Untuk Ortu – Anak

7 Okt

Ya, setelah 5 kali aku mengikuti acara “Hari Olah Raga”, undokai yang diadakan di TK Jepang, sejak Riku dan sekarang Kai, aku sampai pada kesimpulan bahwa kegiatan tersebut untuk ortu dan anak, bukan untuk TK nya. Memang kalau aku membandingkan dengan cerita teman-teman di Indonesia, banyak hal yang berlainan dalam penyelenggaraan PAUD dan TK di kedua negara ini. TK di sini amat mengusahakan hubungan harmonis antara guru (sekolah) – orang tua dan murid. Orang tua dilibatkan dalam setiap kegiatan sekolah, yang diwakili oleh 3 orang wakil per kelas. Atau untuk kegiatan besar seperti undokai ini, perlu lebih banyak lagi bantuan dan kerja sama orang tua.

Karena Sabtu hujan, pelaksanaan undokai diundur ke hari Minggu. Pagi pukul 6 aku melihat langit mendung dan memang hujan rintik masih terus tercurah sampai pukul 1 pagi. Hmmm kalau lapangan becek, meskipun tidak hujan sudah ditulis di lembar pengumuman bahwa akan dibatalkan. Aku was-was juga menunggu telepon beranting sambil masak nasi dan bersiap-siap membuat bekal makanan. Ternyata sekolah mengambil keputusan untuk tetap melaksanakan undokai yang diperlambat satu jam dari rencana semula yang jam 9 pagi, menjadi jam 10 pagi.

Tahun ini aku tidak sesibuk tahun kemarin. Aku sudah membeli sedikit lauk untuk bekal makanan, sehingga tidak perlu memasak lagi. Dan tahun ini Riku berangkat lebih dulu dari kami untuk mempersiapkan tempat duduk (dengan alas plastik). Sasuga onisan! Hebat deh kakak Riku. Begitu sampai di TK sekitar pukul 9:35, akupun mengantar Kai ke tempat duduk di kelasnya. Aku teringat 2 tahun yang lalu, Kai menangis meronta-ronta tidak mau duduk bersama temannya. Setahun lalu, mau duduk tapi tidak mau melakukan hal yang diaba-abakan gurunya, diam saja. Tapi tahun ini, dia mengikuti semua kegiatan kelasnya dengan aktif, tanpa ogah-ogahan. Ah, bungsuku ini juga sudah besar!

Kegiatan pertama yang dilakukan Kai, seperti yang telah kutulis di Alat Musik Pertama, Kai mengiringi defile peserta sport meeting ini dengan belurila. Setelah itu dilanjutkan dengan senam pemanasan.

kegiatan orang tua – anak nininsankyaku (harafiahnya 2 orang 3 kaki)

Tahun ini, kegiatan yang diadakan orang tua bersama anaknya adalah berlari dengan satu kaki diikat. Tahun sebelum-sebelumnya ada menari bersama, dan ada pula orang tua mendorong mobil-mobilan dengan anaknya di dalamnya. Tujuannya satu: memberikan kesempatan orang tua melakukan sesuatu bersama anaknya sebagai satu tim kecil, yang kemudian bergabung dalam tim kelas untuk memperebutkan kelas mana yang tercepat. Papa Gen dan Kai ternyata menjadi pasangan pertama dan terakhir yang menentukan kemenangan kelasnya. Kelas Yuri (Bunga Bakung) akhirnya menempati posisi ke dua.

Kegiatan ketiga hari itu untuk Kelas Yuri adalah membuat paraballoon (gabungan parachute dan baloon). Dengan memakai semacam tenda bulat mereka membuat bermacam bentuk yang menarik. Aku rasa bahannya seperti terpal berwarna dan agak tebal, sehingga cukup berat juga untuk anak-anak TK.

paraballoon

Yang keempat adalah lari estafet. Kai suka berlari. Tapi selama latihan dia sering malas dan mengaku kakinya sakit. Untung saja pada hari H nya, dia mau berlari sekuat tenaga sampai dipuji oleh gurunya. “Dibanding dengan latihan selama ini, hari ini Kai lari cepat sekali”. Meskipun demikian, lagi-lagi kelas Yuri hanya berhasil mendapat ranking ke dua.

Dan sebagai puncak kegiatan adalah senam ritmik yang biasa dilakukan oleh kelas tertua di TK. Senam ini memang perlu latihan dan keseriusan yang tinggi. Mereka harus bergerak cepat sesuai aba-aba gurunya. Dan Kai selalu mendapat bagian paling bawah, yang “dinaiki” temannya.

senam ritmik

Serangkaian acara yang dilakukan Kai ini seringkali membuatku harus mengusap air mata. Apalagi kalau teringat almarhum mama yang ikut menjaga Kai selama 3 bulan pertama setelah Kai keluar RS. Anak prematurku ini sudah tumbuh menjadi anak yang sehat, dan cukup tinggi. Dan dia juga sudah bisa bersosialisasi dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pengaruh senseinya juga cukup besar. Baru kali ini aku lihat dia mau dengan senang hati minta berfoto dengan gurunya. Biasanya aku yang memaksa dia untuk berdiri samping gurunya. Ah, Haruka sensei memang cantik dan baik hati!

