Trattoria alias Trotoar

10 Agu

Jumat, 7 Agustus full appointment.

Seperti biasa, ada tiga sahabat dari Sastra Jepang UI (Himaja) yang selalu meluangkan waktunya untuk bertemu setiap aku pulang kampung bin mudik. Dan siang itu kamu janji bertemu di Grand Indonesia (again… karena di situ Riku bisa main) untuk makan siang bersama.

Setelah meninggalkan Riku di tempat bermain dengan bekal handphonenya Yati, untuk sewaktu-waktu bisa telepon aku, kami pergi makan di Njun Njan. Aku tahu restoran Njun Njan ini sudah lebih dari 30 tahun, yang pusatnya di Batu Ceper. Dulu papa terkadang mengajak kami sekeluarga makan di Njun Njan, dan di situ aku selalu bertanding makan udang rebus. Siapa yang tercepat menguliti udang rebus, dia yang menang. Tidak harus dimakan sendiri, kadang aku hanya mengulitinya untuk diberikan pada yang lain. Dan aku selalu yang tercepat! (Ada ngga ya pekerjaan menguliti udang rebus hihihi)

Setiap restoran pasti mempunyai specialitynya sendiri. Dan biasanya di Njun Njan, kami membeli udang rebus, sup jagung dan gurame asam manis. Nah, kemarin Jumat, kami memesan udang rebus, gurame asam manis, sapo tahu dan swie kee (swie = air, kee =ayam) alias kaki kodok. Yummy…

Setelah ngobrol ngalor ngidul, sambil makan dan ngeliatin kai bermain di bawah meja, kami beranjak ke arah tempatnya Riku. Tiba-tiba Yati ditelepon suaminya, yang berkata bahwa ada anak menangis yang menelepon dia …hihihi. Rupanya Riku menelepon pakai HP nya Yati dan tersambung ke suaminya Yati. Wah kasihan juga kalau Riku panik sendiri. Untung saja waktu kami bertemu dia, dia tidak menangis dan mengajak pergi makan e skrim.

Jadilah kami turun menuju Baskin Robbins karena Yeye ingin memperkenalkan es krim yoghurt Sour and Sally (rasanya? …yoghurt deh jadi kecuuuut hihihi) padaku. Letaknya satu lantai. Nah pas kami jalan turun begitu mungkin waktu Zee melihat kami berjalan tergesa. Padahal seandainya Zee menyapa, seru kan tuh. Sesama blogger bertemu tak disengaja…. bisa jadi bahan postingan hihihi.

Sambil makan es krim, lalu aku, Yeye, Yati dan Susi ngopi starbak di depan gerai Baskin,aku sempat beli kartu pos di Kinokuya yang terletak di sebelahnya. Sudah lama mau membeli kartu pos bergambar pemandangan Indonesia. Cari di Gramedia tidak ada…. dan dijawab oleh temanku, “Mel, ini jamannya email dan sms, orang ngga pake kartu pos lagi”. Iya ngerti sih, tapi utk turis (turis nih ye) kan perlu.

Sekitar jam 3:30 sore, ketiga sahabatku pamit, karena Lia datang. Kami memang janjian bertemu di GI ini, karena aku mau menyerahkan yukata pesanannya. Setelah transaksi (wiiih bahasanya) selesai, kami mau pindah tempat duduk ke arah Gelato Bar (es krim lagi nih). Tapi sebelum sampai ke Gelato Bar, persis di sisi kiri, ada sebuah “Spa” berjudul Kenko, dan ada tulisan layanan mereka yang menarik perhatian kami, yaitu “Fish Therapy”. Wow … ini kan sama dengan yang di Sea World waktu itu.

Niatnya cuma mau tanya harga. Tiga puluh menit “cuma” Rp 120.000 untuk dewasa dan Rp 60.000 untuk anak-anak. Kalau di bawah 3 tahun gratis. Hmmm boleh juga deh, daripada nongkrong di resto/cafe dengan uang yang sama, mending nyoba sesuatu yang unik.

Jadilah Lia, aku, Riku dan Kai masuk ke dalam, dicuci kakinya, dan merendam kaki ke dalam kolam yang berada persis di sebelah kaca spa tsb. Jadi deh kita tontonan orang yang lewat juga (mustinya minta gratis tuh, kan jadinya semacam promo tuh hihihi). Waktu aku celupkan kaki ke dalam kolam, wuisssshhh berdatanganlah si ikan-ikan GALARUFA (ingat saja segalarupa ikan hihihi)  itu menggigiti kaki. Rupanya mereka tau siapa yang banyak dagingnya hahahah. Padahal sebetulnya mereka tidak makan, hanya menggigit –tanpa gigi– kulit-kulit mati.

Setelah selesai 30 menit yang menggelikan, kami keluar dan …pulang. Tidak jadi ke Gelato Bar, karena Kai juga sudah capek (dan nahan pupup hihihi). Lia yang mampir ke situ, karena masih ada janji dengan temannya.

Di perjalanan pulang, Kai tertidur, dan aku baringkan dia di tempat tiur. Wah baru jam 6, masih pagi…. Waktu untuk pergi DUGEM !!!! Dan begitu aku online di YM, Pito ada ……..
dan aku berteriak, “Kai bobooooooooo”.
Pito jawab dengan, “Hayuuuuuuukkkk”.
Dan kujawab, “yuuuuukkk”.
Tujuan malam ini TRATTORIA. (karena kemarin tidak jadi….)

Pas jam 7:30 aku mau berangkat, mbak sudah nyari taxi (dan tidak dapat), Kai MENANGIS sekencang-kencangnya. Sampai aku yang ada di gerbang luar dengar… Tadinya aku mau cuekin saja. Riku yang mau ikut tadinya juga sudah “diem” setelah aku bilang, cuma sebentar saja, karena mama mau ketemu teman sambil online. Sudah siap bawa laptop juga. Tapi…..

Akhirnya aku masuk ke dalam, taruh tas berisi laptop, masukkan botol susu, gendong Kai dan suruh Riku bersiap, sambil tulis sms ke Pito, “Aku bawa anak2 gpp kan?”

Kebetulan Opa dan Oma ada sembahyangan di Dempo, jadi kami diturunkan di TRATTORIA, KH AHMAD DAHLAN, Mayestik.

Well…. banyak restoran Italia di Tokyo yang bernama Trattoria. Karena arti kata Trattoria adalah An informal restaurant or tavern serving simple Italian dishes. Jadi tidak salah dong kalau di benakku itu adalah restoran italia, tempat kita bisa pesan spaghetti dan Pizza.

Well, satu yang aku salah…. “TRATORIA”nya pakai satu “T”, dan tempat itu adalah semacam Pujasera…rumah makan yang mempunyai stall-stall, warung-warung yang menjual berbagai macam makanan. Dan the worst is TIDAK BER-AC….. jadi deh aku gendong Kai dan gandeng Riku memasuki Tratoria dengan berkeringat hihihi.

Bertemu dengan “penjaga” nya tratoria, si Pito, the Bitch! Dan melewati malam dengan memesan berbagai makanan. Well, karena murah (MUR=MER=KENYANG!!!) , jadi kalap deh pesan makanan macam-macam. Ya bakso, bakwan, sate 3 macam, dsb dsb… karena aku ingin cicip saja. Sisanya dihabisin sama Pito (but the problem is…seberapa sih sisanya hahahaha)

Yang pasti kembali ke masa mahasiswa deh. Dan emang di situ ngga ada sih ibu-ibu yang bawa anak dan bayi + sebotol susu. salah tempat! hihihi

dan aku setuju sekali waktu Pito mengatakan Tratoria is Trotoar…. membayangkan kita makan di trotoar, sampi gerobak kaki lima. BUT… it was nice Pito…thank you very much! I enjoyed it.

Mencoba nyeni

6 Agu

Minggu lalu aku sempat chatting dengan Kris, dan janji untuk bersama-sama pergi ke Museum Tekstil, dekat Tanah Abang, Jakarta. Karena komentar Maria san pada posting saya yang mmeberitahukan informasi bahwa kita bisa membatik di Museum Tekstil, maka aku ingin mengajak Riku ke sana. Riku pun antusias, karena dia memang suka menggambar. “Mama, boleh gambar apa saja?” “Tentu boleh Riku”.

