Santa yang Pecicilan

17 Des

Kemarin aku tertawa ketika Gen memperlihatkan sebuah lembar selipan di koran langganan kami. Isinya bahwa petugas pengantar koran kami bersedia menjadi SANTA (Claus) dengan pakaian santa claus dan membawakan hadiah yang dititipkan kepada mereka sebelumnya pada tanggal 24 Desember malam. Bagi yang mau bisa menghubungi mereka sebelum tanggal 22 Desember, dan pada tanggal 23 mereka akan mengambil hadiah itu di rumah masing-masing. Tentu saja ada barang-barang tertentu yang tidak bisa diantarkan sehubungan dengan keamanan. Hmmm sebuah pelayanan agen koran yang menarik menurutku. Sayang aku tidak akan memakai jasa mereka, karena aku tidak ada di rumah saat itu.

Kemarin pagi kami, aku, Riku dan Kai mengikuti acara natal untuk sekolah Minggu di gereja Kichijouji. Setelah misa jam 9, kami berkumpul di aula. Sekolah minggunya dibagi menjadi 2 grup, dan Riku masuk grup B. Dia banyak keluar dalam drama meskipun tidak bicara, berperan sebagai bintang-bintang dengan beberapa temannya. (Untung bukan berperan jadi domba-domba… bisa jadi sapi bukan domba hahahaha) Well, senang juga melihat dia tidak grogi bermain drama di depan orang tua yang menonton. Mungkin dia keturunan aku ya, aku juga tidak grogi, tapi sekarang. Waktu aku SD duuuh grogi banget!

Riku menjadi bintang

Drama yang ditampilkan ya pas-pasan. Tapi karena seadanya, justru jadi seru. Kami orang tua murid membawakan 2 buah lagu dalam paduan suara. Setelah itu kami memberikan 3 keranjang natal berisi makanan untuk dibagikan kepada leader, sebutan untuk kakak-kakak pembimbing sekolah minggu. Pernah aku tanya pada Riku, apakah Riku nanti kalau sudah SMA mau jadi leader? Dia bilang mau, bahkan sebetulnya dia ingin belajar main gitar, supaya bisa mengiringi lagu-lagu misa. Hmmm susah deh kalau mau belajar gitar sekarang. Wong 2 hari dalam seminggu sudah habis dipakai untuk les Kumon, yang itu pun sering tidak bisa hadir. Karena jarak cukup jauh, kalau hujan tidak bisa naik sepeda, atau kalau ada kelas di skeolah sampai jam 4, ya otomatis tidak bisa les. Kecuali aku antar jemput tentunya (dan itu sulit untukku karena juga musti menjemput Kai sepulang kerja).

Yang menarik bagi anak-anak adalah penampilan sandiwara dari para leader, yang memang disesuaikan dengan minat anak-anak jaman sekarang. Anak-anak harus mencari  kesalahan gambar. Tapi gambar itu diperankan oleh para leader dan suster, yaitu gambar perjamuan terakhir. Mereka harus menemukan 7 kesalahan gambar (posisi) dari gambar pertama. Seru juga, dan lucu karena kami bisa melihat kakak-kakak dan suster susah payah juga untuk tidak bergerak, diam seperti patung.

kesalahan gambar perjamuan terakhir

Acara ditutup dengan pembagian kantong natal kepada semua anak-anak sekolah minggu oleh Santa Claus. Nah, yang jadi masalah aku membawa Kai yang belum ikut sekolah minggu. Dia tentu juga ingin mendapat hadiah. Untung saja setelah semua anak sekolah minggu mendapat hadiah, anak-anak yang belum masuk sekolah minggu (di sini sekolah minggu dimulai kelas 1 SD) juga mendapat pembagian kantong natal. Syukurlah mereka juga memikirkan hal itu, karena kalau tidak susah juga aku meredakan rengekan Kai.

santa membagikan hadiah

Nah kenapa judul postingnya Santa yang Pecicilan? Ya, aku baru tahu sebuah lagu natal KHAS Jepang. Biasanya kan (banyak) lagu natal itu sama di seluruh dunia. Tinggal diterjemahkan saja liriknya supaya pas. Tapi ternyata ada lagu natal khas Jepang yang diciptakan oleh pengubah lagu dan lirik orang Jepang. Judulnya Awatenbou no Santa Claus あわてんぼうのサンタクロース.  susah juga untuk mencari terjemahan yang pas untuk awatenbou. Lalu aku pikir yang paling pas mungkin pecicilan. Dalam liriknya si Santa konon mengintip dari cerobong api, dan jatuh…sehingga mukanya hitam kena abu 😀 karena sudah ketahuan ya sudah, lebih baik berdansa semua, dan dia berjanji datang lagi …. Lagu yang lucu dan ternyata anakku si Kai hafal liriknya dan menyanyi keras-keras. Aku saja yang diam karena belum pernah dengar lagunya.

So, santa claus akan datang membawa hadiah apa ya bagi teman-teman yang merayakan Natal? Aku itu paling tidak punya ide loh memilihkan kado untuk orang-orang (anak-anak) jadi biasanya kalau mau kasih aku selalu tanya maunya apa 😀 Dasar Capricorn, selalu maunya membelikan kado yang berguna dan bisa dipakai. Terlalu praktikal dan kurang imaginasi nih 😀 Padahal memilih kado itu kan konon menyenangkan ya? Tapi bagiku penyiksaan hehehhe.

 

 

 

Kanji of The Year : 2012

14 Des

Setiap akhir tahun di Kuil Kiyomizudera diumumkan Kanji untuk tahun yang baru berlalu. Biasanya kanji yang dipilih melambangkan apa yang terjadi di Jepang selama satu tahun, selama 2012. Kalau pada tahun 2011 dipilih kanji KIZUNA 絆、yang berarti ikatan, hubungan,  yang terutama terasa sekali setelah terjadi gempa bumi Tohoku tanggal 11 Maret 2011. Sedangkan pada tahun 2012 kanji yang terpilih adalah kanji 金 yang dibaca KIN berarti emas. Karena pada tahun 2012 ada gerhana matahari yang dinamakan Kinkan Nisshoku 金環日食, juga banyaknya medali yang didapat atlit Jepang pada Olimpik London (38 medali), selain itu ada pemenang Nobel Prof Yamakana di bidang biologi. Tahun 2012 juga ditandai dengan pembukaan TOKYO SKY TREE menara tertinggi di dunia setinggi 634 m. Padahal banyak orang yang meramalkan bahwa kanji WA 輪 yang berarti lingkaran yang akan terpilih. Karena WA bulat, berarti juga kelompok, juga lambang olimpik adalah lima lingkaran. Kanji Wa hanya menempati nomor dua, setelah Kin.