Bersama Haruka sensei

Kami pulang berempat dengan hati senang meskipun capek. Dan sebelum pulang ke rumah, Kai menagih hadiah gohoubi ご褒美 yang aku janjikan. Aku memang menjanjikan jika dia mau latihan dengan senang hati (selama sebulan) dan ikut acara undokai dengan sekuat tenaga, maka setelah undokai aku menyediakan 1000 yen yang boleh dia belikan apa saja. TAPI lucunya, dia hanya membeli sebuah mainan kecil seharga 210 yen, dan tidak minta lagi sampai genap 1000 yen. Mamanya untung! hahaha

Tahun depan Kai akan menjadi kelas 1 SD. Tentu saja ada undokai juga di SD, dan lebih sulit daripada undokai TK. Tapi tahun depan akan menjadi tahun bersejarah untukku karena Kai kelas 1 dan Riku kelas 6. Undokai awal dan akhir untuk kedua anakku. Tanoshimi!

 

Alat Musik Pertama

6 Okt

Aku tidak bisa bermain musik. Well, bisa waktu ada pelajaran bermain suling, lalu bermain angklung di SD. Selain itu tidak bisa, dan sekarang pun sudah lupa. Tapi di SD Jepang anak-anak pasti diajarkan bermain pianika dan suling dalam pelajaran musik. Untuk beberapa anak, ada yang pegang drum atau simbal jika ada pementasan. Meskipun banyak orang Jepang yang bisa bermain piano, tentu saja untuk belajar bermain piano, harus les tambahan sendiri dan tidak diajarkan di sekolah.

Kai dengan alat musik pertamanya di depan umum

Kai yang TK diajarkan bermain pianika di TK nya. Kami harus menyediakan bagian peniup saja, sedangkan pianikanya dipinjamkan dari sekolahnya. Jadi kupikir kalaupun ada pementasan seni, pasti Kai akan bermain pianika. Ternyata aku salah! Untuk acara pembukaan Hari Olah Raga, Undokai yang diselenggarakan hari ini, Kai dipilih gurunya bermain glockenspiel atau bahasa Jepangnya Belurira. Lagunya memang selalu dipakai untuk “defile” pembukaan, yaitu Mickey Mouse Mars yang mudah. Tapi tetap saja untuk aku yang tidak bisa bermain musik, melihat anakku bermain glockenspiel dengan yakin menjadi terharu dan bangga. Dia terlihat tenang cool saja membawa alat itu sambil berjalan padahal cukup berat dipakai sambil berjalan. Dan di kejauhan terlihat dia memang terlihat lebih tinggi dari teman-temannya. Bersama temannya Y-kun, mereka berdua langsung terlihat menyembul topinya.

Tuh pakai bantalan handuk di leher, nyaingin mas NH18 :D. Senseinya cantik kaaaaan?

Papanya sempat ribut karena kaget melihat anaknya ternyata bermain musik waktu defile, padahal aku sudah lama memberitahukannya bahwa Kai akan bermain belurira. Sepulang dari Indonesia waktu liburan musim panas, anak-anak TK ini intensif berlatih terus untuk mempersiapkan undokai. Dan aku harus menjahit  bantalan khusus untuk dileher tempat mencantelkan tali penyanggah alat glockenspiel itu. Beberapa kali bertemu gurunya, aku selalu menanyakan apakah Kai bisa mengikuti latihan alat. Aku khawatir karena deMiyashita itu tidak berjodoh dengan alat musik 😀

glockenspiel a.k.a belurira dalam bahasa Jepang

Apa alat musik pertamamu?

 

Tergantung cuaca

5 Okt

Mulai kemarin sore, Tokyo hujan. Sepulang dari mengajar pukul 4 lewat, aku sampai di rumah dan menemukan Riku belum pergi ke bimbelnya. Dia seharusnya berangkat dari rumah pukul 4:20-an supaya bisa mengikuti pelajaran pukul 4:50. Jarak tempat bimbel ini memang agak jauh dari rumahku, sisi berlawanan dari stasiun yang berjarak 20 menit jalan kaki dari rumah (10 menit naik sepeda). Daaaan dia mulai mengeluh sakit perut lah, sakit leher lah…keluhan yang kutahu sebetulnya hanya ungkapan malas pergi 😀 Bahasa Jepangnya kebyo 仮病 (pura-pura sakit). Akhirnya aku dengan sangat terpaksa, mengajak Kai dan naik bus bertiga ke stasiun. Memang kalau hujan, kami tidak bisa memakai sepeda untuk bepergian. Mungkin ada yang bisa tetap naik sepeda dengan atribut jas hujan dan satu tangan memegang payung. Tapi aku tidak mau mengambil resiko jatuh dari sepeda. Sehingga jika hujan aku pasti jalan kaki atau naik bus saja.

Tadi pagi seharusnya Kai melaksanakan undokai, pesta olahraga di TK nya. Tapi karena dari kemarin sudah diketahui bahwa hari ini bakal hujan, sudah dibatalkan sejak kemarin. Kami menerima surat pemberitahuan bahwa undokai diundur hari Sabtu, dan harap melihat kertas pengumuman simulasi rencana pengadaan undokainya bagaimana. Jadi hari ini belajar biasa setengah hari. Untung hari ini papanya libur kerja, (minta cuti khusus supaya bisa ikut undokai) sehingga kami bisa mengantar Kai ke TK naik mobil, dan mengantar Riku ke bimbelnya untuk mengikuti ujian bulanan.

“Aku tadinya pikir kita bisa pergi jalan-jalan ke mana gitu. Ternyata anak-anak semakin besar, dan mereka punya acara sendiri-sendiri waktu hari libur ya (Sabtu). Kita sudah musti siap mengantisipasi bahwa mulai sekarang kita akan semakin jarang bisa bepergian bersama….” Kata Gen, dan kurasa memang demikian. Untunglah kami selama ini sudah cukup sering bepergian bersama, sehingga tidak ada kata penyesalan.

