Somewhere out there,
Beneath the pale blue night,
Someone’s thinking of me,
And loving me tonight.
Somewhere out there,
Someone’s saying a prayer,
Then we’ll find one another,
In that big somewhere out there.
And even though I know how very far apart we are,
It helps to think we might be wishing
On the same bright star,
And when the night will start to sing
A lonesome lullaby,
It helps to think we’re sleeping underneath the
Same big sky.
Sambil menggumam lagu itu aku browsing kemarin sore. Kai aku pangku dan dia ikut bergumam denganku. lucuuuu sekali. ingin rasanya aku ambil kamera yang ada di depanku dan mengabadikan dengan video. But instead … aku enjoy aja suara lirih di sampingku ini. Lain dengan Riku, Kai sering menggumam kalau aku bernyanyi. Padahal aku tidak pernah menyanyikan lullaby untuk dia. Kasian kau nak. Tidur juga sendiri. Coba deh lihat mukanya waktu dia narik rok aku…minta perhatian…minta di gendong. very cute…(kalau di jepang disebut oyabaka…karena memuji anak sendiri)
Kadang aku kasihan pada anak kedua. Perhatian untuk anak kedua seakan dipangkas untuk si sulung dan kegiatan lain. Anak kedua seakan lebih tough, mandiri.
Indeed. Kai lebih mandiri bahkan sejak lahir. Jadi teringat hari-hari menjelang kelahiran dia. Starting from the 14th of July, midnight (so sudah tanggal 15). Pertama kali naik ambulans melewati daerah Shinjuku under thunderstorm, dibawa ke Rumah Sakit yang ada NICU, (ICU untuk baby) karena usia kandungan masih kurang 2 bulan from due date ….
dan dua hari terbaring dengan infus mempertahankan dia supaya jangan lahir. Karena kalau dia lahir dikhawatirkan paru-parunya belum sempurna. Dan untuk boost perkembangan paru-parunya disuntik steroid, 2×24 hours. Bermacam obat dimasukkan dalam infus. Obat yang efeknya membuat jantung berdetak lebih keras, muka dan badan saya terasa panas. Huh, belum lagi obat dosis keras yang disuntikkan membuat badan menjadi dingin dan dengan santainya si dokter bilang “karena kerasnya obat ini seseorang mungkin tidak tahan jantungnya. ” Shut up!!!
Sh*t, I don’t want to die. I have to be strong. Even if you operate me without anesthesia. I don’t care at all. Do whatever you can…
and I have to control my panic syndrome also. Sejak tahun 2000 sampai Riku lahir aku menderita panic syndrome… panic jika berada di ruang tertutup dan tidak bisa melihat langit…seakan nafas berhenti, dan sejak itu sampai sekarang aku tidak bisa naik kereta bawah tanah dan dalam keadaan gelap gulita. Nah waktu di rumah sakit itu tentu saja aku berada di ruang tertutup. Menempati salah satu bilik dari 4 bilik yang ada untuk ibu hamil bermasalah yang perlu dimonitor dokter sepanjang waktu. Tentu saja lampu menyala terus, dan suara detak jantung di monitor yang dipasang amat sangat mengganggu. Well, detak jantung janin itu 160 beat/menit, dua kalinya kita-kita. Bunyi itu harus aku dengar terus dan tentu saja pasien di sebelahku juga dipasang monitor yang sama. Bagaimana bisa istirahat, bagaimana bisa tidur? Tapi satu hal yang aku kagumi dari ibu-ibu Jepang ini, sama sekali tidak ada yang teriak-teriak kesakitan. Bahkan aku bisa dengar semua percakapan dokter dan suster di ruang tengah, dan juga waktu ada ibu yang melahirkan bayi kembar….
Akhirnya tanggal 16 pagi pukul 5 aku bicara pada dokter wanita yang merawat aku. Aku bilang, “Dokter, kalau bisa aku mau melahirkan dia tanggal ini, jangan besok. Karena tanggal ini setahun yang lalu merupakan peringatan bahagia keluarga kami. yaitu pesta ulang tahun nenek buyut Riku yang berusia 90 tahun.” Di Jepang tentu saja tidak masalah untuk merayakan ulang tahun sebelum hari H nya. Dan kebetulan tanggal 16 juli tahun lalu adik Gen dari Sendai juga bisa datang dan berkumpul sehingga kita mengadakan pesta di China Town Yokohama. Waktu itu Ibu Gen juga bisa ambil ijin keluar sebentar sebelum dia operasi dibalon jantungnya. Tidka disangka waktu itu adalah terakhir kalinya kami berkumpul lengkap bersama. Karena tepat di hari ulang tahun tgl 19 Juli, Nenek buyut Riku itu meninggal. Aku ingin tanggal 16 Juli itu juga jadi peringatan untuk nenek yang begitu baik padaku. Bayangkan aku orang asing, tapi dia selalu memuji aku dan mendukung aku spiritually. Dan dokter berkata, “Iya pasti hari ini. Karena bayi kamu semakin lemah karena air ketuban semakin habis. Belum tahu apakah persalinan normal atau caesar. Kita akan informasikan lagi.”