Kanji tahun 2012: KIN http://www3.nhk.or.jp/news/html/20121212/k10014136961000.html

Kalau melihat pada kanjijiten.net bisa diketahui bahwa pertama kalinya kanji yang sama dipakai untuk kedua kalinya. Kanji Kin juga terpilih sebagai kanji of the year tahun 2000.  Pada acara televisi banyak ditanyakan kanji pilihan untuk masing-masing orang. Banyak yang mengatakan [sei 成] atau [和], tergantung pada dirinya kanji apa yang mewakili tahun ini. Bagiku sendiri tidak ada satu kanji yang bisa dipilih untuk tahun ini. Waktu kutanya pada Gen, dia juga tidak mempunyai satu kanji tertentu. Tapi jika mau mengikuti kanjinya yang terpilih dan diumumkan di Kiyomizudera pada tanggal 12 Desember itu, ya cocok saja untukku. Karena kanji  金, juga bisa dibaca sebagai kane yang artinya uang. Betul banyak uang yang sudah aku keluarkan tahun ini, karena aku pulang kampung bulan Februari karena mama meninggal dan Agustus. Ada beberapa acara besar dalam keluarga kami yang memang membutuhkan biaya banyak. Belum lagi akhir-akhir ini terasa sekali seringnya menggesek kartu menjelang natal untuk beli ini itu. Nah loh…. Well, semoga tahun baru nanti bisa bekerja lebih giat lagi dan bisa menambah pemasukan ya.

Kanjijiten.net

Seperti yang kutulis pada Kanji of the year: 2011, mungkin bagus juga jika Indonesia memilih kata populer, Indonesian Words of The Year. Kalau tahun 2011 kata pilihanku adalah SBY sesuatu banget ye…. maka tahun ini kata populernya apa ya? Ciyus? Miapah? atau Cetar? Yang mana yang paling populer ya? hehehe

Natal Menjelang

12 Des

Duh duh duh, masak bulan Desember sudah lewat 12 hari aku baru akan menulis posting yang ke dua? Benar-benar sibuk sehingga harus hati-hati jangan sampai kehilangan hati nih.

Kabarku, baik-baik saja… tapi ya…sibuk. Kalaupun hari Selasa dan Rabu aku tidak bekerja, pasti diisi oleh kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan pada hari-hari kerjaku. Termasuk pengurusan perpanjangan paspor Riku dan Kai yang hampir habis. Riku sudah menerima paspornya yang ke 3, sedangkan Kai sudah menerima paspornya yang ke 2. Paspor Jepang untuk anak-anak berlaku selama 5 tahun, jadi sampai mencapai usia dewasa (20 tahun) akan mempunyai 4 paspor bekas berwarna biru. Kalau sudah dewasa berlakunya 10 tahun dan berwarna merah.

Dan hari Rabu ini aku pun sibuk mengantar Kai ke acara natalan bersama untuk kelas Momo (Peach) TK nya. Acara natal ini diadakan oleh ibu-ibu sehingga memakai tempat di luar sekolah, yaitu di tempat pertemuan kelurahan Nerima. Sudah lama acara ini dipersiapkan, dan awalnya aku tidak mau ikut. Karena waktu aku tanya ke Kai, dia bilang malas. Ya sudah, aku juga merasa bulan Desember itu sibuk, sehingga sedapat mungkin tidak mau ikut kegiatan yang tidak perlu. Tapi ketua perkumpulan ibu-ibunya mendekatiku dan mengatakan bahwa cuma Kai saja yang tidak ikut. Apa memang benar tidak bisa ikut? Akhirnya aku putuskan untuk ikut.

Seperti yang kutulis di sini, kami sudah persiapakan sedikit-sedikit acara natal sebelum hari ini. Semua memang berjalan lancar, tapiiiiii memang mengatur anak-anak usia 5 tahun sebanyak 31 anak itu sulit! Sulit sekali disuruh diam dan mendengarkan perintah pembawa acara. Ruameee deh. Dari pagi pun aku sudah bata-bata, mondar mandir belanja kado 100 yen untuk acara tukar kado dan membeli hiasan natal yang akan ditempelkan di pohon kertas. Lagipula Kai hari ini hanya ke TK sampai pukul 11:30, sehingga rasanya aku mondar-mandir dengan sepeda ke sana kemari. Makan siangpun hanya sempat makan sandwich yang dibeli di konbini.

Acara Natal Kai dimulai pukul 2, dengan nyanyian Rudolph the red nose raindeer, tentu saja dalam bahasa Jepang. Tapi aduuuh anak-anak 5 tahun ini bukannya bernyanyi malah berteriak hehehe. Tidak terdengar seperti lagu sama sekali. Aku jadi ingat, kemarin dulu ada di TV yang membahas bahwa anak-anak semakin tinggi kelasnya semakin tah nada. Anak TK itu sulit sekali untuk menyanyi dengan nada yang benar. Apalagi kalau ibunya fals suaranya hahaha.

Tapi sekitar pukul 2:25 aku keluar dari ruangan, karena aku harus ikut pertemuan dengan gurunya Riku. Setiap ibu mendapat 15 menit untuk membicarakan perkembangan anak-anaknya dnegan gurunya. Dan aku mendapat giliran jam 2:45 – 3:00. Nah yang menyebalkan, ibu sebelumku bicara terus tidak memperhatikan jam, sehingga keluar dari kelas pukul 2:55. Laaah aku kan tinggal 5 menit jadinya. Untung aku langsung bicara dan to the point mengenai perkembangan Riku. Gurunya Riku yang sekarang laki-laki dan mungkin karena mengetahui aku dosen, kami bicara memang benar-benar berkenaan dengan pendidikan. Senang rasanya mendengar dari gurunya Riku bahwa Riku disukai teman-teman dan sekarang sedang belajar menjadi leader. Meskipun pelajarannya tidak termasuk yang top, tapi dilihat dari sisi kepribadian, dia termasuk yang top 😀

Karena aku tahu bahwa ibu berikutnya sudah menunggu, aku langsung pamit begitu pertanyaanku terjawab. Pas keluar aku melihat jam 3:07. Jadi aku pakai 12 menit saja :D, dan segera aku kembali ke tempat acara Natalnya Kai. Acara natal itu sendiri selesai jam 4 sore. Pulang sudah capek sekali, tapi aku paksakan untuk tulis di TE. Kalau ditunda lagi pasti aku akan hiatus lama deh hehehe.

Oh ya tadi waktu pulang dari TK sebelum ke acara Natalan, sempat melihat facebook dan melihat Tt memotret jam 12:12 di tanggal 12-12. Waaah aku lupa sama sekali. Bahkan aku tidak tahu jam 12:12 itu aku dimana. Yang pasti sibuk deh wara-wiri hehehe.

Copas statusku di FB:

Hari dengan angka cantik 12-12 ini, sebetulnya merupakan hari Poinsettia, atau bahasa Indonesianya Kastuba. Tumbuhan dari Meksiko ini diberi nama sesuai nama “penemu”nya yaitu duta besar Amerika di Meksiko, Joel Roberts Poinsett, yang mengirimkan sample tumbuhan ini ke South Carolina. Padahal tanaman ini sudah lama tumbuh di Meksiko dan diberi nama Noche Buena yang memang berkaitan dengan Natal.

Konon menurut legenda ada seorang gadis kecil yang akan mengunjungi Yesus, tidak mempunyai hadiah yang pantas. Dari penampakan malaikat diberitahu bahwa Yesus menerima hadiah apa saja yang berasal dari hati. Dia kemudian mengambil rerumputan yang ada, dan mempersembahkan kepada Yesus, dan tumbuhan itu berubah menjadi daun berbentuk merah bagaikan bintang. Orang sering menganggap yang merah itu bunga, padahal bukan, sama-sama daun. Sedangkan yang bunga adalah bagian kecil di tengah-tengah berwarna kuning.

