GW -4- Kuda dan Sapi di Mother Farm

3 Mei

Hari Sabtu, 30 April  kami di rumah terus, sambil menghilangkan kepenatan seminggu. Tapi “the three musketters” sempat pergi sebentar ke pemandian umum Sento di dekat rumahku. Heran sekali deh, si Riku memang suka sekali berendam di bak panas, sekitar 42 derajat. Meskipun Kai juga suka berendam, rupanya 42 derajat terlalu panas untuk dia. (Lucu deh melihat mereka pulang dengan pipi meraaaaah sekali)

Nah, karena sudah istirahat 1 hari penuh kami berencana untuk pergi ke Chiba hari Minggunya. Tapi waktu aku bangun jam 6 pagi, wahhh cuacanya seperti akan turun hujan. Mendung, meskipun belum segera akan turun hujan. Karena tempat yang kami tuju adalah “Mother FARM”  sebuah peternakan wisata yang luas, kalau hujan pasti sulit berteduh dan …. tidak bisa melihat apa-apa.

Setelah bimbang pergi atau tidak, akhirnya kami keluar rumah pukul 9 pagi, dengan pertimbangan, kalau hujan sebelum sampai ke Mother Farm (perjalanan sekitar 1,5 jam) maka kami akan mencari alternatif tempat lain yang berada dalam gedung.

Untuk pergi ke Chiba dari tempat kami, jalan yang paling cepat adalah melewati AQUALINE, perpaduan terowongan bawah laut dan jembatan yang menghubungkan prefektur Kanagawa dan Chiba. (Yang ingin mengetahui tentang Aqualine ini bisa baca di “From the bottom of the sea“) Padahal aku sempat berpikir, waktu gempa bumi jalur ini bagaimana ya? Tentu saja tidak rusak karena buktinya kami bisa melintasinya hari Minggu kemarin 😀 (Ssst aku sengaja tidur supaya tidak panik. Susah kan kalau aku tiba-tiba panik waktu berada di dalam laut 😀 )

Kemarin itu benar-benar aneh. Hari Minggu, lagipula Golden Week, tapi jalanan lancar car car…. orang Tokyo pada liburan ke mana ya? Biasanya di tahun-tahun lalu sudah bisa dipastikan jalan tol akan macet. Heran yah, waktu lancar begini masih bertanya, “Kok tidak macet?” hehehe.

Tapi memang mengerikan menyetir hari itu, setelah keluar dari dasar laut kami harus menyusuri jembatan di atas laut. Tepat sebelum kami keluar terowongan bawah laut, kami memang sudah diperingatkan bahwa hari itu angin bertiup kencang 15 m, sehingga disarankan kecepatan mobil max 40 km/jam. Untung kami berempat satu mobil sehingga dorongan angin tidak begitu terasa. Seandainya menyetir sendiri pasti rasanya seperti akan diterbangkan angin deh.

Gerbang masuk yang di atas bukit. Beli karcis 1500 yen (Rp 150rb) utk Dewasa. 800 yen untuk anak usia 4 th- SD, jadi Kai gratis karena belum 4 th.

Kami sampai di depan pintu gerbang masuk Mother Farm di atas bukit pukul 11:12 siang. Belum hujan tapi masih mendung, dan berangin. Tapi karena angin selatan, tidak dingin. Sungguh senang melihat perbukitan yang penuh dengan daun berwarna hijau muda serta bunga-bunga. Meskipun di beberapa tempat ada bangunan-bangunan rasa luas itu terasa menyegarkan kami yang biasa tinggal di kota, yang sempit. Dan sebagai tambahan… pengunjungnya sedikit dibandingkan luas arealnya.

Memang cukup jauh harus berjalan kaki, tapi sambil melihat pemandangan, capek tidak terasa

 

 

Riku bertanya padaku “Mengapa namanya Mother Farm”… mother kan artinya IBU ya mama? Ternyata saya menemukan sejarahnya seperti ini:

Mother Farm dibangun oleh Hisakichi Maeda, pendiri Surat Kabar Sankei dan Tokyo Tower. Waktu kecil, beliau tinggal di Osaka dan keluarganya amat miskin. Ibunya sering mengatakan, “Seandainya kita punya 1 sapi saja, kehidupan kita akan lebih mudah”. Perkataan ibunya melekat terus di hatinya, dan Pak Maeda ini merasa bahwa industri peternakan diperlukan untuk kelangsungan Jepang. Karenanya dia memberi nama peternakan seluas 250 hektar ini dengan “Mother Farm” sebagai peringatan untuk ibunya.

