Telur, Kelinci dan Sakura

11 Apr

Hari Minggu yang lalu adalah hari Paskah. Easter. Dan biasanya kalau mendengar kata easter, masyarakat awam akan membayangkan  telur atau kelinci. Atau bahkan coklat berbentuk kelinci. Aku ingat sekali dulu, kami pernah mendapat hadiah coklat berbentuk kelinci dari Belanda. Sebetulnya apa hubungannya Kelinci dan Telur dalam Easter?

Jawabannya mungkin akan sama dengan pohon natal dan santa claus pada hari Natal. Yang pasti memang paskah itu dirayakan pada awal musim semi, sehingga easter = spring. Bahkan aku baru tahu dari pastor kemarin bahwa paskah itu selalu jatuh pada hari Minggu terdekat dari bulan purnama sesudah hari Equinox (22 Maret). Dan kalau pernah menonton film Bambi, bisa diketahui bahwa binatang-binatang keluar dari sarangnya di awal musim semi, dan …. kawin. Bisa terbayang kelinci berlarian di tengah-tengah padang bunga kan? Jadi kalau soal kelinci, aku bisa memakluminya jika dipakai sebagai lambang easter. Tapi telur?

Easter bunny biasanya membawa telur. Dari kecil di keluargaku juga punya kebiasaan untuk menyembunyikan telur-telur Paskah yang sudah dihias sebelumnya (telur rebus). Bahkan ada perlombaan menghias telur di sekolah minggu (perkumpulan anak-anak gereja). Tapi aku baru sadar  dari penjelasan pastor dalam misa yang menjelaskan bahwa sesudah misa akan dibagikan telur rebus. Telur itu dipakai sebagai lambang “hidup baru”, lambang kebangkitan Yesus yang bangkit dari mati. Lambang-lambang dari pergantian musim menuju musim semi ikut meramaikan perayaan Paskah, asal jangan sampai kehilangan esensinya saja.

Aku bersama Riku dan Kai mengikuti misa Paskah hari Minggu kemarin di Kichijouji. Kira-kira 30 menit dengan bus + jalan kaki dari rumahku. Gen sudah 2 minggu terus menerus bekerja (hari Minggupun) karena awal tahun fiskal, jadi kami hanya bertiga saja. Tadinya kami berencana pergi ke misa pukul 9 pagi, tapi karena sesuatu hal, menjadi pukul 12 siang! Tapi untung saja, kami jadi bisa mengikuti upacara permandian bayinya teman kami Nesta di misa itu.

Kuil di pinggir danau di Taman Inokashira

Setelah misa, aku mengajak anak-anak untuk pergi ke Taman Inokashira yang terletak dekat dari gereja kami. Kira-kira berjalan 5 menit kami sampai di salah satu sudut kolam, tempat sebuah kuil di pinggir danau berada. Paduan pemandangan bunga Sakura dengan danau dan kuil membuat perasaan kami pun riang. Riku dan Kai yang tadinya malas pergi ke Taman, jadi ikut bisa menikmati pemandangan yang indah, dan ikut mengabadikan keindahan sakura dengan kamera kecil. Di tempat ini tidak begitu banyak orang, tapi begitu kami pergi mengelilingi danau dan beranjak pulang ke arah stasiun… ampun deh. Penuh dengan orang-orang yang ingin menikmati keindahan sakura.

lihat orang-orang di atas jembatan itu!

Memang akhir pekan tanggal 7-8 April ini merupakan puncak mekarnya bunga sakura di Tokyo. Mungkin seluruh penduduk Tokyo bepergian ke tempat-tempat terkenal, terutama taman-taman yang tersebar di beberapa tempat. Cuacanya juga sangat mendukung. Orang Jepang memang mempunyai kebiasaan untuk HANAMI, melihat keindahan sakura TAPI dengan cara berpiknik di bawah pohon Sakura. Menggelar tikar/alas di bawah pohon, makan dan minum (alkohol) bersama teman-teman. Bisa bayangkan penuhnya taman-taman ini bukan? Konon 220.000 orang memenuhi Taman Ueno pada hari Sabtu, dan jumlah yang kurang lebih sama pada hari Minggunya. Padahal taman di Tokyo bukan hanya Ueno, ada Tachikawa, Rikugien, Inokashira, Shakujii Koen dan lain-lain. Belum taman-taman kecil tak bernama di sekeliling perumahan. Dan tentu saja semuanya gratis!

 

Di danau itu juga ada bagian untuk orang-orang berperahu kayuh "Swan. Riku tentu saja ingin tapi kakiku sakit dan begitu banyak orang yang antri! Bebek di danau itu cantik ya?

Aku sendiri tidak suka berpiknik bersama di bawah pohon sakura. Meskipun banyak orang Jepang menganggap beruntung bisa bisa minum dengan kelopak-kelopak sakura berjatuhan dalam gelasnya, aku merasa tidak nyaman. Selama 20 tahun aku hidup di Jepang, baru 2 kali aku ikut HANAMI bersama teman-teman. Lebih suka berjalan di bawah pohon sambil menikmati pemandangan yang ada. Tapi kalau terlalu banyak orang juga apa enaknya?

Air mancur (ayooo air mancur atau air muncrat yang benar? hehehe) di danau dan sakura

Jadi aku mengajak Riku dan Kai pulang sekitar pukul setengah 4. Dengan susah payah kami menembus lautan manusia yang baru akan menuju ke taman Inokashira. Lebih banyak orang yang datang daripada yang pulang. Untung saja akhirnya kami bisa sampai di stasiun dengan selamat. Dan aku mengajak Riku dan Kai makan di sebuah izakaya (tempat minum) yang sudah buka sejak siang. Kalau malam, aku pasti tidak akan mengajak anak-anak ke tempat semacam itu. Mumpung siang (sore) aku mengajak mereka. Ciri khas izakaya itu adalah porsi makanannya kecil dan bermacam-macam. Dari sate sampai sashimi ada. Meskipun ya tidak bisa dibilang kualitas prima, cukuplah.

Dari arah aku berdiri, di kiri danau itu kuil dan di kanan belakang bagian untuk naik boat Swan

Masa melihat bunga sakura akan berlalu begitu hujan turun. Biasanya sakura memang tidak akan bertahan lebih lama dari satu minggu, dan kami sudah tahu bahwa hari Rabu ini akan turun hujan, sehingga setelah weekend kemarin itu kami hanya bisa menikmati sisa-sisanya saja. Semoga akhir pekan besok masih ada sakura yang bertahan, karena untuk pertama kalinya kami bisa bepergian sekeluarga dengan Gen yang baru bisa libur Sabtu besok. Kalau tidak ada lagi sakura, berarti kami harus menunggu satu tahun lagi deh.

Sakura lambang musim semi di Jepang

Cita-cita Anak dan Orang Tua

10 Apr

Ya, saya ingin menegaskan kembali bahwa memang tahun ajaran baru di Jepang itu dimulai bulan April, bukan Januari, Juli atau September. Alasannya?

Memang di Amerika dan Eropa, juga China tahun ajaran baru mulai  bulan September, sedangkan Korea bulan Maret. Kenapa musti dimulai April sih? Sebetulnya yang paling bisa dikatakan sebagai alasan yang tepat adalah bahwa karena bulan April merupakan awal tahun fiskal, sehingga semua anggaran bisa dimulai bersamaan. Lucunya awal tahun fiskal di Jepang yang April itu meniru Inggris tapi Inggris sendiri tidak menyamakan awal tahun fiskal dengan tahun ajaran 😀

Selain alasan bersamaan dengan tahun fiskal, ada juga alasan-alasan “sekunder” seperti kalau bulan April, awal musim semi ditandai dengan mekarnya bunga Sakura. Setiap upacara masuk sekolah/universitas pasti ada latar belakang bunga sakura. Secara psikologis, keindahan bunga ini memberikan semangat untuk memulai sesuatu yang baru. Musim semi juga berarti bertambah hangat, sehingga tidak perlu “berdingin-dingin” waktu belajar. Meskipun sekarang semua sekolah dilengkapi dengan AC dan Heater, rasanya akan lebih enak belajar jika udara itu “pas”, tidak dingin dan tidak panas. Jadi, tahun ajaran di Jepang itu dimulai April sampai Juli, kemudian sekitar 20 Juli masuk libur musim panas. Kemudian mulai lagi September sampai Februari/Maret, dengan libur pergantian tahun dan libur “kenaikan kelas” di bulan Maret. Jadi memang libur yang terpanjang itu waktu summer, musim panas yang sampai 1 bulan lebih. (Dan karena itu pula aku cuma bisa mudik pada musim panas ini. Sayang kan kalau mudiknya harus cepat-cepat.)

Nah, kemarin di tulisan “Langkah Baru“, aku menceritakan soal upacara awal tahun ajaran baru di TK. Karena Kai sudah tahun kedua di TK, kami datang ke TK dari pukul 8:40 sampai 9:40. Ya, kira-kira satu jam saja. Waktu meninggalkan TK, kami berselisipan dengan orang tua dan murid TK baru yang akan memulai TK pada tahun ini. TK Nensho (tahun pertama – usia 3 tahun). Mereka akan mengikuti upacara penerimaan murid baru yang dimulai pukul 10:30. Biasanya satu anak diantar oleh bapak dan ibunya (kecuali Ibu Imelda Miyashita dulu mengantar Riku dan Kai sendirian karena papanya juga sibuk dengan acara di universitasnya hehehe). Si Bapak tentu saja berjas, dan si Ibu juga dandan abiz, membawa kamera dan handycam untuk meliput upacara. Ya, pada hari ini mereka pertama kali melepas anaknya ke “masyarakat”.

Hebohnya orang tua yang mengantar anaknya pertama kali ke TK, tidak sama dengan waktu mengantar anaknya masuk SD, KECUALI jika anaknya tidak mengikuti pendidikan di TK, langsung masuk SD. Tapi pengamatanku ini juga mungkin karena SDnya Riku itu SD Negeri, jadi tidak terlampau “heboh”. Bagaimanapun juga memang ada kebanggaan tersendiri waktu mengantar anak kita mengikuti upacara masuk SD, sistem pendidikan formal yang memang wajib diikuti (sampai SMP). Nah, murid SD kelas 1 ini sering disebut dengan “pika-pika ichinensei” (Kelas 1 yang berkilau) dan tentu saja banyak diliput oleh media massa.

Pohon sakura di dekat SD nya Riku

Salah satu pertanyaan media massa itu biasanya, “Apa cita-citamu?”. Nah, jika pertanyaan ini diajukan pada anak-anak Indonesia, biasanya akan mengatakan : mau jadi dokter atau insinyur kan? Tapi ternyata di Jepang anak-anak lelaki itu nomor satu ingin menjadi “Atlit” dan yang perempuan ingin menjadi “tukang roti/kue”. Hmmm memang atlit profesional pendapatannya besar jeh. Aku memang juga sudah pernah menulis di posting Nak, kalau besar mau jadi apa?, dan meskipun angket itu dilakukan oleh perusahaan yang berbeda dengan responden berbeda, ternyata jawabannya sama!

Dan survey yang diadakan perusahaan ransel yang sudah diadakan sejak 1999, selama 14 tahun itu, cita-cita anak laki-laki itu tidak berubah untuk 3 besar, yaitu  menjadi Atlit, Polisi dan Supir. Hanya untuk perempuan 3 besarnya berubah urutan saja, tapi tetap mereka ingin menjadi pembuat roti/kue, artis dan florist. Membumi sekali kan?

Tapi cita-cita anak-anak tidaklah selalu sama dengan keinginan orang tua. Ternyata orang tua Jepang paling ingin menjadikan anak-anaknya sebagai : 1. Pegawai Negeri, 2. Atlit dan 3. Dokter…. untuk anak laki-laki 3 jenis pekerjaan ini juga tidak berubah selama 21 tahun. Sedangkan untuk anak perempuan, orang tua paling menginginkan anaknya menjadi perawat (nomor 1). Dan lucunya pekerjaan yang berhubungan dengan medis seperti farmasi, dokter dan medis lainnya menjadi lebih populer di kalangan orang tua. Hmmm, pegawai negeri ya…. mungkin sama saja dengan orang tua Indonesia ya? Bagaimana kamu? 😀

Tapi sebetulnya yang bercita-cita seharusnya memang si anak ya? Dan tentu bisa berganti-ganti sesuai dengan tingkat kedewasaannya. Orang tua hanya bisa mengarahkan saja, meskipun berkeinginan yang didasari pengamatan mendalam. Cita-cita Riku sekarang apa ya? Dulu dia pernah mau menjadi Pelukis, mungkin sekarang mau bekerja di Lego Corp hahaha. (Barusan Riku pulang, dan aku tanya dia kalau besar mau jadi apa? Dijawab: Cameraman! hahaha)

sumber data dari  http://juken.oricon.co.jp/2009661/full/#rk

 

Cita-cita anak-anak Jepang: LAKI-LAKI : Atlit, Polisi, Supir, Karakter TV/anime, Pemadam Kebakaran, Tukang, Koki, Pembuat roti/kue, Peneliti/Ilmuwan, Wiraswasta. PEREMPUAN: Pembuat roti/kue, Artis, florist, Guru PAUD, Perawat, Salon, Pet shop/trimmer, Toko ice cream, dokter, guru.

 

 

Keinginan orang tua terhadap anaknya. LAKI-LAKI : Pegawai negeri, atlit, dokter pegawai kantor, pemadam kebakaran, tukang, peneliti, farmasi, arsitek/sipil, polisi. PEREMPUAN: Perawat, pegawai negeri, farmasi, guru PAUD, Pembuat roti/kue, dokter, medis, guru, pramugari, artis.

Langkah Baru

9 Apr

Akhiiiirrrrrnyaaaaa libur musim semi sejak tanggal 25 Maret yang lalu berakhir. Tanggal Jumat, 6 April Riku pergi ke sekolah untuk memulai tahun ajaran baru sebagai murid kelas 4. Aku baru tahu loh bahwa ternyata, sekolah negeri di Jepang selalu mengadakan upacara masuk sekolah pada tanggal yang sama, yaitu tgl 6 April itu. Kecuali jika jatuh pada hari Sabtu/Minggu, diundur ke hari kerja sesudah tanggal 6 April.

Tapi perginya cuma untuk “melapor” karena pada hari itu juga ada upacara penerimaan murid baru kelas 1 di SDnya. Jadi mereka hanya berkumpul sebentar, menerima pengumuman tertulis, taruh sepatu dalam (uwabaki上履き) kemudian pulang. Rupanya gurunya Riku ganti, biasanya guru perempuan mulai tahun ajaran baru ini menjadi guru laki-laki, pindahan dari sekolah negeri lain. Biasanya di sekolah negeri, satu wali kelas (tannin 担任 ) memegang kelasnya selama dua tahun, jadi kelas 1-2, 3-4 dan 5-6.  Namun karena kelas 3 Riku bermasalah dengan guru (orang tua murid menganggap guru itu tidak bisa menguasai murid-murid yang nakal) jadi diganti. Padahal Riku sudah berkata padaku, bahwa guru dia yang dulu itu baik kok, dan dia tidak masalah belajar dengan guru itu. Tapi memang kalau aku dengar dari ibu-ibu lain, dia kurang tegas/wibawa kepada anak-anak, sehingga kelasnya ribut dan tidak memperhatikan pelajaran terus. Sekali memang Riku pernah mengeluh bahwa dia tidak bisa belajar tenang dalam kelas karena teman-teman lainnya ramai. Well, aku harap dengan guru baru ini, kelas 4 bisa mengejar ketinggalan mereka.

Kai menjadi murid Nenchu...TK B di halaman TK yang penuh dengan bunga sakura! Musim semi memang sudah tiba!

Untuk TK nya Kai, dia mulai hari ini, Senin tgl 9 April. Karena Kai sudah TK B (kelas menengah) – FYI TK di Jepang terdiri dari 3 kelas yaitu Nensho (usia 3 th), Nenchu (usia 4 th) dan Nencho (usia 5 th) – maka Kai disuruh datang sebelum pukul 8:40 bersama orang tua. Untung saja meskipun semalam dia tidur larut, dia mau bangun pukul 7:20… dibangunin Riku… dan mau bersiap-siap memakai baju seragam TK nya. Lucu sebetulnya si Kai ini, dia selalu menolak pakai seragam karena katanya : celananya pendek! malu! hahaha. Untung saja hari ini mamanya pintar memuji “Kai cakep deh…” “Kai sudah besar ya, sudah ada adik kelas loh…” dan “Kalau Kai pergi hari ini, pulangnya mama belikan es krim deh ” **loh hihihihi***

Jadi dengan membawa tas besar berisi segala peralatan TK Kai, aku membonceng Kai dengan sepeda. Untung kakiku tidak begitu sakit dipakai untuk mengayuh, karena kalau jalan kaki pasti makan waktu lama untuk sampai, karena kaki agak pincang jalannya. Untung juga cuaca cerah sekali hari ini bahkan kabarnya hangat, mencapai 24 derajat. Memang orang Indonesia itu banyak untungnya! Dan kami sampai di TK nya sebelum pukul 8:40 dan langsung menuju ke kelas barunya : Momo gumi (Kelas Peach). Kelas baru, teman-teman sebagain baru dan guru baru… cukup membuat ciut hati Kai. Jadi waktu kami orang tua harus pergi berkumpul ke aula, dia menahanku dan sudah hampir menangis. “Mama harus pergi dulu ke atas untuk bayar, tapi mama ada di sini terus, dan kita pulang sama-sama”. Mungkin dia ingat bahwa dia juga sudah naik kelas, dengan muka menahan tangis, dia merelakan aku pergi. Aku cukup was was apakah dia akan nangis lagi seperti kejadian setahun yang lalu. Ternyata tidak.