Setelah itu aku merasa lega, yosh sebentar lagi kamu lahir anakku. Dan aku bisa dengar ribut-ribut di ruang tengah, karena ternyata Dokter yang merawat aku itu dimarahin bossnya. kenapa masih tunggu-tunggu untuk dioperasi. Harus secepatnya dikeluarkan. Dan si Boss sendiri juga turun tangan untuk operasi aku. Jadwal operasi jam 10 pagi, dan gen ditelpon untuk segera datang. Tanpa bertemu Gen, aku masuk kamar operasi… semuanya serba kilat. Yang tadinya anastesi separuh, menjadi bius total. Aku agak panik sedikit… takut bagaimana kalau aku tidak bangun lagi, karena pernah ada kejadian seperti itu. Aku berdoa terus, dan masih sempat menuliskan pesan di secarik kertas untuk Gen. Aku titipkan pada suster yang harus mendampingi aku terus.
Begitu masuk badan langsung dimandikan alkohol…. Brrr dingin bo… ngga tanggung-tanggung semua orang yang ada di situ kerja. berapa tangan ya yang ada. Masih pake acara perkenalan lagi. Ini si ini tanggung jawab soal ini, well …aku toh ngga akan ingat. (satu hal yang bagus di Jepang, semua org bertanggung jawab dengan pekerjaannya. dan kita sebagai pasien dijelaskan dulu sebelumnya akan diapakan) And… aku ngga tahu apa-apa, sampai aku dengar tangis bayi. LOH???? kok bisa dengar? Kan aku dibius? Kok? Dan aku sadar saat itu, aku berada antara sadar dan tidak sadar. Aku sadar bahwa tanganku tidak bisa digerakkan…. dan aku sadar bahwa saat itu aku tidak bernafas…aku tidak menghirup oksigen. loh? Saat itu aku berpikir, Tuhan tolong aku jangan panik. Aku ingat sebuah acara TV tentang latihan pasukan penyelamat kelautan bahwa jantung manusia masih bisa berdetak tanpa oksigen selama 2 menit. So, aku harus atur nafasku, tapi kenapa lama ya…. Akhirnya aku bisa bernafas entah sesudah berapa detik atau berapa menit…. Semua petugas yang masih ada di situ untuk membawa aku kembali ke kamar heran karena aku bilang aku dengar suara tangis bayi…. Aku puji terus ahli bius yang bisa membuat aku dengar padahal terbius…kok bisa ya? Tapi dalam hati aku tahu itu karya Tuhan yang masih memperbolehkan aku bertemu dengan anakku dan membesarkannya. Sebelum terbius itu juga yang menjadi permohonanku. Praise the Almighty Lord ….
Si bayi kami beri nama Kai yang berarti dayung, karena dia lahir tepat di hari Laut, tgl 16 Juli 2007. Kai masih harus dirawat di RS dalam inkubator selama sebulan karena berat waktu lahir hanya 1933gr. Aku sendiri keluar RS setelah seminggu, dan masih sempat ber-date ria dengan Riku sebelum Kai pulang ke Rumah. Juga masih sempat main kembang api, dan pergi ke Danau Yamanaka bersama Riku dan Gen, sembari memulihkan HB yang drop banyak serta luka operasi.
Kai dua hari lagi ulang tahun… dan selama ini selain campak, dia tidak pernah sakit yang serius. Berat badannya sama dengan bayi yang lahir biasa, hanya perkembangan motorik yang agak lambat. Ya seharusnya dia ulang tahun masih dua bulan lagi. Jadi tidak perlu diburu-buru untuk harus bisa berdiri dan berjalan. We love you Kai… Kamu juga mama no takaramono, seperti kakakmu Riku. My precious babies.
Wah seru banget cerita di balik kelahiran Kai. Nanti kalau dia udah besar dan bisa membaca, terus kebetulan membaca website/blog ini, pasti dia akan sangat terharu, dan semakin mencintai mamanya. Hebatnya teknologi, ternyata anak yang lahir prematur, akhirnya bisa setara dengan anak seusianya ya….