Hujannya cukup deras hari ini, dan terus berlangsung sampai pukul 12 malam ini dengan rintik-rintik. Menurut kertas pengumuman, jika Sabtu hujan maka undokai diundur hari Minggu. TAPI ada tambahan: Jika Sabtu hujan dan genangan air serta cuaca tidak memungkinkan hari Minggu pun TIDAK diadakan undokai. Dipindah hari Senin, dan jika Senin pun hujan, maka undokai akan dibatalkan. Sedih juga kalau sampai dibatalkan, tapi rasa-rasanya lapangan TK besok pagi pasti masih basah…. hmmm perkiraanku sih undokainya hari Senin nih 😀 Tapi aku selalu merasa hebat karena pihak sekolah selalu memberikan lot waktu untuk pelaksanaan kegiatan. Jika hari H nya hujan, diundur sampai kapan…mereka selalu memberikan simulasi alternatif. Perencanaan yang matang. TAPI TERGANTUNG SEKALI CUACA.

Dan tadi di TV aku melihat banyak pertandingan olah raga seperti baseball dan golf yang dibatalkan karena hujan. Memang untuk kegiatan di udara terbuka, amat sangat tergantung cuaca ya.

Cepat bobo ah, karena jam 6:30 nanti akan ada telepon beranting dari TK yang menyampaikan keputusan apakah jadi dilaksanakan hari Minggu atau diundur Senin. Telepon itu menjadi penentu repot tidaknya ibu-ibu mempersiapkan bento (bekal makanan) untuk satu keluarga yang akan menonton undokai.

*** Akhirnya bisa menulis juga hari ini, karena aku sedang mengusahakan untuk menulis terus satu tulisan satu hari selama Oktober ini. Bisa tidak ya? Tapi yang pasti menulis blog seharusnya TIDAK tergantung cuaca ya 😀 Cuaca hati mungkin 😀 ***

 

Kira kira

4 Okt

Dalam bahasa Indonesia tentu sudah tahu artinya kira-kira itu apa ya? Tapi kira kira juga ada di bahasa Jepang, dan berarti mengkilat, cemerlang, bercahaya kelap-kelip dan yang paling tepat menggambarkan nuansa kira kira itu adalah bintang di langit.

Kira kira hikaru
Yozorano hoshi wo
(Twinkle twinkle little star versi bahasa Jepang)

Tadi sore aku dan Kai menghabiskan waktu berdua selama 2,5 jam di pertokoan stasiun dekat rumahku. Terpaksa buang waktu begitu karena Riku minta diantar ke bimbel. Dia sedang aras-arasan tidak mau pergi belajar di bimbel. Tapi kalau aku boloskan, dia akan tambah malas dan tambah tidak belajar. Mau tidak mau aku mengajak Kai dan kami bertiga naik bus ke stasiun. Hari hujan sehingga tidak bisa naik sepeda. Nah, karena aku tidak mau bayar extra untuk bus pp (¥420 atau 42000) aku bermaksud menghabiskan waktu di pertokoan stasiun.

Karena lapar kami berdua pergi ke restoran murah di dekat stasiun dan bermaksud melewatkan dua jam di situ. Mumpung drink bar jadi bisa minum apa saja sebanyak berapa saja. Tapiiii Kai membuyarkan keinginanku karena dia ingin “tugas negara” dan wc nya terletak di luar restoran. Malas untuk keluar masuk restoran dan meninggalkan barang-barang di kursi, aku menyelesaikan pembayaran dulu sebelum ke wc.

Berarti aku harus mencari tempat lain untuk melewatkan waktu satu setengah jam lagi. Dan akhirnya aku berjalan mengitari toko-toko di lantai 3 pertokoan itu. Di situlah aku sadar bahwa Kai suka segala yang kira kira, sama seperti mamanya 😀 Tiba tiba dia berkata :”Mama aku barusan lihat ada kalung yang cocok untuk mama” dan dia menunjukkan sebuah kalung seharga 4000 yen.
“Bagus ya” kataku.
“Mama beli dong”
“ngga ah mahal!”
Dan dia menunjuk lagi kalung dan anting anting di toko lain. Semuanya kira kira dehhh

Baru dia kemudian sadar bahwa aku memakai bros yang kira kira.
“Itu mama beli yang mahal, kok ngga mau beli yang itu? Aku mau dong…. ”
Wah jangan sampai ah dia jadi suka perhiasan wanita, jadi aku bilang
” ini dari oma, yang beli oma. Tapi Kai ngga boleh ah pakai perhiasan seperti ini. Seperti perempuan ahhhh”
“Aku ngga pakai, aku mau simpan, kan bagus kira-kira…”
“OK kalau begitu, nanti mama kasih yang sudah rusak tapi kira-kira untuk Kai simpan ya…”
“Asyikkkkk…”

Aku jadi ingat juga, hari minggu lalu ada bazaar kecil di gereja, yang menjual piring-piring bekas. Dan Kai tertarik membeli piring yang berwarna emas! Waduuuh dia mau loh beli itu pakai uang sakunya 😀 Meskipun bisa beli satuan, karena cuma ada 5 biji, terpaksa deh aku beli 4 yang lain, supaya bisa satu set. Tapi ada piring hijau, dia beli khusus untuk dia sendiri!!! Dan begitu sampai rumah, dia cuci dan setiap makan dia pakai “My Piring” deh….

piring (dan mangkok) hijau dengan kira-kira emas 😀 itu yang menjadi “My Piring” nya Kai, sedangkan mangkuk emas di kanan yang pertama dibeli Kai, sampai aku terpaksa beli satu set deh 😀 Untung tidak mahal (karena bazaar)

Aneh ngga sih anak laki-laki seperti Kai?

NB: Kira kira termasuk dalam gitaigo (onomatope untuk menggambarkan kondisi), seperti yang telah aku tulis juga dalam komentarku di tulisan mas NH18 yang ini.

Hati-hati dengan tasmu

3 Okt

Ah, tentu saja kita harus berhati-hati dengan tas kita masing-masing. Kalau meletakkan sembarangan, ya tentu bisa mengundang orang yang punya niat tidak baik untuk mengambilnya (baca: mencuri) . Aku sendiri di Tokyo sering pakai ransel, tapi kalau di Jakarta tidak berani, karena takut disilet dan tidak tahu bahwa tasnya sudah terbuka. Sedapat mungkin tas dibawa ke mana-mana, sehingga tas cangklong itu yang paling praktis.

Tapi aku ingin menulis bahwa kita juga perlu berhati-hati waktu membawa tas geret, apalagi di Jepang. Kita sering memakai tas geret (semacam koper kecil dengan roda) waktu bepergian 1-2 hari, sehingga cukup memasukkan koper kecil itu dalam cabin, tidak usah cek in. Tapi di Tokyo akhir-akhir banyak wanita muda yang membawa tas geret model begitu padahal tidak sedang bepergiaan. Mereka membawa tas itu supaya bisa belanja dulu sebelum pulang kerja, dan menyimpan belanjaan yang berat (seperti beras) dalam tas geret itu. Tapi masalahnya sekarang jika membawa tas geret itu di stasiun atau jalanan padat, tas itu amat sangat mengganggu pejalan kaki. Banyak orang yang tidak melihat bahwa ada tas geret di belakang wanita itu sehingga bisa tersandung tas itu, dan menimbulkan kecelakaan yang cukup fatal.

Taruh ransel di depanmu….Peringatan di dalam gerbong kereta

Selain tas geret ada lagi ransel yang sering menjadi masalah dalam gerbong kereta yang penuh penumpang. Sampai-sampai perusahaan kereta perlu memperingatkan penumpang yang membawa ransel untuk menurunkan ranselnya, atau mendekapnya di bagian depan. Ransel yang tetap dipakai di punggung itu sangat mengganggu penumpang lainnya, dan parahnya pemakai ransel tidak menyadari bahwa ranselnya itu sebenarnya mengganggu.

Dan ada satu lagi kejadian yang terjadi padaku minggu yang lalu. Waktu itu aku begitu sampai di kampus W, tanpa menaruh tas dulu di ruang guru, langsung masuk toilet. Tentu saja sambil membawa tasku yang memang cukup besar. Memang biasanya kalau aku masuk ke toilet itu, suara otohime (alat yang mengeluarkan bunyi air untuk etiket, menutup “suara-suara” yang tidak enak waktu ke belakang) akan berbunyi. Jadi waktu itu aku tidak merasa apa-apa. Tentu saja aku cantelkan tas di balik pintu, dan duduk di wc. Tapi tak lama aku mendengar bunyi semacam sirine yang aneh, dan staf kantor guru datang dan menanyakan, “Ada yang perlu bantuan?”… lah ada apa ini?

Baru aku sadar ternyata tasku yang besar itu menyentuh tombol emergency yang rupanya baru dipasang di sana. Tombol itu menyala. Loh, ternyata aku penyebabnya? Langsung aku berkata: “Tidak apa-apa. Kelihatan tas saya yang menyentuh tombol itu. Saya sendiri tidak apa-apa…..” Wah cukup malu gara-gara tas besar aku membuat satu gedung panik. Petugas satpam juga datang untuk mengetahui apa yang terjadi, dan mematikan fungsi emergency alert. Malu deh…. Ah, aku jadi teringat juga pernah kejadian yang sama, waktu aku melahirkan Riku. Mama yang tidak tahu bahasa Jepang, salah menekan tombol emergency, disangka tombol flush. Memang orang asing sering melakukan kesalahan ini. Tapi, untuk kasusku, bukan aku yang salah tekan tapi si tas yang salah tekan hahaha (tidak bertanggung jawab sekali ya, menyalahkan si tas :D). Sejak itu aku pasti menaruh tas dulu di ruang guru baru ke wc. Memang wcnya kecil sih (dan akunya gede gitu loh haha)

Yang tombol oranye kanan itu yang emergency, jadi kalau itu ditekan, semua petugas bergegas datang 😀 (Ini toilet di dalam stasiun Kichijoji Inokashira line)

Karena itu bagi teman-teman yang akan jalan-jalan/berwisata ke Jepang, hati-hati ya. Waktu masuk WC (toilet) terutama di stasiun, RS, tempat-tempat umum yang bagus, pasti ada tombol emergency di dalam toilet, yang berwarna oranye. Jadi jangan sampai salah tekan ya.

Tentu kita harus berhati-hati agar tas kita tidak diambil orang, tapi kita juga harus berhati-hati dan memperhatikan apakah tas kita itu mengganggu orang lain atau mengganggu ketertiban umum tidak 😀

Pernah punya kejadian tidak enak dengan tas mu?

Hujan, Pelangi dan Batik

2 Okt

Hari kedua Oktober. Begitu kubuka situs socmed terkenal itu, aku diingatkan bahwa hari ini adalah hari “Batik”. Aku sebetulnya agak tidak setuju jika kami diharapkan memakai baju batik di sini. Entah kenapa, mesti tanggal 2 Oktober itu, yang pernah kualami cuacanya sama sekali tidak cocok untuk berbatik ria. Entah dingin, entah badai, entah hujan, atau… bukan hari “keluar rumah” untukku 😀

Seperti yang kukatakan pada sahabat blogger Drajat, batik itu memang cocoknya untuk udara panas. Jadi kalau musim panas di sini, aku lebih suka memakai batik, karena benar bahan batik itu jauh lebih menyejukkan daripada baju lainnya. Tapi ya itu, belum ada coat batik untuk musim dingin, jas hujan batik untuk dipakai waktu musim hujan, atau…. payung bermotif batik 😀 Semestinya kalau ada payung motif batik, seru juga ya. Pasti menjadi pusat perhatian. Tapi kalau ketinggalan di kereta seperti kejadian payung vynilku minggu lalu, pasti menyesal deh. Tapi hebatnya, kalau memang ada payung batik, pasti bisa ditemukan kalau mau mencari. Tinggal pergi ke Lost and Found kantor stasiun, dan melaporkan kira-kira naik kereta yang jam berapa.

Jadi ya memang hari ini aku tidak memakai batik waktu pergi mengantar-jemput Kai di/ke TK. Pagi hari hujannya begitu deras dan agak dingin sehingga aku memakai baju yang agak tebal saja. Pulangnya sudah tidak hujan, tapi tidak sempat ganti baju. Tapi aku selalu pakai taplak batik kok di rumah **pembelaan**

Memang Jepang sedang tidak stabil cuacanya. Pagi tadi diberitakan ada Badai No 22 mendekat, sementara no 23 juga timbul di perairan filipin. Badai di Jepang bernomor, sesuai dengan saat timbulnya. Jadi sudah ada 23 badai yang timbul di perairan Pasifik selama ini. Besok kalau ada badai lagi, pasti akan dinamakan Badai No 24 dst. Kadang tiba-tiba terdengar Badai No 30 padahal kita tidak tahu ada badai nomor-nomor sebelumnya. Itu berarti badai nomor-nomor sebelumnya tidak “mendarat” atau mendekati kepulauan Jepang.

Yang menjadi perhatian kami, bagaimana cuaca nanti hari Sabtu tgl 5 Oktober. Karena pada hari itu akan diadakan Undokai, Festival Olahraga untuk TK nya Kai. Kali ini Kai nenchogumi (kelas teratas) sehingga merupakan undokai yang terakhir sebelum masuk SD.  Rencananya Kai akan memainkan belurira Glockenspiel, lalu ada senam ritmik juga. Kalau sabtu hujan, berarti ditunda hari Minggu atau Senin atau Selasa. Kalau mau ikuti kehendaknya deMiyashita sih, kalau bisa diadakan hari Minggu supaya papa Gen bisa ikut menonton. Kalau Sabtu dia kerja.

Hujan memang sering tidak diharapkan manusia. Semua tindakan bisa menjadi lambat dengan turunnya hujan. Tapi setelah hujan berhenti, pelangi yang indah mungkin akan menghiasi angkasa. Sama seperti sore ini ketika aku pulang dari belanja. Waktu bersepeda pulang, aku melihat ada dua ibu sedang memandang ke angkasa arah timur. Begitu aku menoleh, waaaahhh aku lihat pelangi. Memang indah. Sambil mengayuh cepat aku berpikir, keburu tidak ya memotret dari rumah? Biasanya pelangi cepat hilang. Akhirnya aku menghentikan sepeda di depan sebuah ladang. Pemandangan dari situ indah sekali. Cepat-cepat kukeluarkan iphone ku dan… ini hasilnya.

harus ambil dua kali, kiri dan kanan

 

Untung saja aku mengambil di depan ladang itu, karena ternyata waktu aku mau ambil foto dari beranda apartemenku yang terletak di lantai 4, tidak bisa masuk semua dalam lensa.

dari beranda rumahku, dengan memakai fungsi panorama

Dan aku diingatkan ekubo sisterku sebuah lagu dari Jamrud: Pelangi di matamu.

Kalau kamu melihat atau mendengar soal pelangi, ingat apa?

 

Hari untuk Warga Tokyo

1 Okt

Tanggal 1 Oktober adalah Hari Kesaktian Pancasila untuk bangsa Indonesia. Tapi kami di Tokyo merayakan “Tomin no hi 都民の日” Kalau diterjemahkan menjadi “Hari untuk Warga Tokyo”. Pada hari ini, 115 tahun yang lalu, Tokyo berubah dari Kota Khusus menjadi kota dengan model pemerintahan yang sama dengan prefektur lainnya, dan mempunyai gubernur. Jadi bisa saja dikatakan sebagai hari ulang tahun “kota” Tokyo yang ke 115. Kok masih muda? Ya tentu saja, karena Tokyo sebelumnya bernama Edo kan? 😀

Nah, yang kadang merepotkanku adalah bahwa tanggal 1 Oktober itu merupakan hari libur untuk TK dan sekolah pemerintah daerah, jadi Riku dan Kai libur pada hari ini. Untung saja hari ini aku tidak ada kuliah di universitas sehingga tidak perlu pusing mengatur “anak-anakku mau dikemanakan” :D. Sayangnya malam harinya aku harus menyetir dan mengajar di Meguro sehingga aku tidak bisa mengajak anak-anak bermain siang harinya. Ya memang mendung sih, tapi biasanya kalau hujan rintik saja tidak menghalangi kita untuk jalan-jalan.

Tanggal 1 Oktober Kebun Binatang Ueno gratis!

Salah satu “kehebatan” pemerintah daerah Tokyo pada hari Warga Tokyo ini adalah, menggratiskan banyak taman dan tempat hiburan yang dikelola pemerintah daerah Tokyo. Hari minggu kemarin aku sempat pergi ke Museum Science di Ueno, yang rencananya untuk melihat pameran Deep Sea, tapi karena harus antri untuk masuk dan menunggu 100 menit, aku dan anak-anak (Gen bekerja)  membatalkan rencana pergi ke museum. Padahal kami sudah punya tiket masuknya. Nah, saat itu aku mengetahui bahwa pada tanggal 1 Oktober itu Kebun Binatang Ueno dibuka gratis untuk umum. Tapiiiii belum tentu aku mau pergi loh, karena sudah pasti banyak sekali orang tumplek di sana, sedangkan aku benci kerumunan orang.

Tahun ini ada 19 tempat yang bisa didatangi gratis yaitu:

1. Hamarikyu Onshi Teien  浜離宮恩賜庭園 (Stasiun JR Shinbashi)

2. Shiba Rikyu Onshi Teien 旧芝離宮恩賜庭園 (Stasiun JR Hamamatsucho)

3. Koishikawa Korakuen 小石川後楽園 (Stasiun JR Iidabashi)

4. Rikugien 六義園 (Stasiun JR Komagome)

5. Kyu Iwasakitei  Teien 旧岩崎邸庭園 ( StasiunJR Okachimachi)

6. Mukojima Hyakkaen  向島百花園 (Stasiun Keisei Ikifune)

7. Kiyomizu Teien  清澄庭園 (Stasiun Metro Kiyomizu Shirakawa)

8. Kyu Furukawa Teien 旧古河庭園 (Stasiun JR Magome)

9. Tonogayato Teien  殿ヶ谷戸庭園 (Stasiun JR Kokubunji)

10. Jindai Shokubutsu Koen 神代植物公園 (Stasiun JR Kichijouji)

11. Tama Dobutsuen 多摩動物公園 (Stasiun Keio Tama Dobutsu Koen)

12. Onshi Ueno Dobutsuen 恩賜上野動物園 (Stasiun JR Ueno)

13. Kasai Rinkai Suzokuen 葛西臨海水族園 (stasiun JR Kasai Rinkai Koen)

14. Inokashira Shizen Bunkaen 井の頭自然文化園 (stasiun JR Inokashira)

15. Yumenoshima Nettai Shokubutsukan 夢の島熱帯植物館 (Stasiun JR Shinkiba)

16. Tokyowan Yacho Koen  東京港野鳥公園 (Stasiun JR Oomori)

17. Tokyoto Edo Tokyo Hakubutsukan (kecuali pameran khusus bayar) 東京都江戸東京博物館 (stasiun JR Ryogoku)

18. Edo Tokyo Tatemono en 江戸東京たてもの園 (stasiun JR Musashi Koganei)

19. Tokyoto Shasin Bijutsukan (Museum Fotografi)  東京都写真美術館 (stasiun JR Ebisu)

 

Daftar didapat dari : http://dot.asahi.com/life/lifestyle/2013093000032.html

Nah, ada 19 tempat, tinggal pilih mau pergi dan berminat ke mana. Ternyata di antara 19 tempat ini, aku baru pernah pergi ke nomor 10, 11, 12, 13, 14 dan 18… wuih masih banyak yang belum aku kunjungi. Masuk ke dalam daftar dulu deh soalnya hari ini tidak bisa keluar rumah.

Hari ini juga merupakan hari koromogae “pergantian baju musim” jadi ibu-ibu mulai mengeluarkan baju musim dingin karena memang udara sudah mulai sejuk.

Menggenapi 21 tahun di Edo Castle

25 Sep

Aku datang ke Jepang tanggal 23 September 1992. Persis Autumn Equinox dan memulai hidupku sebagai mahasiswa asing di Yokohama National University. Tepat tujuh tahun sesudahnya aku pun mendaftarkan pernikahan dengan teman satu angkatan di program pasca sarjana  sehingga secara hukum Jepang aku berstatus “istri orang Jepang” (Tapi kami memperingati ulang tahun pernikahannnya Desember dengan diberkati di gereja)

Karena hampir setiap tahun Autumn Equinox jatuh kalau tidak tanggal 21-22 atau 23 September, maka sudah pasti jatuh pada hari libur. Dan tahun ini aku menggenapi 21 tahun dengan mengunjungi Edo Castle, tanggal 22 September sekaligus menambah daftar 100 castle yang kami kunjungi.

Hari Minggu itu mau tidak mau aku dan riku harus ke gereja Kichijouji meskipun sebetulnya hari Sabtunya kami sudah ke misa bahasa Indonesia di Meguro. Riku harus mengikuti sekolah minggu dan aku harus kerja mempersiapkan bazaar. Dan hari itu kami putuskan untuk jalan-jalan dengan transportasi kereta saja dengan perkiraan esok harinya jalanan akan macet dengan orang-orang yang pulang rekreasi karena libur 3 hari berturut-turut. Jadi sekalian saja Gen dan Kai ikut membantuku dalam persiapan bazaar, yaitu membuat candy wreaths dan sabun hias.

Stasiun Tokyo. Kanan bawah: Kalau lihat lift seperti ini jadi ingat lift yang di film Wonka Chocolate Factory 😀

Setelah selesai kamipun menuju Stasiun Tokyo, dan janjian bertemu dengan kedua mertuaku di sana. Kebetulan bapaknya Gen bekerja di salah satu kantor megah di depan stasiun Tokyo dan sangat mengenali daerah itu karena sudah berpuluh tahun bekerja di sana.

Gedung Kitte dan berfoto di depan gedung kantor bapaknya Gen

Sambil menunggu kami sempat memotret bagian depan stsiun Tokyo yang baru direnovasi, kemudian kami menuju bangunan baru di depannya yang bernama KITTE. Tadinya mau makan di sini, tapi untuk menghemat waktu kami membeli bento saja untuk dimakan di depan taman Edo Castle.

Ya memang kami harus berjalan jauh, tapi karena tidak terlalu panas, kami berjalan santai sambil mampir-mampir dan berfoto. Sementara Riku dan Kai ditemani Gen meminta cap untuk buku mereka di toko depan castle, aku dan bapak ibu mertua duduk istirahat di depan taman. 

taman di depan castle dan pintu gerbangnya. Bangku di taman sengaja tidak dibuat panjang supaya tidak ditiduri oleh gelandangan

Kai: “Papa aku mau masuk ke dalam castle itu”
Gen : “Tidak bisa dong”
Kai : “Kenapa?”
Gen : “Karena ada yang tinggali”
Kai : “Ooooh masih ada samurai yang tinggal di situ ya?”
Bagi kami percakapan ini lucu, karena kami tahu bahwa keluarga Kaisar Jepang masih tinggal di sana. Tapi untuk anak-anak yang belum tahu apa-apa pasti berpikir bahwa di situ masih ada samurai-samurainya 😀

Edo Castle

Memang tempat ini menjadi obyek wisata bagi turis asing yang datang ke Tokyo selayaknya Buckingham Palace di London atau Istana Negara di Jakarta. Dan terus terang hari itu, aku baru pertama kali mengunjungi dan berfoto di depannya 😀 Baguslah aku memperingati 21 tahun kedatanganku di Tokyo di depan Edo Castle bersama keluarga Miyashita.

Setelah dari sini, kami berjalan menuju stasiun Yurakucho untuk pulang ke rumah mertua. Aku sendiri memisahkan diri karena aku ada acara dengan teman-teman lama di radio, sementara anak-anak dan Gen pulang duluan. Meskipun tidak dirayakan dengan pesta, aku menambah kenangan kunjungan tempat bersejarah dalam hidupku.

 

cap Edo Castle dalam bukunya Kai

Open School

20 Sep

Ada dua kegiatan di sekolah dasar Jepang yang melibatkan orang tua murid yaitu Jugyo Sankan 授業参観 (Open Class – orang tua melihat pembelajaran di kelas anaknya) dan Gakkou Koukai 学校公開 (Open School – Sekolah dibuka untuk umum/ yang mau mengunjungi). Tujuannya sama, yaitu supaya orang tua bisa melihat langsung kegiatan pembelajaran anaknya, tapi untuk yang Open School ini, orang tua bisa mendatangi kelas-kelas lainnya untuk “melongok” kegiatan pembelajaran, misalnya kelas komputer, kelas seni dsb. Sedangkan jugyou sankan atau open class, orang tua hanya berada di kelas anaknya saja, kecuali kalau ada kakak/adiknya di sekolah yang sama.

Kedua kegiatan ini memang biasanya diadakan pada hari biasa, tapi pasti ada satu hari Open School yang diadakan hari Sabtu sehingga orang tua yang bekerja di hari biasa juga bisa hadir. Kedua kegiatan ini sudah terdapat dalam rencana kegiatan sekolah tahunan, jadi bisa diketahui dari jauh-jauh hari (tidak mendadak), seperti juga kegiatan sekolah yang lain (termasuk Idou Kyoshitsu – Kelas Bergerak). Tidak ada kegiatan di sekolah yang mendadak, bahkan kalaupun ada gangguan cuaca sehingga terpaksa dibatalkan, pasti akan diberitahukan cadangan hari pelaksanaannya.

Hari ini merupakan Open School untuk SD nya Riku. Dan seperti biasa Riku amat mengharapkan kedatanganku. Sebetulnya aku harus bersyukur, karena banyak anak yang tidak suka jika ibunya datang. Riku malah sedih kalau aku tidak bisa datang 😀 Sehingga waktu kemarin dia mengingatkan bahwa hari Jumat ada Open School, aku cepat-cepat membatalkan rencana kencan dengan Sanchan 😀

Tapi hari ini aku tidak enak badan. Entah akhir-akhir ini aku merasa tidak bertenaga, sehingga harus tidur siang supaya bisa kuat. Pengaruh cuaca mungkin ya. Jadi tadi aku tidur lagi setelah mengantarkan Kai ke TK. Dan terbangun pukul 11. Hmm setelah melihat jadwal pelajaran dari jam pertama sampai ke 4 aku merasa tidak apa-apa jika aku tidak hadir. Aku juga sudah tanya Riku jam pelajaran ke berapa yang dia ingin sekali aku datang. Mamanya sudah tidak bisa kalau harus seharian berdiri terus di belakang kelas. Dan dia katakan jam ke 5 (13:40-14:25) dan ke 6 (14:30-15:15), karena di jam ke 6 dia akan presentasi. Jadi deh aku keluar rumah jam 13:20 berjalan ke SD karena tidak boleh naik sepeda (tidak ada parkir sepeda).

Jam ke 5 ternyata diadakan di perpustakaan. Ternyata waktu kulihat di jadwal judulnya: “Story Telling and Book Talk” , sehingga waktu aku datang dan bertemu wali kelas Riku, aku diajak masuk ke perpustakaan dan duduk (huh lega deh bisa duduk hehehe). Selama jam ke 5 hanya ada 5 orang tua murid yang datang dari 31 murid satu kelas. Yah memang sih biasanya orang tua murid datangnya jam pertama sampai ke 4 yang diadakan sebelum makan siang. Waktu makan siang kami harus pulang dan datang lagi pukul 13:40 (jam ke 5) itu. Jadi memang biasanya sedikit sekali orang tua yang hadir pada jam ke 5 dan ke 6.

Tapi waktu kutanya pada ibu yang di sebelahku dan kepada Riku juga, ternyata orang tua yang mengunjungi kelas sangat sedikit kali ini. Paling banyak 5 orang 🙁 Kasihan juga anak-anak ya. Memang kalau melihat pengalaman yang lalu, ibu-ibu akan bersemangat untuk hadir di kelas-kelas rendah, kelas 1-2-3, lalu mulai kelas 4 ke atas mulai malas datang. Mungkin bosan, mungkin merasa tidak perlu, mungkin tidak bisa karena bekerja. Aku pun sebetulnya kalau hari Jumat tidak bisa, tapi berhubung semester genap belum mulai (baru mulai minggu depan) aku bisa datang.

Anyway, pelajaran jam 5 di perpustakaan ini BAGUS sekali. Setelah jam ke 5 selesai, aku sempat memuji wali kelasnya, dan ternyata pelajaran seperti ini BARU percobaan pertama kali. Wah, aku katakan “Bagus sekali kalau setiap bulan diadakan pak!”. Sebagus apa sih?

Guru penanggung jawab perpustakaan (aku singkat guru perpustakaan) memulai pelajaran dengan menceritakan satu cerita dari Ethiopia (Judul : Mura no Eiyu – Watanabe Shigeo)  . Cerita yang menarik dan menjadi pengetahuan juga karena dengan demikian anak-anak juga ditanya Ethiopia itu di mana, dsb pengetahuan umum. Aku pun ikut terhibur dengan Story Telling ini.

Cerita rakyat Ethiopia

Sesudah itu guru tersebut mengadakan Book Talk; yaitu memperkenalkan buku-buku pilihan yang menurutku semua menarik. Ada buku tentang Kucing Kampung : bagaimana kucing kampung melewatkan satu hari dan bagaimana manusia meneliti Kucing Kampung, Cerita tentang Topi Merah dan Topi Putih yang justru merupakan buku matematika yang sulit, ada buku tentang Nasi, mulai dari ukuran berat jaman dulu sampai dalam satu mangkuk ada berapa butir beras, Cerita tentang pohon Mochi yang ternyata ada dalam buku teks pelajaran SD kelas 5 dsb. Ada cerita tentang kalender yang dibuat Julius Caesar dan Gregorius. Aku sendiri berminat membaca buku tentang Nasi itu, menarik!

sebagian dari buku-buku yang diperkenalkan dalam Book Talk

Setelah Book Talk selesai, murid-murid diberi waktu bebas untuk membaca buku atau meminjam buku. Buku-buku yang diperkenalkan guru tadi itu juga menjadi rebutan untuk dipinjam. Aku mencari Riku untuk melihat dia membaca atau meminjam buku apa…eeeeh ternyata dia berada di belakang meja peminjaman. Dia menjadi Petugas Perpustakaan. Oh iya dia kan memang anggota OSIS untuk seksi perpustakaan 😀 Senang dan bangga juga melihat anak sedang “bertugas”.

Jam ke 6 murid- murid kembali ke kelas dan melaksanakan pelajaran SOGO (Multidisiplin). Mereka dibagi menjadi 6 kelompok dan mengadakan presentasi atas penelitian mereka tentang “Beras”. Pantas waktu itu Riku minta bantuan aku untuk mencari tentang “Pengembangan Jenis Beras” di internet. Anak-anak dibiasakan untuk mengadakan presentasi. Ada yang berbicara jelas tapi ada pula yang kecil suaranya. Juga ada yang penelitiannya kurang “dalam” sehingga berkesan asal-asalan, tapi semua sudah berusaha dengan baik. Ada yang membuat presentasi berupa “buku laporan” dan ada yang berupa poster. Bagian Riku dia menjelaskan bagaimana pembuahan padi yang menjadi “bapak” dan padi “ibu” untuk menjadi padi jenis baru yang lebih tangguh dan enak rasanya. Suaranya lumayanlah meskipun masih kurang keras dan jelas (menurutku).

Meskipun aku hanya mengikuti jam ke 5 dan ke 6, hari ini aku merasa menjadi “murid” yang baik dan banyak belajar dari guru perpustkaan dan dari presentasi murid-murid. Gratis lagi 😀 Hebat deh.

Pulang sekitar jam 15:45, dan karena masih ada waktu 30 menit sebelum Riku pergi Juku (bimbel) , aku mengajak dia kencan di restoran dekat rumah untuk makan es krim. Kapan lagi aku ada waktu benar-benar “berduaan” dengan sulungku, jadi aku menikmati waktu 30 menit yang berharga itu, dan menghabiskan sisa-sisa makanannya sementara dia bergegas naik sepeda ke Juku. Sedangkan aku masih ada waktu 20 menit lagi sebelum menjemput Kai di TK.

Very nice one Friday for me… How was your Friday?