Ternyata anak-anak dibawa oleh guru mereka masing-masing ke aula sambil berbaris, dan bersama dengan orang tua mengikuti sambutan dari kepala TK sekaligus mengikuti perkenalan dengan guru-guru yang lain. Ternyata dua guru yang pernah mengajar Riku waktu TK sudah berhenti (karena menikah), tapi guru Kai yang sekarang sudah 6 tahun bekerja di TK tersebut. TK ini memang TK swasta, dan aku benar-benar kagum dengan kurikulum dan sumber daya manusia TK ini. Hebat euy. Kepala sekolahnya sudah sepuh sekali (mungkin sekitar 70 tahun…. sudah 40 th lebih bekerja di situ) tapi masih tajam daya ingatannya dan baik sekali. Dia masih ingat namaku setelah 4 tahun loh!

Satu minggu ini TK cuma belajar sampai pukul 11 untuk penyesuaian. Juga ada kunjungan guru ke rumah untuk mengetahui kebiasaan sang murid. Belum lagi ada pertemuan orang tua murid dan guru. Padat sekali jadwalnya, dan itu membuatku cukup pusing mengatur jadwalku sendiri karena minggu ini aku juga mulai mengajar di universitas. Belum lagi dipadukan dengan jadwal Riku juga….. Aku yang harus membuat jadwal untuk 3 orang! UNTUNG cuma 2 anaknya, kalau LEBIH? mampus deh aku hihihi ( Ya sudah pasti tidak bisa bekerja kalau punya anak lebih dari 2orang…ini aja udah pusing!)

Tapi seiring dengan cuaca yang menghangat, sakura yang bermekaran, semangat dari murid dan guru baru, kami warga Tokyo menyambut tahun ajaran baru 2012 dengan penuh semangat. Memulai langkah yang baru, hidup yang baru, sama dengan Yesus yang bangkit pada hari Minggu kemarin, di hari Paskah. Selamat Paskah…..

Dan menjawab komentar Clara yang menanyakan kabarku: Yuuuuhuuuu aku di sini. Terakhir posting hari Rabu. Memasuki hari Trisuci Paskah aku kok jadi malas membuat posting baru. Kebetulan aku juga lagi sakit sehingga memakai waktu untuk istirahat dan membaca buku saja. Lumayan ada 3 novel bahasa Inggris (romance) yang bisa kubaca hehehe.

 

Hari Terjepit untuk Transgender

4 Apr

Seperti biasa aku setiap hari mencari “Hari ini hari apa”, jika ada yang menarik yang bisa aku sharekan dengan teman-teman di FB. Dulu aku memang sering menulis di sini juga, tapi lama-lama menjadi bosan karena aku harus mencari literatur tambahan. Kalau di FB hanya tinggal menerjemahkan sedikit saja. Bagiku tulisan di blog itu TIDAK BOLEH hanya 1 kalimat 😀  Dan sampai sekarang aku menulis pasti di atas 100 kata untuk 1 posting. Yang terpendek mungkin sebuah tulisan mengenai Makanan Termewah. Itu prinsipku, karena blog bukanlah twitter/status di FB 🙂 (Aku harap jangan ada yang tersinggung, karena ini hanya prinsipku saja)

Nah hari ini kalau ditulis dengan angka cukup cantik, 4 April (4-4), dan ada beberapa peringatan di Jepang untuk hari ini. Tapi yang paling menarik adalah peringatan untuk WADAM atau WARIA, bahasa Jepangnya OKAMA/Transgender. Alasannya karena tanggal 3 Maret (3-3) itu hari anak perempuan di Jepang, lalu tgl 5 Mei (5-5) adalah hari anak (laki-laki) di Jepang, jadi untuk mereka yang “di tengah-tengah” mengambil tanggal 4 April ini sebagai hari peringatan mereka. Transgender adalah mereka yang “melampaui” gender yang dibawa waktu lahir. Istilahnya memang banyak sekali, tapi yang pasti dalam transgender, mereka tidak merubah kelamin mereka. Yang berubah hanya penampilan, atau pembawaan mereka.