Dibius tapi masih bisa dengar orang ngomong? Tentu pengalaman yang sangat unik….
Ada bayi di samping Kai. Cantik sekali…beratnya waktu itu (July…3 kg), tapi dia lahir di bulan januari dengan berat 360 gram…. bayangin deh….
ah…
I’m speechless.
Serius.
Saya malah nangis terharu nih…
Lebih-lebih terakhirnya…
Aduh EmiChan..
Paling bisa ngaduk-ngaduk perasaan orang nih.. huhuhuhu…
cup cup cup….aku rasa setiap ibu yang pernah melahirkan mempunyai “cerita” sendiri sendiri yang menunjukkan cintanya pada anak-anaknya. Berani hamil, harus berani beresiko kehilangan nyawa untuk anaknya.
HHmmm ..
Ini kisah ya dramatis …
Perjuangan seorang ibu untuk melahirkan anaknya …
aku kagum Em …
Semoga sehat-sehat semuanya ya ..
Salam saya
terima kasih doanya mas….
“Coba deh lihat mukanya waktu dia narik rok aku…minta perhatian…minta di gendong. very cute…(kalau di jepang disebut oyabaka…karena memuji anak sendiri)”
He he he … Lucu banget …
heheheh makasih harjo…. semua orang tua akan bilang bahwa anaknya itu yang terlucu, tercantik/tercakap sedunia kan? Nah itu oyabaka. oya=ortu baka= bego….orang tua yang bego karena tanpa standar memuji-muji saja heheheh
Baca tulisan ini, air mata saya hampir tak terbendung. Bisa malu diliatan temen2 kantor kalau sampai bendungannya jebol.
Jadi tambah sayang sama Mamah saya euy. Apalagi sebulan yg lalu saya nonton koleksi dorama terakhir “14 Sai No Haha”.
hmmm 14 sai no haha ne. saya sendiri belum nonton dan mungkin tidak mau nonton. sudah pasti nangis sih…..One thing I hate about immature mother is, mereka bisa membiarkan anaknya begitu saja hanya untuk kesenangannya sendiri, misalnya main pachinko, atau karaoke dll. Atau dia mendorong kereta bayi smabil cerita di ponsel atau ketik sms (sambil jalan). please deh ….
aduh masa segitunya para immature mother disana mbak..
btw, saya salut loh mbak sdh dibius mau dioperasi tapi masih inget acara TV segala.
Bedanya ma ibu2 disini malah kebalikannya.. kalo dah nonton TV padha gak inget kalo mo “dibius” suami 🙂
itu acara TV ttg pelatihan Coast Guard Officer, bagaimana dia harus bisa rescue orang (yang tentunya berat) dan musti masuk dalam air sometimes tanpa oksigen. dilatih berapa lama harus bisa tahan segala. sangat menarik dan mungkin itu melekat di kepala saya ya. Hayah…saya ngga suka nonton TV jadi ngga bisa dibius dong?
bu oh bu lucu sekali tampang baby mu memaaaaaaaaaang 😉
u’re so damn luck to have two precious angels in your life 🙂
thanks nata… they are my angels (if they sleep not when awake)
Sebentar lagi ultahnya Kai ya… hontouni omedetou !
Aku berteirma kasih pada Tuhan karena Kai dan kakakku tersayang bisa kembali dari rumah sakit dengan selamat dan setelah itu juga genki.
Mataku jadi banjir deh baca NIKKI ini.
Korekaramo genki de, isshoni ganbarou ne ! Onechan !
Arigatou Kimchiiii…. KAN gimana kabarnya? semoga bisa cepat pulih ya. (Pasti senang bisa ketemu Ao ya) Soudesune, isshoni ganbarou ne….Kawaii Imouto….
Pingback: Piipoopiipoo-119 | Twilight Express
Aku paling nggak bisa mendengarkan lagu ini. Nggak bisa dalam arti: nggak bisa di sembarang waktu. Bisa sangat sentimentil.
Dan cerita ini, hmmm… mengharukan.
Oh, Kai…
Sebuah kehidupan dimulai dari dalam tubuh seorang ibu,
ada jiwa baru yang akan hadir ke dunia melaluinya,
ikatannya tidak akan terputus oleh waktu.
Betapa agungnya perempuan yang diberi kesempatan untuk menjadi seorang ibu. Betapa indahnya seorang anak yang bisa merasakan kasih sayang seorang ibu.
You are blessed Imelda 🙂
tanti´s last blog post..Somewhere Out There
Pingback: Twilight Express » Blog Archive » Pengakuan Mama