Tidur Cepat, Bangun Pagi dan Makan Pagi

28 Mei

Ini adalah kampanye dari Departemen Pendidikan Jepang kepada pelajar di Jepang, serta orang tua mereka. “Hayane, Hayaoki, Asagohan 早寝早起き朝ごはん”。 Sudah sejak Riku di penitipan anak (hoikuen) 保育園 saya mengetahui slogan ini. Waktu itu baru mulai digembar-gemborkan. Tapi kondisi waktu itu tidak memungkinkan bagi saya untuk menjalaninya. Karena saya masih sering pulang mengajar larut, sehingga Riku baru pulang sampai rumah jam 9 malam bersama papanya. Saya sendiri sampai rumah jam 10 malam, masak 30 menit, makan 30 menit, dan tidur jam 11:30- 12:00an. Jadi Riku terbiasa tidur larut, meskipun bangun paginya juga tidak terlalu lambat (paling lambat jam 8 sudah bangun).

Tapi sejak Riku masuk TK, saya berhenti mengajar semua kelas malam. Sehingga Riku bisa tidur pukul 8-9 malam, dan bangun pukul 6-7 pagi keesokan harinya. Karena harus membawa bento (bekal makanan) di TK, maka sekaligus saya persiapkan makan pagi untuk dia, dengan menu yang sama dengan apa yang dibawa.

Simbol slogan Tidur Cepat, Bangun Cepat dan Makan Pagi
Simbol slogan Tidur Cepat, Bangun Cepat dan Makan Pagi

Kenapa sih Departemen Pendidikan Jepang sampai harus mengumandangkan slogan ini? Pertama, adanya kenyataan bahwa jumlah kejahatan anak dan remaja yang semakin serius. Misalnya pada tahun 2004 terdapat 134,852 kasus kejahatan anak/remaja. Selain itu dirasakan ritme kehidupan anak-anak yang semakin “ngawur”. Misalnya balita yang tidur sesudah pukul 10 malam, jumlahnya semakin bertambah. Dalam survey tahun 1990 diketahui bahwa jumlah yang sebesar 31% itu, 10 tahun kemudian (2000) menjadi 50%.  Jumlah murid SD/SMP yang tidak makan pagi juga dibandingkan 5 tahun sebelumnya terlihat pertambahan yang mencolok. Misalnya data tahun 1995 menunjukkan 13% murid SD dan 19% murid SMP tidak sarapan pagi, sedangkan pada tahun 2000 jumlah itu menjadi 16% dan 20%. Padahal dari survey diketahui bahwa murid yang selalu makan pagi, test/ujiannya cenderung mendapat nilai yang tinggi.

Dari berita NHK yang saya tonton seminggu lalu, juga dibahas tentang kegiatan kampanye “Tidur Cepat, Bangun Pagi dan Makan Pagi” ini.  Berdasarkan suatu survey, anak-anak yang tidak bersemangat (malas-malasan) ternyata 9% dari mereka selalu makan pagi setiap hari, sedangkan 38% tidak makan pagi. Hal ini juga terjadi pada anak-anak yang bertempramen “cepat panas, jengkel/kesal”. Ketika ditanya apakah kamu sering merasa jengkel/kesal, maka didapat jawaban 32% dari mereka itu tidak makan pagi, dibandingkan 18% dari mereka yang makan pagi setiap hari. Jadi makan pagi ternyata berpengaruh pada semangat dan kepribadian anak-anak. (Selain itu ada juga survey mengenai makan bersama keluarga atau makan sendiri… ternyata makan bersama keluarga itu lebih baik daripada makan sendiri —- ya memang semestinya begitu sih)

Jadi, sekarang pun saya selalu menyiapkan makan pagi untuk Riku sebelum dia berangkat ke sekolah pukul 7:45. Meskipun saya sudah tidak usah menyiapkan bento (bekal makanan) lagi.Wah tidak usah menyiapkan bento ini merupakan suatu “anugerah” buat saya. Pusing juga loh memikirkan isi bento itu. Karena harus memikirkan keseimbangan gizi/vitamin , dan faktor “keindahan” (supaya mau dimakan —untung Riku makan apa saja) dan “kepraktisan” (tidak bisa memasukkan masakan yang berkuah dalam bento itu).

Sekitar pukul 12:20 sampai 13:00 sesudah jam pelajaran ke 4, disediakan makan bersama di sekolah yang namanya kyushoku 給食. Karena sekolah Riku adalah sekolah negeri, maka yang memasak di dapur sekolah itu berada dibawah (dipekerjakan oleh)  pemerintah daerah. Sebetulnya hari Rabu kemarin, saya bisa mencoba makanan yang disajikan kepada anak-anak itu. Tapi karena kemarin ada rapat/kegiatan PTA dari pagi dan setelah itu saya harus cepat-cepat menjemput Kai di penitipan, maka saya tidak bisa mencoba makanan murid SD itu. Tapi bau kare yang enak (karena mild saya tidak merasa keberatan karena pada dasarnya saya tidak suka makan kare) yang dipersiapkan di dapur itu memenuhi satu gedung sekolah. Dan bau itu cukup menggugah perut yang lapar.

Menurut Riku sih makanan yang disajikan setiap hari sekolah (Senin-Jumat) ini enak. Selain makanan utama juga ada buah/kue dan susu. Jadi setiap hari Riku juga minum susu di sekolah. Bahkan pada tanggal 25 kemarin, dengan riangnya pulang ke rumah dan mengatakan, “Mama tadi kyushokunya dessertnya cake loh…enak!” Dalam hati saya pikir, mentang-mentang tanggal 25 adalah hari gajian (di Jepang kebanyakan hari gajian adalah tgl 25), jadi makanannya juga istimewa hihihihi.

Petugas kyushoku harus memakai baju ini, dan tugas ini berlaku selama satu minggu. Pada hari jumat, pakaian ini dibawa pulang untuk dicuci dan dibawa kembali ke sekolah seninnya.
Petugas kyushoku harus memakai baju ini, dan tugas ini berlaku selama satu minggu. Pada hari jumat, pakaian ini dibawa pulang untuk dicuci dan dibawa kembali ke sekolah seninnya.

Murid-murid itu makan di mana? Tentu saja makan di kelas masing-masing, karena tidak ada ruang makan khusus. Masing-masing anak setiap hari harus membawa alas piring dan serbet untuk melap mulut. Lalu setiap kelas mempunyai daftar petugas kyushoku. Murid-murid yang bertugas itu bersama gurunya akan mengambil sebuah meja dorong yang berisi panci nasi, sup dan lauk yang sudah diatur oleh pemasak. Jadi ada yang bertugas membagi nasi, membagi sup dan lauk. Juga jika ada sisa, bagi yang mau tambah masih bisa. Awal-awal Riku masuk SD, dia sering melapor pada saya bahwa dia menambah makanan waktu kyushoku (oi oi, jangan banyak-banyak ntar gendut hihihi)

meja dorong berisi nasi, sup dan lauk pauk
meja dorong berisi nasi, sup dan lauk pauk

Makan yang sama bersama teman-teman, bertanggung-jawab pada tugas masing-masing, menghabiskan makan tanpa ada suka/tidak suka pada makanan, banyak sekali manfaat dari kyushoku ini (selain meringankan tugas ibu menyiapkan bekal). Memang SD di Jepang itu gratis, tidak bayar uang sekolah, tapi untuk makan kyushoku ini kami harus membayar 4.358 yen (kelas 1 SD) setiap bulannya. Dengan perincian 1 tahun makan 198 kali, satu kali makan 227 yen. Yang pasti tidak bisa membeli makanan di restoran seharga 227 yen dengan keseimbangan nutrisi yang diperhatikan. Cara bayarnya dengan transfer otomatis dari rekening pos. (Jangan disangka tidak ada yang tidak mau membayar juga loh. Akhir-akhir ini banyak kejadian orang tua tidak mau membayar kyushoku bukan karena tidak bisa membayar tapi karena tidak mau membayar. Sehingga pemerintah daerah harus menutupi biaya tersebut dari pemasukan pajak warga. )

Well memang tidur cepat, bangun pagi dan makan pagi merupakan kebiasaan yang sangat baik untuk menuju hidup sehat.  BTW, hari ini sudah makan pagi belum?????

28-5-2009-12:12