Kenalkan

16 Mei

Hampir dalam waktu yang bersamaan aku memulai 5 kelas Bahasa Indonesia, 3 Kelas Dasar dan 2 kelas Menengah. Dan di kelas Dasar seperti biasanya aku awali dengan pengucapan alfabet bahasa Indonesia, salam dan perkenalan.

Kenalkan,
Nama saya Imelda Coutrier Miyashita.
Saya tinggal di Nerima.
Saya datang dari Jakarta.
Saya guru bahasa Indonesia.

Dan biasanya tanpa menjelaskan dan memberikan artinya terlebih dahulu, aku meminta murid-murid memperkenalkan diri sendiri memakai pola yang sama, serta menghafalkannya. Tapi sebelumnya aku meminta mereka menuliskannya dalam lembar kertas ujian, sebagai ganti daftar hadir. Maklum registrasi mahasiswa masih belum selesai sehingga kami para dosen belum menerima daftar absensi.

Kalau kelas di Universitas S sudah pasti mahasiswa tingkat satu, sehingga tidak ada yang istimewa. Kecuali bahwa setiap tahun aku menemukan mahasiswa yang berasal dari Tochigi dan pulang-pergi ke kampus dari Tochigi. Bisa dibayangkan jauhnya (one way 2,5 jam) dan aku biasanya mengajak mahasiswa yang lain untuk rajin seperti dia. Kelas yang cukup besar karena tahun ini ada kurang-lebih 40 mahasiswa yang mengambil pelajaran bahasa Indonesia sebagai mata kuliah wajib bahasa asing ke dua.

Yang menarik adalah kelas Dasar di kelas Universitas W karena pesertanya beragam, dari berbagai tingkat dan fakultas. Ada mahasiswa Pasca Sarjana S2 dan S3 juga! Tahun ini juga aneh menurutku, karena cukup banyak yang mengambil kelas bahasa Indonesia. Ada sekitar 25 mahasiswa yang mengambil bahasa Indonesia sebagai mata kuliah pilihan. Tapi mungkin juga tidak aneh, karena memang dulunya aku hanya mengajar semester genap, bukan dari semester ganjil. Karena dosen yang biasa mengajar di semester ganjil sudah pensiun, maka aku yang menggantikannya. Dan pada waktu kelas awal minggu lalu itu, aku terkejut mendapatkan 2 orang Singapura dan 1 orang Korea di kelasku. Memang Universitas ini mempunyai fakultas internasional yang banyak diikuti mahasiswa asing. Sambil berkelakar aku mengatakan pada mahasiswa Singapura itu bahwa seharusnya mereka ambil kelas Menengah, bukan kelas Dasar. Dan lucunya mereka memakai bahasa Inggris kepadaku 😀 (padahal dalam kuliah bahasa pengantar adalah bahasa Jepang)

Selain di dua universitas ini, aku juga mempunyai satu kelas Dasar lagi di malam hari. Sebuah kursus yang diadakan oleh Kedutaan Besar RI yang bekerjasama dengan Japan Indonesia Association (Japinda) bernama KOI (Kursus Orientasi Bahasa Indonesia). Kursus ini diikuti oleh masyarakat Jepang umum, sehingga beragam profesi dan tujuan mereka untuk belajar. Ada yang akan bekerja di Indonesia, ada juga mahasiswa, ada ibu rumah tangga, ada karyawan/karyawati, dan ada yang berterus terang punya pacar di Bali 😀 Unik memang.

Tapi ada satu kejadian yang membuatku termenung hari Jumat kemarin, waktu aku mengajar di Universitas S. Kuliah hari itu adalah kuliah yang ketiga kalinya. Di awal kuliah seorang mahasiswi datang padaku dan mengatakan bahwa dia sudah mendaftar ke Biro Akademik, dan boleh mengikuti kuliahku. Aku ingat mahasiswi ini memang datang sejak kuliah pertama, tapi aku menyuruh dia untuk menyelesaikan urusan administrasi meskipun tanpa mendaftarpun dia boleh mengikuti kuliahku. Tapi aku tidak mau disalahkan jika nanti namanya tidak tercantum, atau kelak ada masalah waktu penilaian dsb. Mahasiswi yang manis, sayang dia kelihatan selalu gemetar, alias tidak percaya diri.