Jadilah kemarin, Rabu tanggal 5 Agustus 2009, kami pergi ke Museum Tekstil yang beralamatkan K.S. Tubun 2-4. Sebelumnya aku sudah menelepon ke sana, untuk memastikan jam buka (9:00-15:00 Senin libur) dan apakah musti mendaftar sebelumnya jika mau belajar membatik. Ternyata dijawab, silakan langsung datang saja.

Naik taxi dari rumah jam 9 lewat, menjemput Krismariana di halte depan Diknas, lalu bersama-sama ke arah Tanah Abang. Kami adalah tamu pertama, sehingga pintu masuk museum baru dibuka waktu kami datang. Museumnya sendiri tidak begitu besar, dan tidak begitu banyak kain yang dipajang  di sana. Yang pasti di sebelah kiri pintu masuk ada display dengan bahan-bahan membatik dan canting/cetakan membatik. Bagi awam, mungkin cukuplah pameran bahan kain yang ada dengan harga tiket masuk Rp 2000 ini. Tapi bagi mereka yang cukup mengenal tekstil Indonesia, masih terasa “kurang”. Saya sendiri tahu ada ibu Jepang yang mengoleksi kain batik kuno dan langka di Jepang.

Riku sendiri bosan melihat “kain-kain bergantungan” dan memaksa cepat-cepat ingin membatik. Akhirnya setelah 10 menit menghabiskan waktu di dalam museum yang tadinya adalah gedung Depsos, kami keluar dan menuju ke bangunan pendopo di belakang museum yang menjadi “bengkel batik”.

mendesain di atas kain

Biaya belajar membatik seukuran saputangan ini adalah Rp. 35.000 yang didalamnya sudah termasuk tanda masuk museum (jadi tak perlu membeli karcis Rp 2000 lagi). Pertama kami diberikan kain putih lalu kami bisa memilih gambar desain yang tersedia. Karena Riku mau gambar sendiri, maka dia langsung menuju meja dan langsung menggambar “freehand” di atas kain.

gambar riku gambar abstrak

Tadinya aku tidak mau ikut membatik, karena berpikir harus menjaga Kai. Tapi melihat Riku menggambar, dan ingin mengulang kembali kenangan menggambar batik waktu SMP, aku akhirnya membayar biaya belajar tersebut dan memilih desain yang menurutku lumayan mudah, Kipas.

Riku membatik dibantu mbak petugas museum

Setelah gambar dengan pensil selesai, kami mengelilingi kompor dengan wajan berisi lilin panas. Masing-masing memegang canting, dan mbak petugas membantu Riku untuk membatik. Agak khawatir juga pada Riku, jangan sampai tangannya terkena malam panas. Yang aku tidak antisipasi adalah kemungkinan Kai merasa bosan dan mendekat ke kompor. Memang dia tidak mendekat ke kompor tapi waktu dia mundur, tangannya mendorong tanganku yang sedang memegang canting dengan malam panas. Terbanglah lilin panas itu ke arah mata kiri. Dan aku bersyukur bahwa aku menutup mata saat itu, sehingga lilin itu hanya mengenai kelopak mata saja. Dan bersyukur juga tidak tumpah ke arah Kai.

niat bener deh begitu kejadian langsung motret sendiri

Cukup panik karena kena mata, sedangkan Kai menangis dan minta digendong. Terpaksa aku sambil terus menggendong Kai, menyerahkan penanganan mukaku pada mbak petugas yang langsung memberikan obat di kelopak mata. Panas memang, dan sakit…. tidak sadar airmata juga keluar. Riku juga panik sambil berkata, “Mama, sakit? bagaimana rasanya?”

desain yang belepotan
desain yang belepotan

Well, selama mataku tidak buta no problem deh. Terbayang seandainya aku buta, tidak bisa membaca dan menulis… wah …seperti apa hidup ini ya? Amit-amit deh….

proses pewarnaan
proses pewarnaan

Setelah gambar ditutup lilin depan belakang, dilanjutkan dengan proses pewarnaan yang dilakukan oleh petugas. Kami hanya bisa memandang saja. Setelah warna yang diinginkan timbul, lilin dibuang dengan memasaknya dalam air panas. Setelah itu tinggal dikeringkan deh…. Tapi karena tidka mau menunggu lebih lama lagi, dan perut juga sudah keroncongan karena sudah lewat jam makan siang, kami bawa hasil membatik hari itu basah-basah dalam kantong plastik.

Naik taxi dari depan museum, kami pergi ke Grand Indonesia, makan siang ala japanese. Aku senang sekali lihat anak-anak makan banyak. Yappari mereka orang Jepang ya.

Setelah selesai makan, Riku ingin bermain di tempat permainan, sehingga aku temani dia dan ….melewatkan waktu santai, duduk-duduk dengan Kai, dan makan es krim bersama.

Melihat kami makan es krim, Riku juga mau, dan…. aku merasa lucu karena Kai selalu merebut es krimnya Riku. Dan Riku akhirnya membiarkan adiknya mengambil es krimnya. A Good big brother… dan pelajaran untuk aku. Sekarang, jika membeli sesuatu HARUS DUA YANG SAMA, supaya tidak berantem hihihihi….

Hasil NYENI kemarin :

Hari ke 4 – Grand Indonesia n others

19 Feb

Waktu saya masih di Tokyo, saya menghubungi Yeye, kakak kelas di Sastra Jepang. Meskipun beda angkatan aku dan Yeye lumayan akrab, selalu mengirim berita dan pasti ketemuan kalau saya ke Jakarta. Juga ada teman seangkatan yaitu Yati dan Susi yang selalu menyempatkan menyediakan waktu untuk bertemu biarpun sebentar. Dan waktu saya tanya mau bertemu di mana? Yeye langsung bilang Grand Indonesia aja. Wah aku belum pernah ke sana, so kesempatan bagus deh.

Tadinya janjian ketemu jam 11, tapi karena Susi tidak jadi ikut, diubah jadi jam 11:45. Dan hari ini aku bawa Riku dan Kai beserta mbak Lia. Waktu naik taxi, Kai udah mulai ngantuk, dan tertidur. Tapi begitu sampai, karena kita pindahkan dia ke baby car nya, jadi dia terbangun deh. Ternyata kita salah turun, Jadilah kita musti jalan jauuuuh banget sampai di tempat janjian yaitu depan seibu/starbuck.

Hmmm gedung yang bagus, dengan gerai-gerai mahal. Kok Indonesia (baca jakarta) menuh-menuhin tanahnya dengan ginian sih? Selain menciptakan pola konsumtif juga seakan membuat jenjang pengunjung lebih lebar lagi. Saya mah ngga tertarik deh dengan toko-toko kayak gini. (emang pada dasarnya ngga suka window-shopping sih…apalagi shoppingnya)

Setelah ketemu Yeye, kita naik elevator sampai lantai 5, ke tempat mainan Fun space. Langsung Riku kegirangan. Dia bilang aku mau main. Dan kelihatan si Kai juga sudah ngantuk berat, jadi aku belikan Riku tiket untuk bermain, sementara mbak Lia jagain Kai yang sudah ketiduran san liatin Riku. Mamanya jadinya bisa jalan cari makan deh.

Oleh Yeye, diajak makan Lontong Cap GoMeh dari Sate Senayan Express. Katanya yeye, ini menu special cuman sampai akhir bulan ini saja. Mungkin dalam rangka Imlek ya? Ya akhirnya kita bertiga pesan menu special ini. Enak juga. Cuman kayaknya aku sering liat juga di Satay House Senayan dekat rumah. Jadi apa specialnya? Apa cuma beda di pakai telur atau tidak pakai telur? hihihi

Selesai makan, kekenyangan jadi ngga bisa makan dessert apa-apa, meskipun ditawari Yeye makan Cendol duren… hmmm duren kan aku alergi, meskipun tempting juga. So tanpa nambah desert, kita berlalu dari food court itu, kembali ke tempat bermain. Pas kita sampai di situ lihat Riku berbicara dengan mbak penjaganya. Ngga tau dia bicara apa, meskipun Yeye sempat tanya ke mbaknya, tuh anak tadi bicara bahasa apa? hehehhe

Wah riku bener-bener menikmati harinya. Naik macam-macam, sampai sempat ditemani tante Yati. Temenku yang satu ini emang suka anak kecil sih. Sampai ikutan naik kereta api segala hihihi.

