Waktu aku menulis judul di atas, sempat tersenyum atas permainan kata bahasa Inggris. Spring (musim semi) for Summer (musim panas). Padahal maksudku adalah hot spring yang berarti pemandian air panas atau bahasa Jepangnya onsen 温泉. Dan memang orang Jepang sangat suka mandi di pemandian air panas (belerang) sepanjang tahun tak mengenal musim. Memang sih aku sendiri belum pernah lihat atau mengalami apakah hotel-hotel pemandian air panas itu laku atau tidak pada puncaknya musim panas, tapi mengingat biasanya tempat-tempat yang mempunyai pemandian air panas itu banyak yang berada di pegunungan, maka sepertinya orang Jepang memang suka pergi ke onsen setiap saat. Padahal menurut pendapat kita wajarnya jika udara panas, maunya ngadem bukannya masuk ke air panas kan? But believe me, masuk dan berendam di air panas pada musim panas, membuat badan kita segar dan bersih dari keringat. Tapi memang panasnya air berendam itu cukup 38 derajat saja 😀
Tanggal 14-15-16 sebetulnya adalah renkyuu 連休 atau hari libur berturut-turut di Jepang. Tapi tentu saja dong deh, suamiku mesti kerja pas hari Sabtunya juga hari Seninnya, tapi dia minta ijin libur hari Senin tgl 16, karena itu hari ulang tahunnya Kai. Jadi kami punya libur dua hari tgl 15-16 Juli. Karena cari waktu libur yang panjang untuk kami itu sulit, setelah susah payah mencari kamar di hotel Akazawa Hotspring di Izu, kami mendapat satu kamar suite yang bisa ditempati untuk 5 orang. Sebetulnya ibunya Gen mau men”traktir” keluarga kami saja, tapi aku ajak ibunya juga ikut bersama. Toh cukup tempatnya untuk 5 orang.
Untung juga hari Sabtunya Gen bisa pulang kerja pukul 6 sore, sehingga cukup waktu untuk tidur. Kami berangkat pukul 5:30 pagi dari Nerima untuk menjemput ibunya Gen di Yokohama, lalu ke Hotspring Akazawa itu. Perkiraan kami tentu jalanan macet di mana-mana sehingga perlu waktu extra. Kami memasuki daerah Izu yaitu tempat banyak hotspring yaitu Yugawara persis di depan pantai, dan kami memutuskan untuk mampir makan pagi di sini. Tapi karena baru pukul 9 pagi, baru sedikit toko yang buka. Kami akhirnya makan udon (mie Jepang yg tebal) yang memang banyak terdapat di mana-mana seluruh Jepang. Di situ Riku dan Kai juga sempat bermain kendaraan di lapangan. Kalau melihat Riku, kadang aku lupa bahwa dia masih kanak-kanak karena sehari-harinya begitu dewasa. Tapi dengan bermain begitu, terlihat dia memang masih kanak-kanak… yang mau memperhatikan dan membantu adiknya.
Kami kemudian melanjutkan perjalanan dan sampai di hotel sekitar pukul 11:40. Sudah bisa cek in, tapi baru bisa masuk kamar pukul 15:00. Tapi sambil menunggu kami bisa menggunakan fasilitas hotel yang ada, sambil menitipkan barang bawaan kami.
Pertama kami pergi ke kolam renang untuk mengantar Riku, Kai dan papanya berenang. Kolam renangnya cukup besar, tapi karena memang hari libur, penuh dengan keluarga. Anak-anak kecil di mana-mana 😀 Riku sudah bisa sendiri di kolam besar yang kedalaman airnya 1 meter, sedangkan Kai dia senang bermain di kolam cetek khusus untuk anak-anak, dan ada perosotannya. Bagi dia kedalamannya pas untuk dia berenang gaya bebas 😀
Sekitar jam setengah 2 aku bersama A-chan (nama panggilan ibu mertuaku) pergi ke restoran untuk memesan bir. Bir dingin di siang hari memang enak, dan kebetulan kami mendapat tempat di teras restoran. Sayangnya kami tidak langsung memesan makanan sehingga waktu Gen dan Kai bergabung pukul 2:30 sudah lewat last order dan tidak bisa pesan makanan, hanya minuman. Jadi kami tidak berlama-lama lagi di restoran kolam renang itu, dan kembali ke hotel karena sudah bisa masuk kamar. Kami menumpang mobil hotel untuk kembali ke hotel karena memang kolam renang ini agak terpisah dengan wilayah hotel tapi masih satu kompleks (cukup jauh untuk jalan kaki).
Kami mendapatkan kamar suite yang terdiri dari satu kamar dengan dua tempat tidur ala western, dan satu kamar tatami dengan 3 kasur ala japanese (dan satu tempat tidur di kamar tatami yang sebetulnya untuk Kai tidak ditempati, karena Kai masih “bayi” mau tidur sebelah mama terus….. gitu deh aku selalu harus rela menggunakan setengah tempat tidur karena berdua Kai terus :D) Sayang pemandangan ke luar tidak begitu bagus karena pantainya tertutup dengan pohon-pohon. Tapi tak apa lah, karena otomatis kamar hanya kami pakai untuk tidur. Kegiatan lain pasti diadakan di luar kamar hotel.Dan karena masih sore, kami menuju ke pemandian air panas, hot spring yang menjadi “daya tarik” hotel ini, menurut ibu mertuaku. Kami berjalan menuju bangunan terpisah untuk makan siang di restorannya, lalu masuk ke dalam hotspring.
Hotspring atau Onsen ini seperti biasanya terbagi menjadi dua tempat, tempat laki-laki dan perempuan. Untuk perempuan di lantai 3 dan laki-laki di lantai 4. Kata ibu mertuaku onsen ini amat luas dengan pemandangan indah ke arah pantai. Jadi tentu saja aku mengharapkan sesuatu yang “spektakular” dong. Perlu diketahui juga bahwa hotel ini dimiliki oleh perusahaan kosmetik Jepang DHC, sehingga kami tidak perlu membawa apa-apa ke dalam onsen itu, karena handuk, sabun, shampo bahkan cleansing milik dan styling foam disediakan … gratis (termasuk dalam biaya penginapan). Sebelumnya ibu mertuaku sempat tanya, apakah aku berkeberatan masuk ke onsen berdua dia? Tentu saja tidak kataku. Ya dia mau menegaskan saja, karena ada beberapa orang Jepang juga yang enggan masuk ke onsen bersama ibu mertuanya. Soalnya kami kan harus telanjang bulat 😀 (Bagi yang mau mengerti soal onsen, atau pemandian air panas umum sento silakan baca Kei-chan dari Pemandian Fukunoya)
OK, aku sebetulnya agak sebel masuk tempat pemandian itu. Pemandangan memang bagus… tapi buanyak orang. Seperti biasa kami masuk dan mencari keranjang yang masih kosong, untuk kami pakai sebagai tempat menaruh baju yang sedang kami pakai. Jika membawa barang berharga disediakan safety deposit, tapi karena tujuan kami memang untuk mandi jadi kami tidak bawa apa-apa. Setelah menanggalkan semua baju di situ, kami bisa langsung masuk ke pemandian tentu saja dengan berlenggang kakung… bugil tentunya (sesama jenis). Tapi karena aku masih tetap orang Indonesia, aku mengambil handuk kecil yang tersedia untuk menutupi bagian depan saja. Sebelum masuk kolam, kami wajib mencucui badan bersih-bersih. Kebetulan ada tempat kosong untuk mandi sehingga aku bisa langsung mandi termasuk membersihkan make up. Aku tidak senangnya tempat ini penuh orang sehingga untuk mandi aja harus antri… Kalau pakai baju sih gpp, tapi kalau tanpa baju…masuk angin kan hihihi.
Kami berdua masuk ke kolam besar yang berada di teras luar, yang menyajikan pemandangan laut di kejauhan. Efek air belerang yang mengandung Natrium dan Kalsium itu benar bisa melancarkan peredaran darah. Sumber air panas itu konon berasal dari 3100 meter dpl dengan suhu 53 derajat. Rasanya semua pegal-pegal di bahu yang kuderita selama ini bisa hilang, tentu saja setelah dua x 15 menit berendam dalam air panas. Pemandangan yang terhampar juga membuat damai…. tapi terus terang di tempat pertama, di kolam yang besar itu aku tidak bisa merasa relaks. Karena sesudahnya ada beberapa kolam yang lebih kecil dan lebih sepi, sehingga benar-benar bisa santai, dan mengeluarkan keringat. Yang pasti kalau sudah biasa masuk pemandian air panas, kita akan ketagihan. Juga bisa melihat bagaimana wanita Jepang tidak malu mempertontonkan badannya, karena sudah terbiasa mandi bersama. Dan tentu saja tidak ada yang jiro-jiro memperhatikan badan orang lain 😀
Setelah puas berendam, kami membilas badan, dan mengelap badan dengan handuk besar yang disediakan juga. Ada beberapa wastafel yang disediakan lengkap dengan cotton buds, kapas, pelembab, hair dryer dan styling gel. Tapi waktu itu aku malas antri sehingga cukup mengambil sikat baru yang telah disediakan (setelah dipakai dikumpulkan untuk disteril kembali). Aku harus cepat-cepat, karena Riku menunggu di lobby jam 5 sore. Dia ingin minta diajarkan bermain pingpong. Memang biasanya di penginapan ala Jepang yang mempunyai pemandian air panas, ada meja pingpongnya. Jadi aku bersama Riku main pingpong, Ibu mertuaku ke kamar, sedangkan Gen dan Kai masih berendam di pemandian air panas. Well, kami tidak ada rencana lain, kecuali menunggu jam makan malam pukul 19:30 sekaligus merayakan ulang tahun Kai seperti yang sudah kutulis di sini.
Malam itu kami tidur dengan perut kenyang, dan capek …. Berendam dalam air panas selain membuat lancar peredaran darah juga membuat mengantuk loh …..
Ceritanya dipotong di sini dulu ya… sudah cukup panjang.