KOPI

4 Jul

Aku minum kopi sudah sejak umur 12 tahun. Padahal di rumahku dulu tidak ada yang suka minum kopi. Papa hanya minum teh ceylon atau teh hijau setiap pagi. Mama tidak minum apa-apa. Sehingga terkadang aku harus beli nescafe instant sendiri. Pernah suatu ketika Mama bilang, coba berhenti minum kopi. Kopi itu tidak baik untuk jantung loh! Kemudian aku berhenti beberapa saat, tapi mulai lagi. Memang waktu mulai lagi itu terasa jantung berdegup lebih kencang dari biasanya.

Kali ini posting sebetulnya bukan mau mengulas kopi- nya tapi tentang pertanyaan Riku pada saya 2 hari yang lalu. Akibat terbangun pukul 2:30 pagi, malamnya sekitar jam 8:30 aku sudah ngantuk sekali. Tapi kedua anakku ini masih segar bugar. Wahhh bisa-bisa aku tertidur, dan bahaya sekali kalau Kai merangkak kemana-mana. Jadi aku bilang, ayo…. semua ke luar nonton TV, mama mau minum kopi. Saat itu Riku bertanya:

ママ、コーヒーを開発したのは誰?
コーヒーマシンを開発したのは誰?
リンカーン大統領?

“Mama siapa sih yang ‘mengembangkan’ kopi?”

“Siapa sih yang ‘mengembangkan’ mesin pembuat kopi?”

“Presiden Lincoln?”

Waaaah kaget juga aku ditanya begitu. Kagetnya adalah pemakaian kata KAIHATSU, kata yang tidak biasa dipakai oleh anak-anak. Kaihatsu means develop. Dan kok ada nama Lincoln disebutkan. Pasti karena pengaruh TV, yaitu “Cory in the (White) House”. Benar-benar akibat TV, perbendaharaan kata-kata Riku sangat banyak (mungkin lebih dari anak seumuran dia). Akhirnya untuk menjawab asalmuasalnya kopi aku browsing deh, dan ketemu nama KALDI. Aku cuma tahu nama Kaldi itu adalah toko yang menjual bahan makanan luar negeri, selain kopi. Rupanya ada sejarahnya. Jadi selain Riku, mamanya juga belajar deh.

According to a coffee history legend, an Arabian shepherd named Kaldi found his goats dancing joyously around a dark green leafed shrub with bright red cherries in the southern tip of the Arabian Peninsula. Kaldi soon determined that it was the bright red cherries on the shrub that were causing the peculiar euphoria and after trying the cherries himself, he learned of their powerful effect. The stimulating effect was then exploited by monks at a local monastery to stay awake during extended hours of prayer and distributed to other monasteries around the world. Coffee was born.

Masyarakat Jepang suka sekali kopi. Suami saya minum kopi seperti air saja, dan tanpa gula. Saya sih masih orang Indonesia pakai gula sedikit (satu sendok teh). Karena itu saya sengsara waktu masih kuliah di YNU (Yokohama National University), karena Shiratori sensei, dosen pembimbingku minum kopi yang pahit sekali (Mandheling) tanpa gula. Aku kurang cocok dengan Mandheling. Untung cangkirnya kecil jadi langsung teguk saja semuanya tanpa bernafas. Pahit booo. Pernah dia sediakan gula (biasanya tidak ada), langsung aku masukkan gula hehehe.

Tapi ada teman saya, K.A.  yang tidak minum kopi atau teh. Tadinya saya tidak sadar, dan baru 2 minggu lalu dia beritahu saya bahwa dia tidak minum kopi/teh karena agama. Ohhhh, soal itu aku sudah dengar sih. Penganut agama Mormon (aliran agama Kristen dari Amerika) melarang pengikutnya untuk minum kopi/teh. Rupanya dia penganut agama Mormon. Saya emang jiwa jurnalis kali ya, jadinya malah tanya macam-macam deh. Tentang kitab suci dan larangan-larangan yang lain. Saya tidak tahu apakah di Indonesia ada gereja Mormon atau tidak.

…. posting sambil minum kopi, dan abis ini siap-siap untuk berangkat kerja. Hari ini lembab dan hujan, jadi sudah pasang AC dry….. Have a good day friends!!!