Poinsettia, pohon cemara, bunga pinus?, mistletoe, stollen bread, coklat …. hmmm natal sudah menjelang. Aku belum membalas kartu natal yang kuterima dari Arman… maaf ya belum sempat. Semoga aku sempat mengirim kartu Natal sebelum Natal 2013 hahaha. Terima kasih banyak ya Arman!

Otsukaresamadeshita

6 Des

Ini merupakan salah satu kalimat sapaan yang perlu dipelajari dalam berbahasa Jepang. おつかれさまでした Biasanya disebutkan kepada orang yang pulang dari kerja, atau baru menyelesaikan sebuah tugas yang rumit, selesai ujian atau belajar atau berlatih. Kalau dilihat dari salah satu unsurnya tsukare = capek. Karenanya aku pernah memperkenalkan terjemahan ala Imelda untuk kata ini yaitu “Selamat Capek”. Tapi karena di Indonesia tidak ada sapaan seperti ini, terdengar aneh kan?

Memang orang Jepang itu sopan ya. Mereka selalu mengatakan “otsukaresamadeshita” dengan maksud memberikan perhatian bahwa dia mengetahui bahwa seseorang sudah berusaha/bekerja sungguh-sungguh. Kalau diinggriskan menjadi, “you’ve done your duty/best“. Tapi kadang bukan hanya memberi perhatian, tapi juga di dalamnya mengandung arti “terima kasih atas jerih payahmu”. Sapaan ini bisa disebutkan kepada semua orang dari yang masih anak-anak sampai yang lebih tua dari kita, berlainan dengan kata “gokurosamadeshita” yang kurang lebih artinya sama, yang tidak bisa dipakai untuk orang yang statusnya lebih tinggi dari kita. Aku teringat kata ini karena hari Selasa kemarin, ibu-ibu mengucapkan “otsukaresamadeshita” pada anak-anak yang baru selesai pengambilan foto.

Ya, hari Sabtu lalu tanggal 1 Desember, TKnya Kai mengadakan acara pentas seni akhir tahun, dan kelas Kai membawakan operetta Bremen no Ongakutai seperti yang kutulis di sini. Karena aku sudah menonton pada acara latihan, kupikir aku tidak bisa menonton acara di hari H-nya. Eh ternyata aku mendapatkan tempat strategis di depan panggung, dan Kai sempat melihat aku di deretan penonton. Untung dia tidak grogy, kalau aku di kedudukan dia, pasti ngga mau liat kursi penonton apalagi cari-cari siapa saja yang menonton 😀 Bisa buyar deh semua 😀

Persis seperti latihan, sesudah pertunjukan aku membantu anak-anak itu ganti kostum juga. Tapi pekerjaanku sebagai asisten guru itu belum selesai, karena pada hari Selasanya (Senin mereka libur) aku harus membantu lagi memakaikan kostum karena mereka akan diambil foto oleh fotografer profesional di aula TK. Ini memang kerja sama dari TK dengan fotografer setiap tahun. Karena foto di panggung di hari H biasanya sulit diambil karena gelap dan bergerak, meskipun si fotografer juga ada (dan nanti kami bisa memesan dari mereka). Tapi hari Selasa ini khusus berfoto dengan kostum dengan latar panggung yang sama sekelas dan per kelompok. Dan biasanya ini diperbesar ukurannya, dan mahal 😀 Tapi karena memang dikhususkan untuk pemotretan hasil fotonya akan lebih bagus. Taktik sekolah untuk menyuruh orang tua membeli foto 😀

Hari Selasa itu hujan, sehingga aku datang ke TK bersama Kai dengan berjalan kaki, dan sampai lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Aku berdiri di luar kelas, sambil sesekali duduk di tempat membasuh tangan di lorong. Tapi kehadiranku di situ mengundang perhatian anak-anak yang mengerumuniku. “Mamanya Kai …. kok datang pagi-pagi?” Mamanya Kai memang panggilan semua anak-anak setiap bertemu denganku. Ciri khas anak TK dan SD memanggil obasan (tante) – ibu dari temannya. Karena aku tidak mau mengganggu jalannya pembelajaran (meskipun hari itu tidak sedang belajar), aku pergi ke WC. WC di TK itu terdiri dari 4 bilik dengan WC duduk yang kecil seukuran anak-anak TK, dan di paling ujung bilik tertutup untuk orang dewasa. Kalau kami mau memakai bilik itu, kami harus membuka gerendel pintu dari luar  yang terletak di tempat yang tinggu yang tidak bisa dicapai anak-anak dan tidak lupa memasang gerendel kembali sesudah selesai.

WC anak-anak ini tidak terbagi untuk laki-laki dna perempuan, jadi dipakai bersama. Anak laki-laki akan memakai urinoir yang berada di sebelah kanan di depan bilik-bilik yang ada. Nah, saat aku keluar dari bilik WC ada dua anak laki-laki yang sedang akan buang air kecil. Waktu mereka melihatku, salah satunya berkata: “Eh Mamanya Kai…. selamat pagi”. Aku kaget kok dia tahu aku mamanya Kai, karena aku tahu dia tidak sekelas dengan Kai. Yang lucu anak itu kemudian memelukku. Terus terang aku kaget sekali, karena selama ini belum pernah ada anak lelaki Jepang yang memelukku tiba-tiba begitu. Terharu! Kalau anak perempuan bisa dimengerti, tapi lucu sekali anak lelaki ini. Apa karena aku orang asing?

Tiga kali aku datang ke kelas dan membantu mereka berganti kostum, sehingga banyak anak yang menjadi akrab denganku, dan manja 😀 “Mamanya Kai tolong pasangin ini dong…” Ah, anak-anak itu memang polos ya. Dan yang aku juga senang, gurunya juga selalu mengajak murid-muridnya untuk mengucapkan terima kasih kepada 5 ibu yang menolong mereka. Gurunya juga mengucapkan terima kasih karena ternyata memang membantu begitu melelahkan juga yah. BUT, aku rasa kami yang harus mengucapkan terima kasih dan otsukaresamadeshita kepada gurunya Kai ini. Aku bisa bayangkan mengatur 30 anak dalam kegiatan panggung sendirian, berlatih, bahkan membuatkan kostum tambahan. Seperti sayap ayam, gelang, hiasan kepala seperti telinga anjing, keledai dan kucing, dan semuanya itu diberikan kepada murid-murid untuk dibawa pulang. Semua dibuat gurunya setelah waktu belajar selesai, dan semuanya begitu rapih! Yang paling aku kagumi adalah topi hitam untuk pemeran pencuri yang dipakai Kai. Idenya itu loh memberikan hiasan di sisi pinggir dengan mogol (benang yang terbuat dari kawat halus berhiaskan kertas/plastik emas atau perak) sehingga membuat topi itu bagus terlihat dari jauh. Dan topi itu diberikan pada pemeran pencuri untuk dibawa pulang. Rasanya sayang sekali, karena masih bisa dipakai untuk pertunjukan yang mungkin diadakan tahun depan kan?

itu benang perak namanya mogol モール

Well, otsukaresamadeshita untuk Sensei, untuk Kai, untuk guru-guru lain yang membantu panggung dan lampu, juga untuk aku sendiri hehehe. Benar deh capeknya masih terasa sampai hari ini 😀 Ya, kan kerjaanku tidak hanya ke TK saja, banyak urusan lain juga hehehe.

Selamat hari Kamis dari Tokyo yang cerah sekali hari ini.

Wajah sengaja aku blur, bukan display komputer Anda yang kotor, demi privacy teman-teman Kai

 

Mainan Baru

30 Nov

Horree sudah umur segini masih suka main! hehehe. Sepertinya bermain memang bukan monopoli anak-anak saja kan? Asal bermainnya tidak negatif, boleh kok main terus sampai …. mati 😀

OK langsung saja deh aku memang punya mainan baru! Tepatnya sejak tanggal 13 Oktober yang lalu. Sudah  1 bulan lewat, dan aku mulai terbiasa bermain dengannya. Ya, aku dibelikan gadget ini oleh Gen sebagai hadiah 20th  berada di Jepang….

Aku ditawari Gen mau iPad atau iPhone, dan jelas kupilih iPhone. Tahu kenapa? Karena adikku punya yang 4S dan aku melihat hasil fotonya bagus-bagus, terutama untuk dalam ruangan. HP ku sudah bagus untuk fungsi cameranya, tapi kalau di ruangan kurang cahaya, maka hasilnya kurang bagus a.k.a buram. Sudah itu saja 😀 Fitur-fitur lain tidak penting bagiku. Karena itu ketika kami terpaksa harus mengganti kamera Canon Powershot kami karena sudah “koit”, kupikir aku tak perlu lagi iPhone. Untunglah suamiku gigih menanyakan terus, sehingga akhirnya aku memesan di counter AU, operator teleponku yang menyediakan iPhone 5 ini. Selama ini, sampai dengan iPhone 4S, hanya dimonopoli operator Softbank, sehingga kalau mau menggunakan iPhone, harus pindah operator. Dan aku tidak mau pindah. Alasannya? Operator ini sudah kugunakan lebih dari 15tahun, dan service “humanis” seperti yang kutulis di sini. (Menawarkan pindah paket karena pemakaian membengkak pada tengah bulan untuk menghindari kewajiban harus membayar dalam jumlah besar) Aku pernah mempunyai telepon cadangan dengan operator Softbank, tapi aku tutup…. kurang sreg dengan pelayanannya.

Hari pertama menerima gadget baru, aku masih bingung bagaimana harus menelepon, atau mengirim pesan. Untung saat itu yang menghubungiku cuma adikku, jadi sambil belajar, sambil memakainya. Yang lucu aku belajar pemakaian gadget baru itu selain dari adikku tentunya, justru dari Riku. Riku tahu pemakaian fungsi panorama pada kamera, sehingga mengambil foto pertama di hari pertama. Dasar anak jaman sekarang, cepat sekali menyerap teknoogi. Aku baru bisa menguasai fungsi itu sesudah2 minggu! Dan kemarin aku memotret foto panorana 360derajat yang menjadi andalan iPhone5 ini di taman Okuma yang terletak di sebelah universitas Waseda dan Rihga Royal Hotel Waseda.

Ya, akhirnya aku sempat juga melihat keindahan musim gugur dengan warna dedaunan yang khas, setelah berkali-kali batal rencana pergi di akhir pekan. Ternyata ada tempat sebagus ini di tempat kerjaku! Tahu begitu kan aku bisa bahwa DLSRku juga 😀

Senang sekali loh melihat pemandangan seperti ini meskipun hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit! Mahasiswa di sini benar-benar dimanjakan oleh fasilitas taman sebagus ini. Tapi memang karena aku datang pas jam kuliah ke 4, jadi tidak banyak mahasiswa orang Jepang yang bermain di taman itu. Kebanyakan mahasiswa dari Taiwan atau China, sehingga aku kaget sekali waktu menoleh ingin meminta diambil fotoku, ternyata mahsiswi itu berjilbab! Langsung kutanya: Dari Indonesia ya? Ternyata dia mahasiswa program Master, dan kami akhirnya gantian mengambil foto kami dengan latar belakang pemandangan indah itu.

Kembali lagi ke gadget, mainan baruku ini bisa SIRI, fungsi mengenali suara dan melaksanakannya. Aku memang sudah lihat di iklan TV, tapi sama sekali tidak bermaksud untuk menggunakannya. Tahu-tahu waktu aku menyetir, aku memang meminjamkan gadget itu kepada Riku. Lalu dia berkata: “One Piece”. Dan dengan bantuan SIRI itu dia mengakses You Tube yang menampilkan film anime One Piece yang dia mau tonton. Waaaaahhh Riku lebih tahu dari mamanya! Pernah tidak merasa “sebal” karena anak kita jauh lebih tahu dari kamu? Kelihatannya aku sudah harus menerima kenyataan itu loh 😀

Tapi tentu saja yang bisa download aplikasi hanya aku. Dan dari aplikasi yang aku pakai, ada beberapa yang sudah aku hapus, karena kurasa tidak perlu. Hari kedua memakai gadget baru itu aku langsung download app Viber dan Whatsapp! Senang sekali bisa bercakap-cakap dengan teman-teman tanpa harus keluar uang. Dan aku juga tentu saja ikut-ikutan memakai aplikasi yang sering dipakai “warga smartphone” seperti Instagram, Path, Line (belum ada satupun yang call aku lewat LINE nih…hehehe, jadi belum tahu cara pakainya) . FB, WordPress dan Twitter tentu keharusan ya :D. Dan yang terakhir aku ikut-ikutan Titik (thanks ya Tt) yang memakai aplikasi Accuweather. Bagus juga aplikasi ini karena memberitahukan suhu kotaku, lengkap dengan info kelembaban, angin, dan yang penting real feel. Jadi meskipun tercantum 10 derajat, karena faktor angin dan kelembaban, bisa saja real feelnya cuma 3 derajat. Seperti hari Rabu kemarin terasa dingin sekali, tercantum 7 derajat, padahal real feelnya 3 derajat, dan keseokan harinya tercantum 14 derajat padahal real feelnya 16 derajat! Bingung deh badannya.

Aplikasi game? Tadinya aku tidak mau download aplikasi game (apalagi yang angry bird, bisa-bisa HPku tidak bisa aku pakai karena dipakai anakku terus), tapi sekarang ada satu game dalam iPhoneku itu. Bernama “Atta あった” yaitu mencari barang-barang yang disebutkan dalam gambar. Aku sadari bahwa ternyata masih ada beberapa nama barang dalam bahasa Jepang yang tidak aku ketahui. Bagaimana bisa mencari barang itu kalau kita tidak tahu apa artinya hehehe. Jadi sekaligus deh belajar bahasa Jepang. Sayang permainannya terbatas karena memang gratis sih ya. Jika semua aku sudah bisa temukan berarti aku harus cari game baru lagi deh 😀

Maaf kalau posting ini terkesan pamer, tapi sebetulnya aku tidak bermaksud pamer gadgetnya. Aku tadinya cuma mau pamer foto panorama dan foto-foto musim gugurnya aja kok hehehe.