Sambil nunggu Riku main, aku sempatkan pergi ke Toilet. Oh ya lantai ini disetting dengan nuansa Jepang. Jadi ada bunga sakura, rumpun bambu Jepang dan taman Jepang. Karena memang di sekitarnya banyak restoran Jepang. Sempat sih Riku mau masuk ke Kaiten Sushi,  itu loh sushi yang muter-muter di ban jalan hehehhe. Tapi begitu lihat areal bermain, lupa deh dia untuk makan.

Tuh kan, lupa ceritakan tentang toiletnya. Jadi karena di Zona Jepang, maka toiletnya juga bernuansa Jepang deh. Dimulai dengan gambar kokeshi (boneka kayu jepang) di pintu masuk …. yang dilatarnya ada tulisan kanjinya JOSEI 女性 TAPI TERBALIK ahahahaa…. rupanya waktu nyetak berhubung ngga bisa baca kanji, jadi upside down deh. Yang herannya kok ngga ada yang sadar ya management gedungnya? Atau sudah sadar tapi malas buat baru lagi?

Masuk ke toilet wanita langsung disambut dengan interior bambu, dengan bilik-bilik terbuat dari bambu. Detilnya bagus juga, karena waktu aku liat ke langit-langit, di atas juga dipakai anyaman tikar. Yang bagus memang wastafelnya. Basinnya terbuat dari batu, dengan keran memakai bambu yang runcing ujungnya. Mengingatkan pada upacara minum teh. Dan detil kerannya cukup menyatu dengan bambunya. Di sisi kiri kanan cermin dihias dengan bambu. Nice!

(kiri: yeye-ime-yati , kanan: ime-yati-riku)

Bosan bermain di zona yang sama,  Yeye yang expert dengan GI ini mengajak Riku pindah ke zona padang pasir, sementara Kai yang tertidur dan mbak Lia tunggu di Zona Jepang. Tante Yati menawarkan menemani Riku bermain, sementara itu aku dan Yeye pergi ke Gramedia. Well, memang besar spacenya di sini. Setelah beli kertas untuk gambar pesanan Riku, kita turun ke lantai bawahnya untuk melihat buku bahasa Indonesia.

Melihat di rak buku dan novel populer, aku baru sadar apa yang dibicarakan Yoga dengan Beni and Mice. Ternyata aku punya Lagak Jakarta 1-2, tapi tidak sadar penulisnya adalah Beni and Mice itu hihihi. Memang harus lihat langsung ya.

Kemudian lihat di bagian novel-novel dan aku hanya beli 3 buku, yaitu “Bilangan Fu” nya Ayu Utami, “Roro Mendut”nya YB Mangunwijaya, dan “3 cinta 1 pria” nya Arswendo Atmowiloto. Ngga janji deh kapan bisa baca.

Setelah selesai dari Gramedia itu, kita jemput Riku dan ajak pulang (soalnya mamanya ngantuk karena kekenyangan heheheh). Karena Riku belum makan, aku beli kentucky saja untuk makan di rumah. Buat Riku dan sepupu dia yang 3 orang itu. Mereka berempat dengan “damai” makan kentang dan ayam setelah kami sampai di rumah.

Begitu buka YM langsung mendapat berita dari Yoga, bahwa dia sudah tahu letak Barcode ancer-ancernya di mana, dan setelah pulang kantor akan jemput aku untuk survey bersama. Memang waktu hari Senin sudah janjian untuk bertemu hari Rabu karena dia mau ajak aku makan bakwan di Teebox. Jadi jam 6 lebih sedikit, Yoga sudah menjemput, dan dengan taxi yang sama kami langsung ke Teebox. Terpuaskan deh makan bakwan. Dan untung bakwan menunya, soalnya perutku masih kenyang sebetulnya heheheh. Kalau misalnya disuruh makan nasi atau lainnya mungkin aku akan pass saja.

Ngobrol ngalor ngidul, akhirnya kita keluar dari teebox dan naik taxi lagi menuju Kemang. Tujuannya Barcode deh. Barcode ini letaknya sesudah hotel Gran Kemang, di sisi kanan jalan. Ada semacam mall yang namanya La Codefin. Barcodenya sendiri terletak di lantai 3. Bagus juga sih, kesannya seperti berada di deck, ruang terbuka, dan di pinggiran bisa melihat pemandangan ke jalan Kemang Raya di bawah dan di kejauhan gedung-gedung tinggi jakarta. Tapi ini memang harus dilihat di sela-sela tanaman dan lampion yang menghias sekeliling lantai 3 ini.

Karena tujuannya survei, jadilah aku tanya gono gini sama petugas yang ngantar kami. Selain di open space, ada bangunan yang dinamakan Barcode Club. Semacam tempat melingkar dengan panggung untuk DJ. Di sisi tembok terdapat semacam sekat-sekatbertirai merah beludru dengan sofa. Memang sih kapasitasnya paling banyak 10 orang, tapi di ada satu  sudut yang bisa digabung untuk 20-an. Berlainan dengan open space di sini lebih tenang, sepi karena sebetulnya sebelum jam 10 malam hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang sudah reserve. Hmmm tempting juga tempat ini.

Selanjutnya tinggal coba makanan, dan melihat menu. OMG, aku sudah ngga bisa makan lagi, jadi terpaksa kita pandangi menu saja. Dan akhirnya pesan es pisang ijo (desert dari makassar) untuk dimakan berdua dan es cappucino. Iseng-iseng sambil ngobrol, saling memotret, tapi kayaknya tidak ada yang layak untuk ditampilkan di sini hehehe. (jadinya tampilkan foto lilin yang ada di meja, dan pintu masuk WC Barcode untuk WC wanita…. saru deh gambarnya. Tadinya mau ambil versi WC Prianya, tapi takut disangka mau ngintip heehhe)

Jam 9 akhirnya kami berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Terima kasih ya Yoga, sudah temani saya survey tempat.

Eeee sampai di rumah kedua unyilku belum tidur. Dan maunya bobo dikeloni mamanya. Jadi belum jam 10 udah ketiduran deh saya. meskipun akhirnya terbangun jam 11:30 sampai menulis blog ini jam 2:30. Waktu bangun jam 11:30 itu, nyalakan komputer, dan kaget menemukan blog saya tidak ada!. Yang ada hanya suatu thema yang memang pernah saya install, dan tulisan, What you are searching of is not found! PANIK deh… Bagaimana ini…kalau semua tulisanku hilang. Langsung telpon Marten, dan dia baru bisa buka komputer pagi-pagi. Katanya mungkin server sedang memindahkan hosting, lalu ada yang tidak terikut. Masalahnya saya buka cpanel juga ngga ngerti musti ngapain hihihi. So harus bersabar tunggu sampai pagi. Tapi setelah telepon aku tutup, aku pikir tanya saja dulu pada mas Ray Asto, si pemilik hosting di YM. Untung saja beliau online….. dan setelah menjelaskan bla bla bla, periksa C panel, kutak kutik dikit …. VOILA! sembuh deh. Tapi mas Ray Astonya bilang, “Jangan tanya saya apa kesalahannya, karena saya cuma memperbaiki beberapa script saja. Jadi tidak tahu sumber masalahnya di mana” heheheh. No problem deh, yang penting udah sembuh. Cuman sekarang aku musti belajar untuk buat backup database secara berkala.  Well hari ini tanggal 18 Februari merupakan hari yang sibuk, sibuk jalan, sibuk makan, dan sibuk blogging hehehe. Tapi saya senang sekali karena tadi sebelum tidur, Riku berkata, “Mama terima kasih ya hari ini, aku senang sekali bisa bermain sepuas-puasnya”. Your welcome, my lovely beloved son!