Nomor satu adalah LEMBAB (mushi atsui), duuuuh dehhhh lembabnya bisa sampai 90% kali. Seminggu terakhir ini puncak suhu udara terpanas HANYA 34 derajat, di Nerima. Mungkin daerah saya ini aneh ya, kalau di pusat kota cuma 30 derajat maka di tempat saya bisa 32 derajat. Tapi, kalau musim dingin, di pusat kota 10 derajat maka di tempat saya 8 derajat. Kalau bersalju…. tempat saya ini juga paling lambat mencairnya.
Nomor dua menurut saya adalah SUIKA, atau semangka. Karena suika ini merupakan buah kesayangan saya dan Riku (juga ibu mertua) jadi begitu ada suika dijual di toko langsung beli. Dulu pertama kali makan suika di Jepang, saya merasa bahwa suika di Indonesia lebih manis dan lebih enak, apalagi tidak ada bijinya. Tapi kenapa akhir-akhir ini berbalik ya? Ada juga yang bilang sih bahwa kalau makan suika supaya manis, ditaburi sedikit garam…. Hmmm. Dan Suika ini kan bagian yang termanis adalah yang paling tengah. Coba deh lihat hasil karya Riku…. Bagian tengahnya dimakan duluan, dan yang lain ditinggal. Huh. memang paling praktis disajikan setelah dipotong kotak-kotak, tapi makan suika yang dipotong seperti bulan sabit ini memang asyik….
(semangka hasil gigitan Riku – Kai makan semangka dan jagung)
Nomor Tiga adalah JAGUNG (tomorokoshi), saudara-saudara. Jagung hanya diproduksi waktu musim panas, sehingga waktu musim panas harganya murah. Meskipun masih mahal menurut saya… 1 jagung seharga 200 yen (16.000 rupiah). Jagung di sini biasanya hanya direbus, sehingga saya kangen sekali makan jagung bakar yang biasa dijual di emperan jalan menuju puncak. Hmmm mau cari jagung bakar ah kalau nanti sempat pergi ke Taman Safari.
Berhubung ada yang bilang bahwa postingan saya selalu ujung-ujungnya makan…maka selanjutnya saya mau menulis ranking selanjutnya yang tidak berhubungan dengan makanan. heheheh. Ranking ke empat adalah HANABI (firework festival) dan jika menonton hanabi ini, paling asyik kalau pakai yukata (saya sudah pernah post ya). Hanabi di musim panas biasanya dimulai pada Hari Laut tahun tersebut. Tahun ini Hari Laut jatuh pada tanggal 21 Juli. Di berbagai tempat diadakan festival kembang api ini. Dan karena Hari Laut adalah peringatan pembukaan pelabuhan Yokohama, maka tentu saja paling afdol kalau menonton festival ini di Yokohama, tepatnya di perairan depan Yamashita Koen. Saya sendiri belum pernah menonton Hanabi yang di Yamashita Koen. Tempat yang pernah saya kunjungi waktu berhanabi adalah Sumidawaga Festival, yang terbanyak jumlah kembang apinya. Saya pergi ke festival ini di awal tahun kedatangan saya ke Jepang, bersama teman-teman dari Ajiken (Asia Keizai Kenkyuujo) yang saya anggap sebagai sempai saya yaitu Matsui san, Dobeta san, Kyou-san. Pengalaman ini tidak pernah saya lupakan karena pertama kali saya lihat begitu banyak orang meluap di jalan-jalan, sampai-sampai polisi harus mengatur arus pengunjung dengan menghentikan arus manusia ini setiap beberapa menit. Terus terang saja, saya takut dengan keadaan seperti itu. Untung di Jepang, warganya patuh-patuh coba kalau di negara saya tercinta, mungkin sudah timbul korban terinjak-injak berapa ratus orang.
Selain hanabi di Sumidagawa, menonton hanabi di Kamakura (Enoshima) juga bagus, karena kita melihat seakan-akan hanabi itu muncul dari permukaan laut bagaikan air mancur (bayangin deh logonya jamu air mancur). Indah!!. Waktu pergi Hanabi ke Futakotamagawa, saya bisa menikmati hanabi dari bantaran sungai dengan melihat ke arah kanan dan kiri. Hanabi di Disneyland jangan ditanya deh…. dengan latar belakang cinderella castle …duh serasa di dunia impian. Hanabi yang lain kecil-kecil skalanya, dan tersebar hampir di semua daerah di Jepang. Mungkin hanabi bagi saya yang terjauh adalah di Hachinohe (Aomori ken) utara Jepang, waktu mengadakan perjalanan menonton Neputa dan Nebuta Matsuri. Tapi pergi hanabi begini kecuali waktu di Chiba Port Tower, saya tidak mau pakai yukata. Karena ribet deh…panas… Lagipula sudah tidak muda lagi untuk menarik perhatian lawan jenis hihihi. Lewat 5 tahun di Jepang sudah malas untuk pergi berdesak-desakan dalam udara panas. Lebih baik menonton televisi dalam ruangan yang sejuk (memang lain sih kalau melihat langsung bisa merasakan dentuman hanabinya juga). Atau yang paling asyik menonton dari teras mansion melihat hanabi Toshima-en dan Seibu-en, sambil menikmati bir dingin hehhehe.
(kiri=Riku pakai JINBEI untuk bon odori di TK nya, kanan = capung jepang yang mempunyai garis hijau berkilat… namanya…lupa!!)
Tapi karena saya tidak suka panas juga, saya selalu berusaha tidak berada di Jepang waktu summer. Lebih baik menikmati udara dingin di Australia (karena waktu itu adik saya Novi berada di sana) atau udara kering di Jakarta. Sehingga kesempatan untuk menonton Hanabi jadi terlewatkan.Juga kesempatan untuk mengadakan Barbeque (hmmm enak loh bakar ikan atau daging di pinggir sungai sambil bercanda dengan teman)
Bagi anak laki-laki, musim panas berarti kegiatan outdoor menangkap kupu-kupu atau serangga lainnya. Riku juga senang menangkap serangga dan kupu-kupu (meskipun akhirnya dilepaskan) dan kemudian mencocokkan nama-nama binatang yang ditemukan dalam ZUKAN (kamus bergambar). Jadi bisa sekaligus belajar jenis-jenis hewan. Selain kegiatan outdoor begini, biasanya juga banyak anak-anak yang hobi dnegan kereta api, akan mengelilingi semua stasiun di suatu jalur, dan turun di setiap stasiun untuk mengumpulkan cap stasiun. Kegiatan ini juga saya rasa sangat bermanfaat (meskipun pasti meleelahkan ibu yang menemaninya). Sayang tahun ini tidak bisa karena berlibur ke jakarta, tapi untuk musim panas yang akan datang nantinya, saya juga berencana untuk melewatkan liburan dengan menemani Riku (bersama Kai tentunya) untuk melakukan railway journey ini. Gini-gini Kimiyo, adik Jepang saya itu mengganggao saya ahli perkeretaapian Tokyo, karena saya tahu semua jalur dan bagaimana ganti kereta dengan efisien waktu. Tapi itu kan semasa saya single dan sering jalan untuk mengajar. Sekarang sudah banyak jalur baru yang bertambah dan saya belum pernah naiki.
(kiri = Riku dan Kai yang pegang hadiah ultahnya, kanan “Mama jangan taruh aku dalam koper dong!!”)
Meskipun banyak kegiatan musim panas di Jepang, Matsuri (Festival), Hanabi (kembang api), barbeque, Mushi tori (menangkap serangga), Kakigori (es serut) yang mungkin terlewatkan, Riku dengan gembiranya mengatakan “Jakarta…machidooshii…(saya nanti-nantikan)” Semoga saja Liburan tahun ini bisa memberikan kegembiraan yang lebih banyak lagi bagi Riku, dan Kai tentunya.
Ittekimasu (saya pergi)……
(Papa Gen jaga rumah dan ikan di akuarium baik-baik ya…)