Posting ke 12 di bulan November (lebih bagus performasinya daripada Oktober yang cuma 10 postingan) yang tinggal satu hari kurang …..

 

 

Ampuuun deh!

29 Nov

Biasanya kita memakai kata “Ampuuun deh”, untuk menyatakan keheranan, kegemasan atau bahkan kekesalan/kejengkelan kan? Nah beberapa hari ini, sering sekali rasanya aku mengatakan “Ampuun deh!”. Kapan dan kepada siapa?

1. Cuaca.
Cuacanya sih tidak salah, karena memang sudah memasuk musim dingin, jadi sudah pantas dong kalau dingin. Bahkan katanya di beberapa gunung, banyak yang “terlambat” tertutupi salju. Tapi kalau melihat TV tadi pagi, di kota Muroran di Hokkaido (utara Jepang) yang warganya banyak yang kedinginan karena listrik padam padahal dalam kondisi badai salju… brrr rasanya memang harus kuat sekali untuk bisa tinggal di negara/daerah dingin. Tadi pagi saja, di Tokyo suhunya 7 derajat, tapi terasa seperti 3 derajat karena humiditas rendah, dan angin bertiup ditambah mendung. Bahkan waktu aku pergi ke tempat kumpul warga yang disediakan pemda kelurahanku, mulai hujan rintik yang ternyata salju yang langsung meleleh.

2. Orang Jepang.
Jadi ceritanya tadi pagi aku pergi ke tempat kumpul warga yang bisa dipakai warga kelurahanku, asal mendaftar terlebih dahulu. Aku dan ibu-ibu temannya Kai di TK mau mempersiapkan acara Natalan anak-anak yang akan diadakan tanggal 12 Desember nanti. Jadi kami mengepak mainan yang akan dibagikan, lalu membuat hiasan berupa rantai-rantai kertas origami. Pada hari H nya nanti kami juga harus membawa hadiah seharga 100 yen untuk acara tukar kado dan hiasan pohon natal tempelan. Nah aku sering heran sekali pada ibu-ibu yang anaknya bersekolah di TK…. dari dalu. Mereka itu sibuk karena kebanyakan dari mereka masih mempunyai bayi atau batita, TAPI masih mau ngoyo untuk membuat acara untuk anak-anaknya dan HAND MADE! Mbok yo beli aja kenapa sih? Mereka ada yang membuat kantong sepatu merah/putih untuk goodie bag anak-anak. Atau sebagai contoh hiasan pohon natal mereka membuat origami, atau hiasan dari plastik dsb tapi buatan sendiri. Padahal kan banyak yang dijual dan murah! Atau ambil saja dari hiasan pohon natal yang ada di rumah :D. Memang sih rasanya akan lain sekali kalau handmade, lebih… akrab, lebih menarik… dan lebih enak kalau soal makanan…. Hehehe ini sebenarnya curhat aku saja karena aku paling tidak bisa prakarya-prakarya begitu sih (tapi kalau disuruh buat kue hayuuuk :D)

Selain soal orang Jepang yang telaten sekali dalam mempersiapkan acara, aku juga sempat memotret sebuah pintu yang kelihatannya biasa saja. Pintu dari ruangan “Niko-niko kurabu” (grup niko-niko yang artinya senyum) ini adalah pintu geser, tapi ternyata tidak menutup sama sekali. Masih ada celahnya, karena di bagian atas diganjal dengan semacam busa sehingga tidak bisa menutup semua. Rupanya ini dibuat khusus supaya anak yang kebetulan bermain dekat pintu tidak terjepit tangannya. Hmmm memang cukup banyak “usaha-usaha” yang dilakukan orang Jepang untuk mengurangi kecelakaan anak-anak. Yang aku perhatikan juga adalah tidak adanya “undakan” atau cekungan di lantai. Semua lantai sama datarnya, sehingga kemungkinan anak-anak jatuh (atau mereka yang memakai kursi roda) sangat kecil. Ini kami namanya barrier free (bebas rintangan)

3. Kai
Kalau aku mau tuliskan semua tentang Kai, mungkin tidak ada habisnya. Tapi dua minggu terakhir ini Kai memang sedang pada puncaknya untuk berkreasi, untuk eksis! Di kelas tambahan usagi setiap Kamis dan Jumat, dia pasti membawa pulang hasil karyanya berupa origami yang tentu saja dibantu gurunya. Nah di rumah dia juga mau membuat sendiri, bermacam-macam bentuk.  Ada “vending machine” dari kotak bekas tissue, ada kamera dari kotak tissue, atau dari lipatan kertas dia membuat masker wajah! Dan tentu saja kalau dia lihat hasilnya ada di tempat sampah, dia marah dan memungutnya kembali 😀 Jadi… bisa bayangkan rumahku seperti kapal pecah kan?

 

Mungkin pengaruh dari televisi, Kai mengatakan padaku, “Mama aku mau ke Luar Negeri”
“Loh Kai, kai kan setiap tahun ke luar negeri. Jakarta itu luar negeri loh”
“Eh? Jakarta luar negeri. Tapi aku mau ke Italia”
“Italia, Belanda, Inggris, Paris semua itu luar negeri dan mahal kalau mau pergi ke sana. Makanya Kai harus tabung. Mama harus tabung. Jadi jangan minta beli coklat, atau mainan ke mama” (Telak deh heheheh)
Tapi entah kenapa lalu dia minta pensil warna padaku, “Ma minta merah, hijau dan biru (meletus balon hijau dooor hihihi)”. Lalu kuberikan dan hasilnya, dia menggambar ini. Rupanya dia menggambar bendera Italia dan Perancis, padahal belum pernah dijarkan sebelumya. Takjublah aku kok bisa tahu bendera Italia seperti itu. Wah benar-benar ingin ke luar negeri nih dia.

Kai juga sedang getol belajar menulis. Aku sama sekali tidak mengajarkan, tapi dia sendiri yang mau meniru dari tulisan yang dia lhat. Bahkan kadang dia mencontoh kanji-kanji mudah yang dia lihat. Dia sudah bisa menulis namanya sendiri, dan nama kakaknya. Dan dengan huruf-huruf hiragana yang dia tahu, dia menyambung menjadi kata baru. Aku hanya memperbaiki atau mengajarkan cara penulisan. Nah, ada kejadian yang membuat aku tidak bisa tidak geli. Dia tidak bisa menulis ‘ba’ ば、jadi dia minta kakaknya menulis ‘ba’ saja. Dan tahu apa yang dia lakukan? Dia menambahkan kata riku di depan huruf ‘ba’, serta sesudah ‘ba’, dia menuliskan huruf hiragana ‘ka’, sehingga menjadi “Riku baka りく ばか”….. yang artinya “Riku bodoh!”….

AMPUUUN deh! liciknya dia menyuruh kakaknya menulis, padahal dia menjelek-jelekkan kakaknya. Bangga loh melihat dia mulai bisa menulis, tapi kalau melihat penggunaan kata-katanya itu… aku cuma bisa kesal saja. Terus terang bahasanya Kai kasar, karena meniru kakaknya, atau meniru film anime di TV. Aku berusaha menghilangkan ucapannya yang kasar, tapi tetap butuh waktu (dan energi).

Kanji “Miya” 宮 yang ditulis Riku (kiri) dan Kai (kanan)

Ada satu lagi “Ampuun deh” nya Kai sebagai penutup, yang maish ada hubungannya dengan tulisan Nique yang ini. Ya, Kai itu selalu, hampir tidak pernah tidak, b.a.b waktu kami pergi makan. Jadi kalau kami sedang pergi makan di restoran (di rumah juga sih, tapi kan karena rumah sendiri, tidak aneh dan WC nya dekat) , kami biasanya pesan makanan, lalu makan kan. Nah baru mulai makan nih, Kai akan berkata “Ma, pup” (Aku ajarkan untuk bilang pakai bahasa Indonesia supaya tidak ketahuan orang Jepang… kalau pakai unchi kan semua dengar dan tahu). Terpaksa deh aku yang sedang makan menghentikan makan dan mengantar dia ke WC dulu. Tidak, aku tidak gerutu, karena aku tahu dia itu pasti sudah tidak bisa tahan. Jarang sekali harus berlama-lama dalam WC. Tapi kenapa selalu kalau lagi makan di restoran ya? Dan biasanya kalau Kai sudah berkata, “Ma……….” Riku dan aku berpandangan, “Again!”. Ampuuuuuuun deh 😀

Masih banyak ampun-ampunku yang lain, tapi aku cukupkan di sini saja. Bagaimana?

Teman-teman pernah pakai “Ampuuun deh”? Dalam situasi apa? heheheh

 

(Fotonya besok ya, soalnya trouble terus waktu mau pasang foto :D)

Momijigari dan Dompet

25 Nov

Sebetulnya penduduk Tokyo sejak Jumat lalu libur berturut-turut 3 hari renkyu, tapi deMiyashita seperti biasa, tidak pernah bisa libur 3 hari full, pasti hanya bisa 2 hari saja. Dan memang hari Jumat, Gen libur, tapi karena hujan kami tidak bisa pergi Momijigari, mencari keindahan daun-daun musim gugur, sesuai dengan keinginanku. Gen tahu aku sudah capek mengurus anak-anak ditambah kondisi tidak fit, jadi dia mengajak Riku dan Kai menonton film Jepang yang berjudul “Floating Castle”. Lumayanlah aku bisa istirahat tidak mendengar suara anak-anak selama 4 jam. Maunya sih tidur, tapi akhirnya waktunya habis membersihkan rumah dan membuat design kartu duka (mochuhagaki).

Sabtunya Gen ke kantor, dan cuaca juga tidak cerah. Paginya hujan dan menjadi mendung. Tadinya aku mau mengajak anak-anak ke Taman Shakuji dekat rumah, tapi batal lagi. Karena masih banyak kerjaan di rumah yang harus kulakukan. Gen pulang kantor jam 4, dan aku sempatkan pergi berbelanja sayur naik sepeda. Yang pasti aku malas masak, sehingga akhirnya Gen mengajak kami makan di luar. Dan hisashiburini (setelah beberapa saat) kami makan sushi di dekat rumah. Riku seperti biasanya memilih salmon, salmon aburi (dibakar atasnya saja), sedangkan Kai sukanya telur ikan Salmon (ikura). Yang lucu saat itu ada paduan sushi salmon dan ikura, sehingga aku katakan itu namanya oyako-zushi (Sushi Ibu anak). Sedangkan aku mencoba Zuniku aburi (daging yang terdapat di kepala tuna seberat 40 kg). Dan memang enak, lembut karena banyak lemak. Aku memang suka makan kepala ikan. Tapi 1 buah sushi harganya 260 yen. Mahal! (biasanya dihitung per piring berisi 2 buah, tapi karena ini khusus, jadi isinya cuma 1 buah)

Nah, karena mengetahui dari prakiraan cuaca bahwa hari Minggu cerah, aku minta Gen untuk pergi momijigari, ke mana saja, asal keluar rumah. Kalau bisa melihat illumination (hiasan lampu) sih lebih baik, tapi memang illumination peaknya setelah masuk Desember, jadi yang penting melihat pohon-pohon berubah warna di musim gugur saja dulu. Jadi pagi-pagi kami bersiap untuk pergi ke Taman Showa Kinen, yang memang terkenal dengan berbagai macam tumbuhan. Tapi karena Gen sakit kepala, akhirnya kami baru berangkat jam 1. Itu juga setelah aku sebal karena terlalu lama menunggu keputusan pergi atau tidak. Aku paling benci menunggu dalam ketidakpastian. Kalau memang mau batal, ya batalkan saja, biar aku bisa buat rencana lain. Meskipun akhirnya kami juga hanya drive ke arah Taman Showa, dan tidak jadi masuk karena terlalu penuh mobil yang antri untuk masuk parkirannya. Apalagi sore ini adalah hari terakhir orang libur, jadi pasti macet di mana-mana. Jadi kami cuma bisa melihat momiji di sepanjang jalan. Itupun sudah cukup lah daripada tinggal dalam rumah terus. Jadi foto-fotonya juga kurang bagus karena diambil dari dalam mobil.

Sebelum berangkat ke Taman Showa Kinen itu, kami sudah sarapan sekitar jam 10 pagi, jadi jam 2 an sudah merasa lapar, terutama anak-anak. Sebetulnya aku sudah bilang pada Gen untuk makan dulu sebelum pergi, dan kami berdua setuju untuk MacDonaldgari! Mencari Mac Donald. Segitu kepengennya? hehehe. Ya kami memang ingin ke MacDonald setelah melihat iklan di TV yang memberitahukan bahwa jika memesan set menu yang L akan mendapat hadiah magnet khusus. Waaah aku mau tuh, lucu-lucu sih bentuknya. Dan akhirnya kami menemukan MacD di jalan Itsukaichi pukul 3:15 dan borong untuk 4 orang! Untung kami jarang beli MacD, sehingga tidak bisa dibilang junkfood eater 😀 Tapi kadang, kepengen juga kan makan junkfood tuh… Seakan MacD, KFC dan sejenisnya melambai-lambai memanggil 😀

Oh ya sebelum kami menemukan MacD ini, kami sempat berhenti di sebuah toko konbini, hanya karena aku melihat sebuah rumah dengan lapangan luas, yang penuh dengan pohon berwarna kuning, merah…dan di salah satu sudut rumah di kejauhan ada semacam pohon cemara yang berwarna putih! Aduh aku senang sekali melihat perpaduan warnanya, juga rumahnya yang kelihatan kuno. Kupikir itu kuil, ternyata setelah aku datangi, tertulis nama orang 🙁 Pasti deh orang kaya… Dan karena rumah orang aku tidak berani ambil foto, takut disangka mau maling 😀 Coba aku bisa gambar ya, aku ingin sekali menuangkan keindahan pemandangan rumah itu. Sayang sekali aku tidak bisa menggambar 🙁 hiks….