Yang kutahui banyak hairstylist di Indonesia yang “transgender” tidak harus seperti “banci” tapi pembawaan atau cara bicara  mereka memang seperti perempuan. Nah, yang lucu, mungkin aku juga jarang ke salon di Jepang sih, aku tidak pernah menemukan hairstylist “transgender” sebanyak di Indonesia. Tapi yang mengherankan cukup banyak penampilan artis televisi yang transgender di Jepang. Mereka berpakaian seperti wanita, tapi tidak malu mengakui bahwa mereka sebetulnya laki-laki dengan identitas laki-laki. Bahkan kadang-kadang mereka memperlihatkan foto-foto dan cerita waktu mereka kecil.

Ada yang memang terlihat cantik seperti wanita, tapi tidak sedikit yang terkesan “maksa” sehingga terlihat sekali kelaki-lakiannya 😀 Kalau melihat foto-foto di bawah ini, kamu paling suka yang mana? 😀

 

kiri atas: IKKO, seorang make up artis, kanan atas: Mitz Mangrove artis, kiri bawah : Mikawa - penyanyi dan kanan bawah Matsuko Deluxe. Ini baru sedikit contoh dari yang sukses.

 

Yang aku rasa hebat di Jepang memang keberadaan transgender tidak begitu dianggap tabu, mungkin karena Jepang juga sudah modern dan menghargai hak-hak asasi manusia. Aku masih ragu apakah transgender di Indonesia bisa sesukses mereka tanpa ada perlawanan dari masyarakat sekitar. Wong rok mini saja dilarang yaaa hehehe.

Dan yang pasti hari ini aku teringat sebuah buku yang mengangkat cerita seorang transexual (berganti kelamin) yang dikarang Yoshimoto Banana berjudul Kitchen. Aku tidak tahu apakah sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia atau belum, tapi sudah ada bahasa Inggrisnya. Ceritanya menarik, dan mungkin satu-satunya cerita pengarang Jepang modern yang kubaca sampai selesai dalam bahasa Jepang. (Soalnya sayang waktunya, satu buku bahasa Jepang bisa baca 2-3 buku bahasa Inggris kan hehehe)

Haruna Ai... nah kalau dia memang sudah operasi. Cantik ya? Dipilih sbg Miss NewHalf di Thailand

Akhirnya selesai juga deh tulisan kedua hari ini. 😀

Selamat bobo!

HB dan satchel

4 Apr

Anda tahu kedua kata bahasa Inggris di atas? Apa yang terlintas jika membaca singkatan tersebut? Pensil HB, 2B ? atau Happy Birthday? Atau Home Base (bagi orang Jepang pecinta base ball pasti akan terpikirkan soal Home Base setiap melihat singkatan HB).

Kedua kata bahasa Inggris itu baru aku ketahui dari siaran pagi di televisi Jepang. Lupa chanel berapa, tapi sebuah pojok yang mengajak orang Jepang untuk mempelajari satu kata bahasa Inggris baru setiap hari. Dan yang ingin kutulis hari ini ya mengenai si HB dan satchel.

HB yang dimaksud oleh si pembawa acara adalah, “Hurry Back” yang disingkat HB dalam pembicaraan singkat seperti dalam chatting. Pemakaiannya misalnya:

A: brb gtg (be right back got to go)>>> bentar ya gue musti pergi
B: hb (hurry back) >>> cepetan gue tungguin

Sayangnya meskipun aku sudah lama berchatting ria, baru tahu ada singkatan gini… atau akunya kuper aja kali ya? Kamu tahu?

Kata yang kedua adalah satchel. Pertanyaan awalnya sebetulnya “Ransel dalam bahasa Inggris apa?”
Perlu diketahui ransel itu bukan bahasa Inggris, dan kalau aku tanya kepada orang Jepang, mungkin dia akan merasa itu bahasa Inggris karena  biasanya tertulis dalam katakana (garaigo – bahasa dari luar negeri). Dan kalau tanya orang Indonesia, mungkin malah berpikir ransel itu bahasa Indonesia 😀 Tapi sebenernya ransel itu bahasa Belanda. Dan setahuku bahasa Inggrisnya rucksack atau backpack. Namun, si pembawa acara mengatakan bahwa ransel itu bahasa Inggrisnya satchel.

