Cita-cita Anak dan Orang Tua

10 Apr

Ya, saya ingin menegaskan kembali bahwa memang tahun ajaran baru di Jepang itu dimulai bulan April, bukan Januari, Juli atau September. Alasannya?

Memang di Amerika dan Eropa, juga China tahun ajaran baru mulai  bulan September, sedangkan Korea bulan Maret. Kenapa musti dimulai April sih? Sebetulnya yang paling bisa dikatakan sebagai alasan yang tepat adalah bahwa karena bulan April merupakan awal tahun fiskal, sehingga semua anggaran bisa dimulai bersamaan. Lucunya awal tahun fiskal di Jepang yang April itu meniru Inggris tapi Inggris sendiri tidak menyamakan awal tahun fiskal dengan tahun ajaran 😀

Selain alasan bersamaan dengan tahun fiskal, ada juga alasan-alasan “sekunder” seperti kalau bulan April, awal musim semi ditandai dengan mekarnya bunga Sakura. Setiap upacara masuk sekolah/universitas pasti ada latar belakang bunga sakura. Secara psikologis, keindahan bunga ini memberikan semangat untuk memulai sesuatu yang baru. Musim semi juga berarti bertambah hangat, sehingga tidak perlu “berdingin-dingin” waktu belajar. Meskipun sekarang semua sekolah dilengkapi dengan AC dan Heater, rasanya akan lebih enak belajar jika udara itu “pas”, tidak dingin dan tidak panas. Jadi, tahun ajaran di Jepang itu dimulai April sampai Juli, kemudian sekitar 20 Juli masuk libur musim panas. Kemudian mulai lagi September sampai Februari/Maret, dengan libur pergantian tahun dan libur “kenaikan kelas” di bulan Maret. Jadi memang libur yang terpanjang itu waktu summer, musim panas yang sampai 1 bulan lebih. (Dan karena itu pula aku cuma bisa mudik pada musim panas ini. Sayang kan kalau mudiknya harus cepat-cepat.)

Nah, kemarin di tulisan “Langkah Baru“, aku menceritakan soal upacara awal tahun ajaran baru di TK. Karena Kai sudah tahun kedua di TK, kami datang ke TK dari pukul 8:40 sampai 9:40. Ya, kira-kira satu jam saja. Waktu meninggalkan TK, kami berselisipan dengan orang tua dan murid TK baru yang akan memulai TK pada tahun ini. TK Nensho (tahun pertama – usia 3 tahun). Mereka akan mengikuti upacara penerimaan murid baru yang dimulai pukul 10:30. Biasanya satu anak diantar oleh bapak dan ibunya (kecuali Ibu Imelda Miyashita dulu mengantar Riku dan Kai sendirian karena papanya juga sibuk dengan acara di universitasnya hehehe). Si Bapak tentu saja berjas, dan si Ibu juga dandan abiz, membawa kamera dan handycam untuk meliput upacara. Ya, pada hari ini mereka pertama kali melepas anaknya ke “masyarakat”.

Hebohnya orang tua yang mengantar anaknya pertama kali ke TK, tidak sama dengan waktu mengantar anaknya masuk SD, KECUALI jika anaknya tidak mengikuti pendidikan di TK, langsung masuk SD. Tapi pengamatanku ini juga mungkin karena SDnya Riku itu SD Negeri, jadi tidak terlampau “heboh”. Bagaimanapun juga memang ada kebanggaan tersendiri waktu mengantar anak kita mengikuti upacara masuk SD, sistem pendidikan formal yang memang wajib diikuti (sampai SMP). Nah, murid SD kelas 1 ini sering disebut dengan “pika-pika ichinensei” (Kelas 1 yang berkilau) dan tentu saja banyak diliput oleh media massa.

Pohon sakura di dekat SD nya Riku

Salah satu pertanyaan media massa itu biasanya, “Apa cita-citamu?”. Nah, jika pertanyaan ini diajukan pada anak-anak Indonesia, biasanya akan mengatakan : mau jadi dokter atau insinyur kan? Tapi ternyata di Jepang anak-anak lelaki itu nomor satu ingin menjadi “Atlit” dan yang perempuan ingin menjadi “tukang roti/kue”. Hmmm memang atlit profesional pendapatannya besar jeh. Aku memang juga sudah pernah menulis di posting Nak, kalau besar mau jadi apa?, dan meskipun angket itu dilakukan oleh perusahaan yang berbeda dengan responden berbeda, ternyata jawabannya sama!

Dan survey yang diadakan perusahaan ransel yang sudah diadakan sejak 1999, selama 14 tahun itu, cita-cita anak laki-laki itu tidak berubah untuk 3 besar, yaitu  menjadi Atlit, Polisi dan Supir. Hanya untuk perempuan 3 besarnya berubah urutan saja, tapi tetap mereka ingin menjadi pembuat roti/kue, artis dan florist. Membumi sekali kan?

Tapi cita-cita anak-anak tidaklah selalu sama dengan keinginan orang tua. Ternyata orang tua Jepang paling ingin menjadikan anak-anaknya sebagai : 1. Pegawai Negeri, 2. Atlit dan 3. Dokter…. untuk anak laki-laki 3 jenis pekerjaan ini juga tidak berubah selama 21 tahun. Sedangkan untuk anak perempuan, orang tua paling menginginkan anaknya menjadi perawat (nomor 1). Dan lucunya pekerjaan yang berhubungan dengan medis seperti farmasi, dokter dan medis lainnya menjadi lebih populer di kalangan orang tua. Hmmm, pegawai negeri ya…. mungkin sama saja dengan orang tua Indonesia ya? Bagaimana kamu? 😀

Tapi sebetulnya yang bercita-cita seharusnya memang si anak ya? Dan tentu bisa berganti-ganti sesuai dengan tingkat kedewasaannya. Orang tua hanya bisa mengarahkan saja, meskipun berkeinginan yang didasari pengamatan mendalam. Cita-cita Riku sekarang apa ya? Dulu dia pernah mau menjadi Pelukis, mungkin sekarang mau bekerja di Lego Corp hahaha. (Barusan Riku pulang, dan aku tanya dia kalau besar mau jadi apa? Dijawab: Cameraman! hahaha)

sumber data dari  http://juken.oricon.co.jp/2009661/full/#rk

 

Cita-cita anak-anak Jepang: LAKI-LAKI : Atlit, Polisi, Supir, Karakter TV/anime, Pemadam Kebakaran, Tukang, Koki, Pembuat roti/kue, Peneliti/Ilmuwan, Wiraswasta. PEREMPUAN: Pembuat roti/kue, Artis, florist, Guru PAUD, Perawat, Salon, Pet shop/trimmer, Toko ice cream, dokter, guru.

 

 

Keinginan orang tua terhadap anaknya. LAKI-LAKI : Pegawai negeri, atlit, dokter pegawai kantor, pemadam kebakaran, tukang, peneliti, farmasi, arsitek/sipil, polisi. PEREMPUAN: Perawat, pegawai negeri, farmasi, guru PAUD, Pembuat roti/kue, dokter, medis, guru, pramugari, artis.