Jumat 6 Januari 2012, aku, Riku dan Kai pergi ke Ghibli Museum di daerah Mitaka. Bagi Riku kunjungan Ghibli Museum ini sudah kali ke dua, tapi buat Kai baru pertama kali. Aku sudah memesan tiketnya sejak tgl 12 Desember 2011 karena pikirku untuk mengisi liburan musim dinginnya Riku dan Kai. Aku juga mengajak Whita dan seorang temannya untuk ikut, karena memang pembelian karcisnya cukup sulit bagi orang Indonesia. Sistem pembelian tiket museum ini memang agak ribet karena kita harus mengatur jadwal kepergian kita minimum satu bulan sebelumnya. Setiap tanggal 10 setiap bulannya mereka menjual tiket untuk bulan berikutnya. Tiketnya dijual di mesin otomatis penjualan karcis di toko konbini Lawson. Kalau pas bulan liburan anak-anak, jika tidak cepat-cepat beli bisa kehabisan tiketnya. Meskipun kalaupun hangus tidak terpakai ya tidak begitu rugi juga sih karena harga tiketnya 1000 yen untuk dewasa, 400 untuk murid SD dan 100 yen untuk TK/balita.
Ghibli Museum adalah museum yang mengetengahkan kegiatan Studio Ghibli. Nah Studio Ghibli adalah sebuah perusahaan animasi Jepang yang didirikan tahun 1985 yang terkenal dengan filmnya : Totoro (My Neighbour Totoro) padahal film ini merupakan film mereka yang ketiga yang dirilis tahun 1988. Film pertama mereka adalah Kaze no Tani Naushika (Castle in The Sky) 1984, TenkuunoShiro Laputa (Grave of the Fireflies) 1986. Di blog TE sendiri aku barusan menulis tentang film Ghibli ke 17 yang dirilis tahun 2010 yaitu The Secret World of Arietty di sini. Juga film ke 16nya yaitu PONYO on the Cliff by the Sea di sini. Padahal aku PALING suka filmnya yang Howl the Moving Castle, dan belum pernah aku ceritakan di TE ya….. Sebetulnya di blogku yang lama sekitar th 2005 aku sudah pernah menuliskan paling sedikit 3 judul film Ghibli yang lain, tapi nanti deh setelah aku tulis yang runut (kalau dulu lebih banyak curhatnya sih hehehe) aku pasang di sini.
Film-film Ghibli memang mengagumkan. Banyak karyanya yang mendapat penghargaan, sampai di tingkat tertinggi mereka mendapat penghargaan Oscar untuk the best animated feature dalam film Spirited Away. Kami sendiri baru punya 8 film dari 17 film Ghibli yang sudah ada DVDnya. Sepertinya aku perlu melengkapi seri Ghibli supaya lengkap deh, karena aku dan Gen memang hobi koleksi sesuatu yang kami sukai sampai lengkap (buku, perangko, CD, DVD, sampai ke LEGO hihihi).
Back to museum! Jadi sebelum pergi ke museum ini, kamu perlu tahu dulu sedikitnya film Totoro, kalau tidak ya tidak bisa menikmati museum ini. Di gerbang depan museum, kami sudah disambut oleh boneka Totoro besar yang menjadi “satpam”. Motto museum ini adalah : Maigo ni narou yo, isshoni (harafiahnya: Mari kita tersesat, bersama-sama),mengajak anak-anak untuk bermain di dalam museum yang disetting dan dilengkapi interior seperti yang terdapat dalam karya-karya film Ghibli. Dengan motto inilah diimbau (baca: dilarang) untuk TIDAK mengambil foto dan video dalam museum. Jadi aku hanya bisa mengambil tampak luarer dari museum ini. Padahal dalam museum banyak sekali sudut-sudut yang ingin aku potret.
Kami mengantri di pintu masuk pukul 12:20 an. Kami memang membeli tiket untuk jam 12. Jadi untuk menghindari “mbludak“nya pengunjung, diberlakukan sistem jam masuk yang berbeda. Kloter pertama jam 10, kedua jam 12, ketiga jam 14 dan terakhir jam 16. