara kembar, Taku. Dan waktu kutanya, apakah dulu dia sering dipakaikan baju yang sama, dia berkata, “NO WAY!”. Ya mungkin setelah dia “sadar” dia bisa kritik ibunya. Padahal sebelum dia sadar, pasti sudah dipakaikan segala sesuatu yang sama. Dan saya menemukan beberapa foto mereka…. (moga-moga Gen tidak marah…. jangan marah ya sayang hihihi dirayu dulu ahhh)

Asal kata “kembaran” yaitu memakai baju or anything deh yang sama memang berasal dari kata kembar.
kem·bar a 1 sama rupanya (keadaannya): anak-anak kucing itu berwarna — , kelima-limanya belang tiga; 2 dilahirkan bersama-sama dr satu ibu (tt anak): anak — biasanya berwajah mirip; 3 rangkap; dobel (tt nomor kendaraan, majalah, dsb); (KBBI Daring)
Sering kali meskipun bukan anak kembar, kita juga sering melihat kakak-adik yang memakai baju dengan corak yang sama persis. Pasti begitu kita melihat anak-anak yang lucu itu, kita akan berteriak, “Aduuuh lucunya…”….

Well, aku sendiri punya 2 adik perempuan. Kita bertiga dulu sering disebut sebagai “Lex Trio”… padahal ngga mirip loh. Dan kesukaan kami berbeda, paling-paling yang pernah papa saya lakukan adalah membeli sebuah TShirt bertuliskan “I’m the BIG sister”, “I’m the middle” dan “I’m the LITTLE Sister”. Dan entah kenapa, baju adik saya, “I’m the little sister” itu yang sekarang ada di dalam lemari saya. (Mungkin cita-citanya untuk diet dan menjadi “little” ya hihihi)

Dan kupikir, mungkin banyak anak-anak kembar yang sebenarnya tidak suka memakai baju yang sama dengan kembarannya. Apalagi waktu mulai menjadi remaja. Sama seperti kami bertiga, tidak suka memakai baju kembar untuk menunjukkan kakak-beradik. Betapa anak-anak sering menjadi korban dari keinginan ibunya yang ingin menjadikan anak-anaknya pusat perhatian. Memang bisa dimengerti sih. Tapi waktu kutanya pada ibu mertuaku tentang baju kembar ini, dia berkata, “Kalau dibelikan kakak-neneknya memang ada, tapi saya sendiri tidak membeli baju kembar. Abis dong duit saya untuk beli baju yang sama. Mending beli yang lain-lain sehingga tidak ketahuan bahwa bajunya itu tuker-tukeran” hehehe… pinter juga akal ibu mertuaku ini.
Dan setelah aku mulai mengerti fashion, pasti deh cewek-cewek juga akan tidak suka jika tiba-tiba dia bertemu dengan orang lain, yang memakai baju yang persssiiiiiisssss sama dengan dia (Untung aku belum pernah kejadian hihihi). Ketahuan lah harganya, beli di mana dsb dsb. Kalau mereknya Chanel, Christian Dior atau Aigner sih boleh-boleh aja (Eh…ngga tahu juga apa merek-merek mahal gitu bikin baju kodian ngga ya? Ngga pernah beli sih hihihi).
Memang untuk acara tertentu seperti reunian kadang menentukan dresscode tertentu, tapi…. ngga sama persis kan?
So, Anda sendiri mau tidak dikembarin saudara atau orang lain dalam berpakaian atau yang lain-lain?