Ransel sekolahnya Riku waktu kelas satu pakai lapisan kuning untuk menyatakan bahwa murid kelas 1 SD dan baru pertama kali jalan ke sekolah sendirian. (Diperhatikan warga sekitar dan polisi )

Bukan Imelda kalo ngga puas dengan jawabannya dong… Masa gue salah sih? Jadilah aku browsing di google image apa sih itu satchel , yaaaah ternyata dari foto-fotonya saja sudah ketahuan bahwa ransel itu tidak sama dengan satchel. Lalu aku sempat bertanya pada Gen, kenapa si pembawa acara kasih tahu jawaban yang aneh begitu ya? Lalu kesimpulan Gen, mungkin karena dia mau mengajarkan sesuatu yang jarang didengar/dipakai sehingga kelihatan lebih pinter! Hmmmm …. padahal menurutku TV harus lebih cermat mengajarkan sesuatu, jangan nanti malah orang Jepang atau si penonton dibodoh-bodohi orang bule kan? Kirim komplen ngga ya? hihihihi (segitunya…. tapi terus terang aku paling malas loh komplen ngga seperti temanku yang sedang berwisata ke Lombok tuh. Mungkin karena aku sudah tua kali ya jadi energinya sudah sedikit? :D)

Diambil dari :http://intheircloset.com/proenza-schouler-ps1-large-leather-satchel Bener kan ransel dan satchel berbeda sekali 😀

 

Wasiat

1 Apr

Dua hari yang lalu, Gen pulang ke rumah sekitar pukul 1 malam (menjelang akhir tahun fiskal biasa lembur begini), lalu dia memberikan kepadaku sebuah kotak hadiah, berisi Udon (Mie Jepang yang tebal). Lalu dia menceritakan dari siapa Udon sekotak itu didapat. Ternyata dari seorang Dosen yang bekerja di Universitasnya. Dosen itu meninggal 2 minggu yang lalu. Dan seperti biasa kalau upacara pemakaman  di sini, pelayat memberikan “amplop” bernama okoden お香典 (harafiahnya sumbangan untuk insence – hio) . Oleh pihak keluarga atau pengurus rumah duka, pelayat akan menerima “tanda terima kasih” biasanya berupa saputangan, atau teh jepang. Jadi yang membedakan memang tanda terima kasih yang diterima Gen itu berupa Udon, TAPI YANG DIPILIH DAN DIKIRIM OLEH SENSEI YANG MENINGGAL ITU SEBELUM DIA MENINGGAL. Sensei itu memang sudah tahu dia akan meninggal karena dia sakit kanker yang sudah diultimatum dokter umurnya tidak lama. Karena dipilih dan dikirim oleh Sensei itu sendiri, pihak toko yang mengirim juga tidak memberikan lapisan kerta noshi のし yang khusus berwarna hitam-putih (orang meninggal) tapi yang merah-putih, wong yang pesan itu orang ybs. Udon itu dikirim kepada semua pegawai Universitas, dan semua sangat terharu menerima kiriman itu. Saat menceritakan hal tersebut pun mata Gen berkaca-kaca.

Udon yang dikirim oleh Sensei yang sudah meninggal, dengan noshi berwarna merah-putih

Mungkin tidak tepat jika aku katakan Udon itu sebagai wasiat. Tapi aku punya satu cerita lagi yang bisa dihubungkan dengan judul di atas. Aku tahu namanya dari beberapa status teman di Facebook. Teman-teman wanita waktu SMA, dan membuatku curious apakah aku kenal dia? Ternyata ku tidak kenal dia, tapi kulihat teman-temanku yang menulis atau komentar tentang kematiannya adalah teman-teman yang berhubungan dengan New York.Berkat mengintip beberapa tulisan teman-temannya, aku berhasil menemukan blognya…dan terkesima dengan tulisannya.  Seorang yang energetik, dan mempunyai masalah jantung. Waktu kubaca tulisan terakhir di blognya, yang memang sudah lama vakum juga,  dia menceritakan bagaimana dia mempunyai masalah jantung, yang sudah mengalami operasi besar 5 kali, dan semua pembuluh darahnya sintetis. Kabarnya dia meninggal setelah operasi yang ke 6, akibat perdarahan dalam. Tulisannya di situ mengingatkan pembaca untuk menyayangi tubuh yang diciptakan Tuhan, jangan merubah adikarya Tuhan, karena secanggih-canggihnya manusia tidak akan bisa menyamai karya Tuhan. Ah senang bisa mengenal seseorang seperti dia…meskipun dia baru saja dipanggil Tuhan. Rest in peace Ditta, my new blogfriend! I really enjoy reading your blog. It a pity that you couldn’t write anymore. Dan aku sengaja menyimpan URLnya yang berjudul Now or Never? Aku menganggap Ditta telah meninggalkan wasiatnya dengan tulisan-tulisan di blognya.