Lalu apa hubungannya judul di atas Momijigari dengan dompet? Hmm memang 3 hari libur membuat aku harus membuka dompet lebar-lebar mencari recehan untuk bayar macam-macam :D. Tapi maksudku menulis dompet itu karena ada sebuah angket di situs Goo, yang aku senangi. Yaitu sebuah survei yang mereka adakan pada pengguna situs dengan pertanyaan: “Dompet yang kamu pakai sekarang sudah tahun ke berapa?” Ya, ternyata … dompet itu lumayan awet dipakai terus, dan ada yang mengganti karena rusak, atau karena sudah terlalu lama. Meskipun ada juga yang mengganti dompet setiap tahun baru 😀

Aku? Dompetku yang sehari-hari aku pakai, berwarna merah. Itu aku pakai, karena dompet sebelumnya berwarna hitam. Dan karena dulu aku pernah panik mencari-cari dompet dari dalam ranselku. Rupanya karena ranselku berwarna biru donker, lalu dompetnya hitam, dan kebanyakan barang-barang dalam dompet itu juga hitam, maka sulit dicari. Kemudian Tina, adikku menyarankan ganti dompet dengan warna jreng, supaya langsung terlihat. Dan itu kupakai sampai sekarang!

Kapan tuh? Aku jawab sekitar 5-6 tahun, tapi mungkin lebih karena aku ingat saat itu Riku masih kecil sekali, padahal Riku sekarang hampir 10 tahun. Jadi bisa jadi sudah 8 tahun loh.

Dompetmu yang sekarang sudah berapa tahun dipakai?

 

 

 

Koyuki dan Pasutri

22 Nov

Hari ini, tanggal 22 November dalam penanggalan solar, merupakan hari Shosetsu yang dilambangkan dengan Salju Kecil 小雪 (dan bisa dibaca sebagai Koyuki, nama seorang penyanyi Jepang terkenal) . Menurut tulisan yang kubaca, pada hari ini mulai turun salju  (sekitar hari ini sebelum/sesudahnya juga termasuk) di daerah-daerah dingin di utara Jepang, dan pegunungan. Sudah bisa terlihat puncak gunung tertutup salju, dan kabarnya jeruk mulai menguning dan memenuhi pasaran Jepang. Jeruk yang banyak mengandung vitamin C ini dijual murah dan pasti ada dalam setiap keluarga Jepang. Apalagi nanti pada tahun baru, biasanya orang menaruh jeruk di atas kagamimochi (mochi dua tingkat).

Tadi pagi sih aku merasa hari ini lebih hangat dibanding kemarin atau dua hari yang lalu. Dua hari yang lalu aku sampai harus mencari kaus tangan karena dingin waktu naik sepeda. Mungkin hari ini hangat karena telah turun hujan yang biasanya menaikkan kada kelembaban udara. Memang untuk menentukan dingin tidaknya hari itu, selain melihat suhu udara, juga harus melihat persentasi kelembaban udara, juga apakah angin utara bertiup atau tidak (angin utara dingin, angin selatan hangat).

Tapi selain hari Shosetsu atau Salju Kecil, hari ini merupakan hari Pasutri, pasangan suami istri. Karena tanggal 22 November ditulis dalam bahasa Jepang 11-22 sehingga bisa dibaca sebagai Ii Fufu (Suami-Istri yang Baik). Dan tadi pagi acara TV banyak meliput hari suami istri ini, dan diantaranya pada acara ZIP di chanel 4, mereka menanyakan pada pasutri di jalanan mengenai “Aturan yang ditetapkan antara suami istri”. Ada yang mengatakan bahwa si suami akan menggunakan bahasa daerah Kansai (Osaka) setiap hari meskipun dia berasal dari Yokohama, karena istrinya berasal dari Osaka (Ini merupakan pengorbanan yang tidak mudah loh). Lalu ada yang mengatakan bahwa si suami harus membawa pakaian dalamnya sendiri sampai ke kamar mandi (jadi tidak boleh keluar telanjang ke kamar). Atau ada pasutri lansia yang terlihat istrinya lebih “galak”, dan kata si istri, suaminya harus berjalan 2 langkah di belakangnya 😀 (Ini aneh, karena biasanya di Jepang dulu istri-istri yang berjalan di belakang pria :D… ternyata pasutri ini sudah modern sekali :D).

Ada lagi yang mengatakan bahwa si suami tidak boleh masuk dapur, padahal sebetulnya si suami ingin sekali mencuci piring (hobinya cuci piring) tapi tidak diperbolehkan istri)…. Nah kalau ini aku mungkin mirip, karena kalau Gen masuk dapur, semua bahan makanan bisa masuk tempat sampah, karena dia tidak tahu bahwa itu masih bisa dipakai!

Sambil tertawa-tawa melihat tontonan TV, Riku bertanya, kalau papa dan mama apa ya? Hmmm apa ya? Kayaknya tidak ada deh (menurutku), tapi kata Gen, “Papa harus OK kalau mama mau pulang ke Jakarta!” hahahaha, enak aja! Kan itu sudah perjanjian dari dulu bahwa aku harus pulkam minimum setahun sekali 😀 Eh…. iya perjanjian sama peraturan sama ya? 😀

Nah di antara kamu dan pasanganmu, ada perjanjian/peraturan apa yang mungkin tidak tertulis, tapi unik, yang hanya dipunyai keluargamu saja :D?  Aku ingat dulu kalau kami sekeluarga keluar rumah, mama jarang sekali bawa dompet, sehingga di mata kami, yang membayar papa melulu. Nah, kebiasaan di Jepang, yang pegang dompet keluarga adalah istri, sehingga istri yang selalu bayar kalau keluarga makan di luar. Ini yang tidak biasa untukku, sehingga perlu penyesuaian waktu aku baru menikah dengan Gen. Pikirku, jika Gen yang membayar, akan terlihat lebih ‘jantan’, meskipun sumber keuangannya sih sama saja. Maklum pandanganku sejak dulu, yang membayar selalu yang laki-laki sih 😀 (sekarang tentunya sudah berubah ya 😉 ) Sekarang sih, biasanya aku yang selalu bayar kalau pergi-pergi begitu.

Selamat hari Pasutri, dan kami di Tokyo akan libur esok, memperingati hari Penghargaan terhadap Pekerja. Mungkin seperti thanksgiving di Amerika dan Eropa deh, tapi tanpa PESTA apalagi ayam Kalkun 😀

 

Latihan

21 Nov

Menjelang Natal dan akhir tahun, ada berbagai acara di sekolah Riku dan Kai. Kalau Riku sudah selesai tampil pada acara pertunjukan musik dengan menyanyi dan bermain ansamble suling (recorder), maka giliran Kai berlatih untuk tampil dalam acara “pentas seni akhir tahun” yang dinamakan otanoshimikai. Otanoshimi itu sendiri artinya yang dinanti-nanti, tidak langsung merefer kepada pentas seni. Jadi sebetulnya bisa acara apa saja. Meskipun akhirnya jatuh pada penampilan gerak dan lagu dari anak-anak usia 3-6 tahun di TK nya Kai.

Acara otanoshimikai ini bisa kami, para orang tua tonton nanti pada tanggal 1 Desember. Sayangnya Gen pada hari itu, meskipun hari Sabtu, harus bekerja, sehingga hanya aku dan Riku yang bisa menonton. Kai sudah berlatih sejak masuk bulan September dan kelasnya memainkan operetta “Bremen the Town Musicians” berdasarkan cerita dari Jacob Grimm. Lucu juga karena sebetulnya operetta ini juga dimainkan oleh Riku waktu dia masih TK Nenchusan 5 tahun yang lalu! Dan peran yang dibawakan Kai juga sama yaitu sebagai pencuri! 😀

Nah hari Rabu ini adalah hari latihan seperti general repetisi, latihan bersama di atas panggung. Jadi pemain operetta memakai kostum yang akan dipakai pada hari H, sekaligus mencoba kostumnya. Aku selalu salut pada TK ini, mereka mempunyai stock kostum yang sudah dipakai bertahun-tahun, jadi tinggal dipinjamkan pada anak-anak, diputer-puter, kalau perlu satu item dipakai beberapa kelas sekaligus, seperti gelang kertas emas, bulu-bulu penghias kaki dsb. Jadi ibu-ibu hanya perlu menyediakan baju dalam dan celana panjang/ burma (burma adalah celana pendek bagi perempuan supaya jika roknya terangkat tidak terlihat celana dalamnya). Untuk Kai aku hanya perlu menyediakan baju kaos hitam dan celana jeans saja. Jadi tidak perlu membeli baju baru. Kalau tidak punya juga bisa meminjam teman, sehingga pentas seni ini tidak perlu biaya tambahan. Pada latihan ini anak-anak juga  mendapat kesempatan melihat pertunjukkan dari kelas-kelas yang lain, bertindak sebagai tamu, berlatih bagaimana menghargai teman-teman yang sedang manggung. Karena pada hari H, mereka tidak bisa menonton disebabkan tempat yang kecil dan harus berganti baju segala.

Guru kelas memang menyiapkan segala hiasan sendirian, juga membagikan kostum masing-masing murid. Tapi untuk menggantikan dan mengurus anak-anak ini, tentu sulit dilakukan sendirian. Jadi senseinya meminta bantuan 5 orang ibu-ibu yang bisa datang pada 3 hari, yaitu hari latihan, hari H dan hari pemotretan yang dilakukan sesudah hari pertunjukan. Dan karena kebetulan pada 3 hari itu aku tidak mengajar, jadi aku sukarela bersedia membantu gurunya. Kapan lagi, karena biasanya pada acara-acara yang membutuhkan bantuan orangtua aku tidak pernah bisa, karena biasanya jatuh pada hari Kamis atau Jumat, hari yang merupakan hariku bekerja.

Jadi tadi pagi jam 8:45 aku ke TK bersama Kai, dan membantu gurunya, bersama 4 ibu lainnya, mengganti kostum murid-murid. Karena Kai mendapat peran pencuri, aku memakaikan kostum 6 orang murid yang menjadi pencuri. Untunglah kostum pencuri tidak ribet, hanya menggantikan baju sekolah mereka dengan blus hitam dan celana jeans. Hiasan yang dipakai juga cuma gelang emas (dari kertas) dan topi. Karena aku cepat selesai, aku sempat membantu seorang murid perempuan berganti kostum ayam. Dan disitu aku sadar! Ternyata baju perempuan itu ribet ya! Waktu ganti baju sekolah saja, si anak perempuan mengenakan baju lapis 3 (tentu karena musim dingin), stocking panjang dan kaus kaki. Lalu kostum ayamnya juga harus memakai baju putih lengan panjang, stocking putih, kaus kaki putih dan burma, lalu di atas roknya pakai renda-renda, belum lagi hiasan dada, sayap dsb aduuuh. Dasar ibu dari 2 anak laki sih, jadi aku sempat termangu-mangu, mana yang duluan dipakaikan. (Padahal dirinya sendiri juga pakai baju berlapis-lapis hehehe)

Murid-murid yang sudah selesai memakai kostum masing-masing duduk di depan televisi yang memutarkan video Tom and Jerry (di sini setiap kelas punya TV+video). Sambil menunggu teman yang lain, mereka duduk anteng. Oh ya dalam pertunjukan anak TK dan SD, tidak pernah aku lihat anak yang memakai makeup tebal-tebal seperti celepuk, seperti anak-anak Indonesia. Mereka tampil selalu dengan wajah biasa, karena toh ini pertunjukan dalam sekolah. Mungkin kalau pertunjukan di luar sekolah, tampil di panggung beneran mereka pakai makeup ya, tapi di sekolah tidak pernah! Bahkan bedak pun tidak. Sekali lagi aku mengagumi hal ini, karena aku benci melihat anak-anak kecil sudah di”cat” sedemikian rupa. Memang kebanyakan ibunya yang mau menge”cat” anak perempuannya supaya terlihat cantik, tapi aku tidak suka jeh… Mungkin karena itu Tuhan juga memberikan aku anak laki-laki ya 😀 Simple dan tidak perlu dandan 😀

Kai selalu dapat posisi di tengah sehingga memudahkan untuk dipotret. Lucky! Sekeliling Kai saya blur untuk menjaga privacy teman-temannya Kai.

Operetta Bremen no Ongakutai ini berakhir dengan sukses. Kai (5 tahun) yang awalnya tegang, malu-malu, bisa memainkan perannya dengan baik. Ah selalu menyenangkan melihat pertunjukan anak-anak balita ini. Kai masih ada kesempatan satu kali, tahun depan untuk tampil di atas panggung, dan biasanya semakin besar mereka, semakin bagus pula penjiwaannya.

Setelah pertunjukan kelasnya Kai selesai, 5 ibu ditambah 2 guru heboh karena harus mengganti baju anak-anak ini dari kostum menjadi baju sekolah. Dan ini semua dilakukan di tempat duduk penonton 😀 Untung anak TK, jadi belum malu untuk bertelanjang dada di depan orang-orang lain. Kami melepas semua atribut, mencopot baju-baju dan hiasan, lalu membawanya ke kelas yang terletak di lantai bawah. Di kelas, kami memisahkan semua baju dan hiasan menurut perannya, karena hari H masih jauh, tgl 1 Desember! Sambil melipat baju dan menghitung hiasan, aku bisa bayangkan betapa repotnya gurunya untuk mempersiapkannya lagi di hari H. Menjadi guru TK itu memang perlu energi yang banyak!

Setelah tanggal 1 Desember tinggal aku dan Riku yang masih ada latihan. Yaitu latihan drama Natal untuk Riku dan latihan koor Natal untuk aku. Koor natal yang aku ikuti untuk gereja orang Jepang di Kichijoji baru berlatih 1 kali, hari Minggu kemarin. Dan di situ aku sudah mulai tidak sreg, karena lagunya BUKAN lagu Christmas Carol… lagunya mendayu-dayu tipikal orang Jepang hahaha. Tapi harus aku akui kebanyakan orang Jepang itu pintar nyanyi (nada tinggi) dan pandai membaca not balok. Aku tak bisa membaca not balok, sehingga aku harus dengar dulu orang lain menyanyi :D, baru menirunya. Ah not angka itu memang memanjakan orang Indonesia! Berani tidak ya pendidikan di Indonesia menghapus not angka dan mengajarkan not balok ke semua jenjang pendidikan? 😀 (pemain piano/alat musik sih memang bisa baca not balok, tapi tidak semua orang Indonesia bisa main piano/alat musik kan?)

(Sssttt satu lagi tambahan: Syarat menjadi guru TK dan SD di Jepang adalah : SEMUA HARUS BISA BERMAIN PIANO. Gugurlah cita-citaku untuk mengambil sertifikat guru SD Jepang hihihi)