Hari ini aku harus pergi ke “kota” Tokyo (rumahku kan di desanya Tokyo hehehe) untuk menunaikan satu kerjaan yang sudah dikejar-kejar seperti yang aku ceritakan di posting sebelum ini. Aku harus berada di studio itu pukul 11:30, dan aku pikir 2 jam cukuplah waktu untuk menuju ke sana, mengingat transportasi Tokyo terpengaruh penghematan listrik. Kalau dalam kondisi biasa, 1 jam juga cukup sih.
Tapi hari ini hujan, sehingga pasti traffic juga lebih padat dari biasanya. Dan… brrr dingin euy. Aku pergi dengan Kai naik bus ke stasiun dekat rumah. Setelah aku titipkan Kai di Himawari (tempat penitipannya), aku naik bus ke stasiun Kamishakujii. Dari stasiun ini memang lebih dekat untuk ke dalam kota, ketimbang memakai line dekat rumahku. Cuma memang harus banyak ganti kereta.
Tujuanku Akasaka, sebuah tempat pusat perkantoran dan kedutaan negara Asing. Mungkin yang tahu Roppongi, ya di dekat situ deh. Dan satu-satunya transportasi kereta ke arah sana adalah subway. Padahal aku BENCI subway. Sudah hampir 10 tahun aku tidak naik subway sendiri (kadang kalau terpaksa sekali dan jarak dekat kalau ada temannya sih bisa). Jadi aku harus mencari jalan lain untuk ke sana. Dan aku tahu, aku bisa naik bus dari Shibuya, lalu jalan kaki. Salahnya aku tidak bawa peta, dan hanya mengandalkan GPS dari HP. Tapi akhirnya ketemu juga kok, dan aku sampai pukul 11:15.
Langsung masuk studio, dan selesai dalam 10 menit…hahaha perjalanannya lebih lama dari kerjanya. Waktu keluar studio, Alex sudah menunggu, dan dia mau memberikan tumpangan naik mobilnya sampai Shibuya. Asyiiik…kupikir, tapi…mumpung aku sedang berada di Akasaka, aku mau mampir ke tempat kerjanya Whita di Gedung yang namanya Izumi Garden. Dia bekerja di restoran Indonesia, Wayang Bali. Jadi aku minta diturunkan di sekitar jalan Roppongi saja pada Alex.
Dasar orang Eropa yang gentleman, dia memaksa untuk mengantarkan aku sampai di depan gedung. Masalahnya dia tidak tahu juga di tepatnya Roppongi 2 chome hihihi. Jadi deh kita muter-muter, tanya pada pak polisi, lalu ketemunya karena tanya pada supir taksi. Cukup pusing juga aku dibuatnya, karena mobilnya mobil Amerika, aku duduk di sisi kanan. Seperti duduk di tempat supir tapi tidak menyetir. Mabok deh.
Ok, ketemu akhirnya Gedung Izumi Gardennya. Wah mencolok begitu, dan mentang-mentang namanya Garden, kaca gedungnya berwarna hijau rek. (waktu gempa gimana ya? Ngga pada ketakutan ya? hihii)
Nah… masalahnya aku tidak tahu restorannya berada di lantai berapa. Meskipun setelah cari-cari aku tahu berada di lantai 2. Jadi kupikir yang penting aku naik eskalator deh. Nah waktu aku masuk tempat tangga eskalator itu, aku hanya lihat tangganya tidak berjalan. Hmmm ya sudah jabanin aja. Dan aku salah besaaaaaar banget, tidak memandang ke UJUNG tangga itu ada di mana. Astaganaga……. puanjaaaaaaaaaaaang banget itu eskalator. Dan pernah ngga ya naik tangga jalan berhenti? Tangga jalan berhenti itu lebih berat daripada tangga lantai biasa loh. Kalau ada tangga biasa, aku pasti naik tangga biasa. Tapi karena cuma melihat di situ satu-satunya yang ada hanya eskalator ya terpaksa deh…
Benar-benar megap-megap deh. Udah lapar, tadi waktu cari studionya juga sudah keliling-keliling Akasaka. Hampir putus asa tengah jalan. PANTESAN tidak ada orang lain yang naik tangga itu hahaha, aku baru sadar setelah ada cewe-cewe yang turun berbondong-bondong sambil berkata: “hiii ngeri ya kalau eskalator sepanjang ini tidak jalan”. Huh! Aku berusaha untuk tidak memandang ke belakang. Kalau tidak aku tidak akan bisa sampai ke atas alias pingsan. hihihi
Sesampai di atas, yey kupikir sudah aman, tapi aku terkaget-kaget melihat lift di situ dan tertulis “Di sini lantai 7” …. whaaatt????? Aku naik sampai tingkat 7 tanpa henti tadi itu? (3 tingkat karena katanya sih awalnya lantai 4) waaahhhh pantes megap-megap hahaha.
Ok deh setelah itu aku cari lagi cara untuk turun, tapi jangan eskalator yang sama. Ternyata oh ternyata, eskalator yang ada dalam gedung itu jalan bo…. paling sedikit dari lantai 7 ke lantai 4. Nah, sesudah itu aku muter-muter deh nyari bagaimana caranya untuk ke lantai 2. Benar-benar tersesat di dalam gedung luas. (Aku juga gengsi nanya sih :D)
Dan…akhirnya aku ketemu juga sih restoran Wayang Balinya. Kelihatannya unik dengan interior ala Bali. Tapiiiii. yang antri juga banyak 😀 Lihat jam sudah pukul 12:30, memang jam makan sih. Dan kalau aku makan di resto itu paling sedikit butuh waktu 1 jam. Padahal Riku pulang pukul 2 siang dan dari situ ke rumah makan waktu 1,5 jam. Dan yang terparah batere HPku tinggal 1 strip. Gawat! Aku takut jika Riku telepon aku dan aku tidak bisa angkat, dia menjadi panik. Ya sudahlah kupikir, belum nasibku untuk bisa makan siang dan bertemu Whita hari ini. Cepat-cepat aku naik taksi, kereta dan bus pulang ke rumah. Sampai di rumah pukul 1:55…. safe!
Dan aku merenung, dulu itu kerjaanku ya begitu, ke sana kemari menyelesaikan “panggilan” kerjaan di mana-mana. Aku sampai hafal rute subway dan kereta, sampai adik Jepangku, Kimiyo sering menelepon aku untuk tanya harus naik apa kalau mau ke suatu tempat. Aku juga hapal gerbong nomor berapa yang terdekat tangga ganti kereta untuk menyingkat waktu. Tapi sekarang? hehehe sudah uzur juga sih 😀
Dan aku menyadari juga bahwa Tokyo memang BUTUH listrik yang banyak. Untuk transportasi, untuk gedung, untuk keamanan (lampu lalu lintas dsb). Tokyo amat sangat tergantung pada listrik. Tanpa ini semua perekonomian akan berhenti. Cuma memang bisa dihemat, yang tidak perlu bisa dimatikan.
Kapan ya aku bisa lunch di Wayang Bali? Semoga deh….
Ngeri banget eskalator bisa sepanjang itu. Akhirnya udah penuh perjuangan tak jadi makan juga. Hari yang luar biasa
hehhehe demi anak ya mbak… akhirnya makannya jam 2lebihan deh, di rumah.
EM
Ah ternyata masih bisa kesasar juga ya di Tokyo …. Yang terpenting semua berakhir dengan baik.
bisa pak…. soalnya Tokyo besar sekali sih, dan banyak gedung baru
EM
Kyou ha otsukaresamadeshita ^_^
Perjuanganmu mbak untuk lunch & ketemu Whita di Wayang Bali bener-bener deeh..(sambil bayangin mbak Imel kebingungan di Izumi Garden) hihihi
Acungin jempol buat mbak Imel, yg uda penuh perjuangan ke Wayang Bali, tapi terakhir mutusin pulang aja demi Riku kun..so sweet ^^b
Kali lalu juga mo ketemu Whita gak jadi, gara-garanya gempa..hehe 😀
Btw, kenapa gak suka naik subway mbak?
kalo gitu ntar kita bareng ke sana yuuuk hehehe.
aku pernah kena panic syndrom, jadi ngga bisa di tempat tertutup lama-lama. Sedangkan subway kan cukup lama berada dalam tanahnya :D. Kalau di dalam pesawat gpp, soalnya bisa kelihatan langitnya:D
EM
ga kebayang jakarta bakalan punya subway….kayaknya sayapun seperti mbak EM ga bakalan naik subway tapi beda alasan….karena ngurus ‘genangan air’ aja ga bisa…gimana kalau ada subway yah….???!!!!
Hehehe kebayang dengkulmu….eskalator jalan kan lebih tinggi tanjakannya daripada anak tangga biasa, jadi angkat kakinya lebih ekstra daripada anak tangga yang biasanya diperhitungkan dengan kenyamanan kaki pemakainya.
Kupikir itu foto gedung setelah gempa…aku kagum banget dengan konstruksi tahan gempa Jepang yang terbukti jempolan. Aku baca yang salah hitung itu adalah perkiraan tinggi tsunami, dan tentunya sistim pendinginan reaktor nuklir itu yang jadi kacau karena kebakaran di saat musibah gempa.
Masih untung di Tokyo bisa memperkirakan jam kendaraan umum ya…kalau di Jakarta saya tidak bisa mengandalkan kendaraan umum, kendaraan pribadi saja bisa terlambat kalau macet banget (yang tidak terprediksi).
ya ampun.. setelah berjuang ternyata gak berhail makan di warung bali ya mbak.. hehehe.
mbak, btw gimana tentang radiasi disana?
di jakarta baru ada eskalator yang 2 lantai di SenCi, mmm kapan ya ada yang kaya gitu eskalatornya
Jangan deh, kalau listrik mati gimana? hihihi
ada satu lagi yang sebetulnya aku pengen ambil foto yaitu eskalator yang melengkung (tidak lurus) ada tuh di Yokohama.
EM
wew!!! Gedungnya keren euy …
mba Em juga keren, kesasar di gedung,
kebayang kok mba, soalnya aku juga pernah kesasar melulu klo di SenCi,
blom apal2 jalan keluarnya hahaha …
maklum jarang2 ke sono jadi ya gitu deh hehehe
k’Em….lumayan tu kak buat olahraga…naik tangga 3 lantai.. hhhihihihi….
Tt bantu penghematan listrik dr sini deh kak… 😀
Aduhh Imeel…
Bacanya ikut lelah, terbayang jalan di eskalator sampai tingat 7 (tujuh) dan pada akhirnya nggak sempat ketemu Whita….
Bagi seorang ibu, kepentingan dan keamanan anak adalah nomor satu. Lain kali mudah2an sempat menikmati makan siang di Wayang Bali.
hehehe… itung2 olahraga mba Imel.. 🙂
tapi bisa kebayang deh megap2.. muter2.. laper.. deuh…
udah lama tinggal di Tokyo aja masih kesasar yak? hihi
wuih eskalatornya setinggi 3 lt …
panjaaang sekali….mbak…
pasti keliatan jadi sangat jauh karena gak ada tempat berhentinya…
btw.. kantorku yg kemarin tuh di lt3 dan gak ada liftnya..
jadi setiap hari naik turun 3 lt sekitar.. mmm.. 7 kali sehari deh..
tapi di tengah berhenti dulu … ambil napas… hihihi…
wah, gak pegel tuh naek sampe 7 lantai, hehehe..
hebat yak jepang, gak bergantung terlalu banyak dengan orang lain 😀
Tanggal 26 besok ada Earth Hour lho..
Listrik harus dihemat..
Aku ngebayangin kondisi dan keadaan gedung itu pada saat gempa, mbak. Pasti goyang-goyang kayak ager…serem…:(
Aduh mbak, udah capek-capek cari itu resto, eh gak jadi mampir makan siang??? sedihnya…
tapi aku salute sama mbak EM yang sangat tanggung jawab sama anak2, bela2in balik kerumah setelah berpeluh itu, agar bisa menemui Riku (yang khawatir bakal panik) dirumah,, ckckck,, great mom.. 🙂
salam sayang mbak EM
mba imeeeel..hehehe gomenne waza waza kittekuretta,pas hujan jadi ruame.
btw waktu gempa?? waduh gemeter banget deh mba itu padahal di lantai 2 yaa gimana yg atas2. Kata pengurus gedung nya itu gedung bisa sampai 6 skala tahan gempa.
Iti gedung kan ada per nya ya mba,kd waktu gempa walaupun udah berenti tetap terasa di enjot2..hahaha
Tak tunggu lunch disana ya mba bawa pangeran2 kecil yaa..( btw tak kasih diskon nanti..hehe)
Tapi desa tokya sama indah dengan bali kali ya mbak.. 🙂 apalagi kota tokyo .. weeeeeee
kalo mau makan disana ajakin aku mbak EM, hihihihihi *berat di ongkos*
Aku pernah kesasar di Shibuya, maklum aku jalannya tidak seperti jalan orang jepang, keduluan sama temanku, bingung deh, mana bahasa Jepangku cuma Arigato, Ohayo, parah banget! Tau aja kan Mbak Imel Shibuya pas orang pulang kerja apalagi perempatan jalannya banyak banget dan manusianya banyak banget, aku juga ngga tahu arah ke patung anjing itu? Akhirnya aku cuma diam ditempat saja, beneran tak berapa lama temanku menemukan aku…soalnya diantara ribuan orang jepang yang putih dan berambut lurus cuma beberapa yang berkulit sawo matang, bermata besar dan berambut keriting…he..he…emangnya kenapa kalo subway Mbak EM? Aku pernah sama temanku naik subway saat orang pulang kerja, bener-bener kayak sarden deh, tapi hebatnya orang Jepang biar gitu masih sempat baca, dan ngga ngomel-ngomel. Selamat bekerja lagi Mbak EM, selamat beraktifitas! Moga krisis listrik di jepang bisa diatasi secepatnya.
tetap semangat ya
Wew.. capek lah itu mbak, kalo sampe lantai 7. Pantes banget kalau megap hehee..
Kalau belum rezeki sih begitu ya mbak, tapi tidak apa2 mungkin lain kali bisa barengan anak2 makan di sana…