Jadi setelah berbicara padaku,  dia duduk dan mengikuti test kecil yang kuadakan setiap kuliah. Waktu aku mengumpulkan kertas test dari mahasiswa-mahasiswa itulah aku melihat dia menyodorkan juga kertas kecil berisi kalimat perkenalan dia. Rupanya waktu kuliah pertama dia tidak mengumpulkan karena dia belum mendaftar. Dan waktu membaca perkenalannya itu aku kaget 🙁

Dia berasal dari Kesenuma, daerah yang parah terkena musibah tsunami tanggal 11 Maret yang lalu. Ah, aku langsung menjadi sedih dan ingin menanyakan kabar keluarganya tapi aku tahan sampai kuliah selesai. Begitu selesai aku menghampiri dia dan bertanya bagaimana dengan rumahnya dan keluarganya. Dia bercerita bahwa rumahnya hancur sebagian tapi masih bisa ditinggali. Keluarganya tidak tinggal di pengungsian tapi di rumah mereka yang rusak bersama dengan keluarga kakek, nenek dan saudara lain yang rumahnya hanyut karena tsunami. Rumahnya menjadi “pangkalan” keluarga besarnya. Dia tinggal sendiri kost di dekat kampus. Aku tidak bisa menemukan kata penghiburan yang lain kecuali minta dia untuk bercerita jika ada masalah dalam pelajaran  dan semoga dikuatkan. Dalam hati aku berpikir, suatu waktu kalau dia mau aku ingin mengajak dia makan bento (bekal makanan) bersama sebelum kuliah dimulai.

Luka itu masih ada dan pasti akan selalu ada. Tapi semoga dia bisa menghadapi masa depannya dengan tabah dan bersemangat.

24 Replies to “Kenalkan

  1. Ah. What a nice day story as usual Mbak EM.
    Aku masih takjub bahwa Jepang menjadikan Bahasa Indonesia sbg bahasa wajib kedua. Setahuku Australia juga sudah, tapi entah ya apakah merata atau hanya di sebagian wilayah saja.
    Semoga semuanya segera pulih di Jepang mbak.

  2. Mata kuliah wajib bahasa asing pertama, bahasa apa? Kenapa bahasa Indonesia bisa masuk ke dalam daftar mata kuliah wajib bahasa asing kedua? Ada berapa pilihan bahasa dalam mata kuliah bahasa asing tersebut?

    Kira-kira apa alasaan utama ada 40-an mahasiswa yang mengambil pelajaran bahasa Indonesia sebagai mata kuliah wajib bahasa asing kedua di tahun ini? Apakah karena dosennya cantik jelita? Pertanyaannya banyak ya? Hihihi.

  3. Ikut daftar jadi mahasiswanya, dan ijinkan saya juga perkenalan…
    Kenalkan,
    Nama saya Marsudiyanto.
    Saya tinggal di Kendal.
    Saya datang dari Kudus.
    Saya mahasiswanya Bu Em.

    Diterima pak eM. Jangan lupa buat tugasnya, dan mg depan ada test yah
    EM

  4. duh 🙁 kok ndilalahe malah salah satu dari yang terkena musibah ya mba …

    salut juga, wlo sudah begitu, masih semangat mengikuti kelas bahasa Indonesia.

    btw, emang kelas bahasa wajib ya mba??

    Wajib untuk mhs fakultas tertentu spt Sastra harus mengambil bahasa Inggris + bahasa lain selain Inggris.
    EM

  5. Wah, siapa yang mewajibkan bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib bahasa asing, Mbak?! Terharu jadinya.

    Gaya banting stirmu kali ini cukup membuatku berkaca-kaca terharu. Semua bisa diceritakan dengan sempurna, termasuk muridmu itu. salam ku ya mbak. semoga dia dan keluarganya kuat dan tabah.

    Ya, universitas ini mewajibkan mahasiswa untuk fakultas tertentu mengambil bahasa asing kedua (selain bahasa inggris) yaitu pilihan antara bahasa Indonesia, Spanyol, Perancis, Cina dan Korea.
    EM

  6. pak mars…anda memang anti biasa….mau ikutan boleh ya pak…
    Mbak EM, kenalkan juga

    Nama Necky
    Saya tinggal di Tangsel
    Saya besar di Jakarta
    Saya mau daftar jadi mahasiswa yah….:-)

    Diterima mas Necky, tapi syaratnya harus mau ikut kopdar nanti kalau saya mudik 😀
    EM

  7. Just like usual, k imel..
    The way you tell the story always makes me feel the same like what you feel..
    Miss you much from Jakarta.. Hugh-hugh.. Kiss-kiss..
    Can’t wait to see you again..

    *setuju dengan k DM, dosennya Cantik jadi banyak yang ambil mata kuliah Bahasa Indonesia deh*

    Sankyuuu dear Eka. Gimana sibuk terus ya? Aku kirim sms nyampe ngga sih?
    Tunggu aku di jkt ya 😀
    EM

  8. Saya malah jadi membayangkan berada di ruang kuliah bersama mahasiswi tadi, sambil menahan rasa penasaran.
    Wah, endingnya benar-benar menyentuh bu em

    hehehe mau jadi mahasiswa saya? 😀
    EM

  9. mantap juga bahasa Indonesia sebagai mata kuliah wajib bahasa asing ke-2. dan tentang KOI, saya teringat cerita pak prof. saya yg lulusan nagoya, yg pernah bercerita tentang semangat belajar orang jepang.

    semoga agenda makan bento-nya terlaksana ya mba’, dan memang banyak cara untuk menghibur, tak melulu menggunakan kata. semoga semua berbahagia…
    🙂

    Semangat belajar orang Jepang? Silakan baca tulisan saya yang Belajar terus sampai mati

    EM

  10. Jepang membuat bahasa kita sebagai mata kuliah asing kedua, kita malah ke Inggris yang seharusnya jadi kebiasaan sehari hari 😀
    Kalau masalah tragedi, ngga di negara sendiri ataupun orang lain rasanya tetap pilu. Manusiawi mbak, siapapun orangnya.

    Kan manusia Indonesia suka show off dan berkiblat ke barat 🙂
    EM

  11. ah iya.. sedih ya kalo inget tsunami…
    udah mulai dibangun lagi gak mbak daerah yang kena tsunami?

    Daerah yang kena tsunami tidak bisa dibangun lagi, karena sampah tsunami itu banyak = sampah 23 tahun 🙂 Jadi sulit sekali untuk membersihkan daerah itu untuk dibangun kembali, butuh waktu bertahun-tahun. Bedol desa mungkin jalan yang paling cepat
    EM

  12. ..
    wah makin sibuk nih Mbak.. 🙂
    ..
    orang jepang mentalnya emang kuat dan gak cengeng..
    ..

    Cengeng juga, tapi tidak diekspose dan tidak berlebihan 🙂
    EM

  13. semoga mahasiswi itu sabar dan bs bangkit kembali ya bu..bs belajar bahasa indonesia dengan baik dan benar g kaya saya hehehe

    Amin
    EM

  14. Kog terharu ya baca tulisan yang terakhir.. 🙁 mungkin administrasinya belum beres gara2 masalah tsunami itu juga ya Mba EM?

    Ya, kan (hampir) semua perkuliahan ditunda 1 bulan, tentu saja pendaftaran juga ditunda. Dan mungkin untuk mahasiswa dari daerah bencana ada kebijakan khusus.
    EM

  15. Mungkin sukmanya belum balik mbak, istilah kami kalau ada orang yg seperti itu, masih gugupan. Perlu waktu untuk bangkit dari kesedihan.