 

Sebuah pojok dengan gazebo kecil berwarna merah dikelilingi taman bunga. Duh ingin duduk berlama-lama di sini sambil membaca buku atau melukis.

 

 

Ada berbagai acara yang disajikan yang bisa diikuti dengan gratis atau bayar. Sambil melihat jadwal, kami memutuskan pertama kali untuk menunggang kuda, karena Riku dan Kai ingin naik kuda. Sekali putaran harus membayar 500 yen (Rp50.000) per orang, tapi ya cukup memuaskan lah. Kuda yang dipakai memang kuda benaran (masa ada kuda boongan sih mel hihihi), kuda dewasa gitu, bukan Pony seperti waktu di Kebun Binatang Chikouzan Kouen. Lagipula ada kejadian lucu waktu Riku sedang menunggang begitu, kudanya berhenti dan….. pipis wuaaahhhh hihihi.

Kalau Riku memang suka naik kuda, tapi Kai awal-awalnya dia ketakutan sekali.

 

 

Setelah dari kandang kuda, kami cepat-cepat pergi ke kandang sapi yang butuh waktu sekitar 20 menit jalan kaki menuruni bukit. Pokoknya luas deh tempatnya, sehingga harus siap jalan kaki banyak (jangan pakai sepatu hak tinggi yah 😀 ). Aku sendiri memang pakai sneaker tapi harus menggendong ransel yang berisi kamera, dan pakaian ganti anak-anak yang cukup berat.

Kesempatan memerah susu (pertama kali untuk Riku dan Kai)

 

 

Kenapa kami buru-buru ke kandang sapi? Soalnya pukul 11:30 ada kesempatan “memerah sapi”. Wah, ini pengalaman berharga sekali untuk anak kota jadi harus pergi :D. Sayangnya karena banyak peminat, kami hanya bisa memerah dengan satu tangan (di satu kantung susu).  Dua sapi untuk 4 baris. Lucu melihat Kai yang geli memegang si sapi. Tapi Kai sudah mengetahui cara memerah kambing  dari film HEIDI yang dia tonton sekitar 2 minggu yang lalu.

Mencoba produk susu dari Mother Farm

 

 

Di daerah kandang sapi itu ada toko yang menjual susu, soft cream dan ice cream. Jadi kami istirahat di situ sambil mencoba susu, soft cream dan ice creamnya. Tentu saja beli satu-satu dan dimakan bersama :D. Cuma aku sendiri yang tidak minum susu, karena aku paling tidak bisa minum susu segar murni, tanpa campuran coklat/kopi/stroberi (kecuali kalau terpaksa, tapi harus dingin!).

Kuda ini ramah sekali, selalu mau mendekati kami. (Jangan-jangan ada yang bau ya? hehehe)

 

 

Setelah menyapa penghuni kandang 😀 kami berjalan menuju kandang kuda yang ada di sebelah kandang sapi. Wah serasa nonton film Bonanza deh melihat suasana di sekitar situ hehehe (Pada ngga tau kan film Bonanza? Itu tuh pelem jaman kuda gigit besi hihihi). Tapi…. aku suka sekali pemandangan seperti ini.

Mengingatkan pada Bonanza atau Little House on the Prairie

 

 

Dan senangnya ada seekor kuda yang mau mendekati kami, dan dibelai-belai, sehingga kami bisa banyak membuat foto dengan si Kuda. Lihatlah si Riku bergaya dengan si Kuda.

Riku bergaya... coba kamu kurusan nak...mama masukin kamu ke PH deh 😀 Sekarang cukup masuk HP a.k.a Home Page aja 😀

Tentu saja banyak binatang lain di sini, termasuk ada pula acara perlombaan anak babi lari cepat :D. Tapi memang yang menjadi tujuan kami kali ini adalah Kuda dan Sapi, jadi senang karena keinginan kami bisa terkabul padahal udara mendung mengkhawatirkan.

Kuda

16 Sep

Pasti pernah ya lihat lukisan kuda di ruang tamu seseorang? Biasanya berjumlah delapan, karena menurut orang Asia, angka delapan itu membawa kemujuran. Kuda dilambangkan sebagai hewan yang kuat, tegar dan tentu saja tidak takut berperang. Diharapkan manusia atau penyuka kuda itu “tertular” keberanian kuda dari lukisan yang dipasang.

sapa mau beli nih : "Damai di Lembah Padang Rumput" Ukuran: 130cm X 200cm Media: Oil on Canvas Harga: Rp.17.200.000 (http://javadesindo-artgallery.blogspot.com/2010/01/lukisan-gajah-lukisan-kuda.html)

Aku juga suka kuda, meskipun naik kuda hanya terbatas pada kuda di daerah wisata yang kadang masih dipegangi oleh sang penyewa. Naik kuda itu sebenarnya tidak enak dan tidak seempuk yang dibayangkan (tanggung deh pasti pantatnya sakit sesudah naik kuda), tapi entah kenapa aku juga suka pada binatang ini. Pernah lihat mata kuda? cantik! Penunggang kuda atau yang diberi nama Joki kuda itu kelihatannya gagah sekali bisa mengendalikan jalannya kuda. Mungkin karena itu juga aku pernah suka pada seorang joki kuda di jaman SMP … cihuyyy (Moga-moga dia tidak baca postingan ini. Malu hahaha… well memory cinta monyet 😀 )

Nah sebetulnya yang aku mau kasih tahu pada pembaca TE adalah soal balap kuda, pacuan kuda, adu kuda, entah apa namanya, tapi mengadu kecepatan kuda di suatu “veledrome” eh bukan veledrome karena veledrome itu arena balap sepeda. Entah ada nama khusus tidak untuk arena balap kuda, tapi di Jepang namanya Keibajo. Balap Kuda di Jepang diberi nama Keiba 競馬 terdiri dari dua kanji: kanji berlomba dan kuda.

Aku cukup heran karena pernah ditanyakan pada teman mahasiswa di Universitas Yokohama “Kamu suka keiba?”.  Hmmm pertanyaan yang gawat karena balap kuda di Jepang = berjudi. Dan terus terang aku tidak suka berjudi, bahkan untuk membeli undian berhadiah saja tidak suka. Meskipun misalnya beli, tidak pernah menonton atau memperhatikan nomor undiannya. Jadi seandainya nomorku pernah keluar nomor satu pun aku mungkin tidak tahu tuh hihihi. Gagal deh jadi orang kayanya :D.

Keiba, pacuan kuda Jepang, judi resmi penghasil devisa. Foto diambil dari http://plaza.rakuten.co.jp/major01/profile/

Hari ini adalah hari keiba, karena tanggal 16 September tahun 1954, sebuah organisasi bernama Japan Racing Association (JRA) didirikan dibawah pengawasan Departemen Pertanian Kehutanan dan Perikanan Jepang. Dan boleh dikatakan mungkin Jepang satu-satunya negara di dunia (yang menyelenggarakan balap kuda) memberikan penghasilan sedemikian besar pada negara, sebagai hasil keiba. Pertahun 300milyar yen masuk ke kas negara. Dan uangnya tentu saja banyak dipakai untuk kesejahteraan lembaga-lembaga di bawah Departemen tersebut, selain sumbangan bangunan/sarana pada negara. Yah, dulu Indonesia juga pernah punya SDSB (?) sumbangan berhadiah yang rencananya dana itu dipakai untuk pembangunan negara. Tapi hebatnya Jepang, perjudian seperti keiba, juga lotto dan undian berhadiah lainnya didukung pemerintah dan hasilnya benar-benar kelihatan.

Untuk teman-teman di Jepang, Sekolah Republik Indonesia Tokyo di Meguro itu terletak dekat halte bus yang bernama Moto Keibajo Mae. Jadi dulu sepertinya pernah ada arena pacuan kuda tuh, dekat dekat situ. Ah… sebagus-bagusnya manfaat keiba, aku merasa beruntung suamiku atau sahabatku tidak ada yang kecanduan keiba. Biar bagaimanapun juga itu kan judi. Yang kasian dompet dan kudanya diadu-adu hehehe.

Postingan ini dibuat secepatnya soalnya aku sudah dimarahi tidak membuat postingan baru. Postingan yang sedianya aku publish hari ini masih membutuhkan penelitian (jiaahhh) lebih lanjut yang membuat aku malesssss banget nulisnya. Semoga secepatnya bisa dipublish deh. OK Liona, I hope this posting could satisfy you, for now. Jangan bete-bete terus yah hehehe.

*** Oh ya kalau ada yang main FV di FB kirimin aku horse ya… jarang ada yang ngirimin kuda sih 😀 (ketahuan lagi addicted main FV a.k.a FarmVille)