“Emangnya apa perlunya sih ente menceritakan tentang kehidupan pribadi di situ? Apa perlu semua dunia tahu dengan hidupmu?”

 Ini adalah pernyataan seorang teman Uda Vizon dalam postingan  dunia perlu tahu..?  Banyak sekali komentar yang disampaikan teman-teman blogger di situ, silakan baca ya, tapi aku paling cocok dengan pendapat Arman. Mungkin karena kami memang tinggal di luar negeri, dan membutuhkan blog sebagai “catatan” kami yang bisa dibaca oleh keluarga dan teman-teman yang berminat 🙂

Meskipun sebenarnya aku telah menulis blog sejak tahun 2005, Twilight Express dimulai tahun 2008 di domain ini dan kuanggap berulang tahun setiap tanggal 1 April. Selama 4 tahun ngeblog tentu banyak sekali manfaat yang kudapat dari kegiatan menulis ini. Bukan  “Memberitahukan pada seluruh dunia tentang hidupku” tapi yang terpenting adalah PERSAHABATAN DAN SILATURAHMI. Tak terhitung teman baru yang kudapat dari TE ini, dan beberapa di antaranya bahkan menjadi sahabat karib, dan kami tetap menjaga silaturahmi sampai sekarang. Bahkan aku banyak mendapat dukungan moril dari teman-teman blogger waktu mama meninggal tgl 23 Februari lalu.

Seperti yang bisa dilihat pada daftar Top komentator, daftar nama teman di tahun awal memang berubah dengan daftar nama teman sekarang, tapi bukan berarti mereka yang tidak tercantum itu tidak lagi berteman/bersilaturahmi denganku.  Banyak sarana lain yang bisa dipakai untuk saling berhubungan. Dan aku ingin tetap berteman dengan mereka (tentu kalau mereka juga berpikiran sama denganku). Dan khusus untuk tulisan kali ini aku ingin mendoakan kesuksesan operasi seorang TE reader yang akan dioperasi hari senin ini. Aku sudah cukup lama mengenalnya dan meskipun sudah lama dia tidak komentar di TE, kami masih sesekali berhubungan di FB, dan aku kaget sekali waktu dia mohon didoakan untuk sebuah operasi besar yang akan dijalaninya hari ini. Semoga operasinya berhasil…. Amin.

Seperti biasa, aku ingin melaporkan performance TE selama ini. Jumlah postingan sampai dengan posting hari ini, tepat di hari Ultah TE ke 4 adalah 1102 posting, dengan 21.933 komentar. PR nya masih 3, dengan Alexa yang belum naik-naik dari tahun kemarin. Target berikutnya adalah 1111 posting dan 22.222 komentar. Semoga Anda yang menjadi komentator ke 22.222 ya… Pasti ada sesuatu yang kukirim dari sini.

Posting paling banyak komentarnya adalah Belajar terus sampai mati, sebuah cerita dari Watanabe san, mantan muridku yang tetap memegang buku pelajaran bahasa Indonesianya sampai hari terakhir beliau meninggal tanggal 7 Maret yang lalu dalam usia 96 tahun. May he rest in peace.

Memasuki tahun ke 5 aku akan berusaha meningkatkan semangat menulis seperti yang kupunyai pada awal-awal TE dibuat. Aku ingin tertular kembali semangat menulis dari teman-teman blogger, sambil menanamkan kembali keinginan awalku waktu membuat blog ini yaitu untuk mencatatkan kehidupanku di Jepang dan memberikan info yang kira-kira berguna bagi yang membacanya. Semoga saja kelak TE bisa menjadi wasiat, paling tidak bagi anak-anakku dan keluargaku.

Selaksa terima kasih untuk perhatian dan dukungan teman-teman semua.