    Ya, mungkin mbak Monda. Dan aku rasa perlu waktu lama untuk pulih
    EM

  16. Ada salah persepsi pada komentar2 sebelumnya kah Mba? Bukan Jepang menjadikan bhs Indonesia sbg bhs wajib kedua, tapi mahasiswa2 itu yg mengambil bhs. Indonesia sbg bhs. asing kedua yg mereka ambil sbg mata kuliah…

    Bener nggak nih apa yg aku pikir? Kalau salah, maap yah Mba.. hehehe…

    Walau begitu, dgn sekian banyak mahasiswa yg mengambil bhs. Indonesia sbg bhs. asing, berarti bhs. Indonesia cukup populer dan cukup penting bagi warga Jepang yah Mba.. 🙂

    Anyway, pasti setelah bencana kmrn banyak sekali yg terguncang jiwanya, dan yg namanya dosen sedikit banyak berperan dalam pemulihan jiwa mahasiswa2 yg jg jd korban yah Mba Imelda…

  17. Orang Singapura itu jangan-jangan memang tidak bisa berbahasa melayu ya, Bu?

    Wah, hebat mahasiswi itu. Jadi teringat seorang kawan kuliah saya dari Aceh yang sewaktu tsunami 2004 itu dia nekad pulang berbekal uang-uang sumbangan dari kawan-kawan. Dia mengkhawatirkan keluarganya. Keluarga besarnya banyak yang meninggal. Rumahnya hancur berantakan.

    Sepulangnya dari sana, dengan menyimpan kesedihan dia tetap bersemangat mengikuti kuliah. Tegar sekali dia. Hebat!

  18. Menyenangkan, terharu, saat kita mengenal satu per satu para mahasiswa itu.
    Jadi teringat pengalamanku, saat mengajar di Papua, salah satu peserta kena musibah, teman satu angkatan yang ditempatkan pada Kantor cabang yang sama ikut terbawa banjir, dan dia selamat hanya karena terjepit pintu dan tak bisa bergerak….

    Semoga mahasiswamu bisa mengatasi semua ya Imelda, dan tetap semangat mengikuti kuliah untuk masa depannya.

  19. mba Imeeel…
    Sungguh padat deh hari harinya mba Imel inih…
    Selalu takjub kalo membaca keseharian mba Imel…

    Tapi anehnya kok mba Imel masih bisa nge blog dengan lancar dan sangat produktif ya…hihihi…

    Dan selalu sanggup memberikan cerita yang bermakna buat para pembacanya…
    Semoga mahasiswa mba Imel tersebut selalu diberikan kekuatan ya mba 🙂

  20. mbaaaaa…
    aku sekalian mau ucapin makasih banyak buat komen mba Imel di postingan ‘mellow’ aku itu ya mbaaaaaa:)
    Membaca komen mba Imel itu benar benar telah membuat hatiku hangat dan merasa jauh lebih baik 🙂

    *peluk sayang mba Imeeeeel :)*

  21. perkenalan semacam itu mengingatkan saya dengan kelas bahasa jepang pertama saya waktu di SMA dulu,
    inget mbak Imelda jadi inget sensei saya.. hehe

  22. Semangatnya untuk terus menuntut ilmu sangat mengagumkan.
    Biarlah luka itu sembuh perlahan dan belajar terus berjalan.
    Bencana selalu menyisakan duka, dan hanya kesabaran dan ketegaran obatnya.
    Bu Guru Bahasa Indonesia yang cantik pasti pintar menemukan kalimat yang pas untuk menghiburnya.
    Ah..saya kok ingin menjadi guru bahasa Indonesia di Jepang ya Jeng. Pasti mengasyikkan.

    Salam hangat dari Surabaya.

  23. Saya senang dan bangga dengan orang2 yang peduli seperti tante Imelda
    Kebanyakan orang, hanya memendam kepeduliannya. Tapi tante langsung mengambil langkah konkrit dan setulus hati peduli kepadanya. Sungguh mengharukan. May your kind heart be rewarded on earth and in heaven, tante. Amin

    ~LiOnA~

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *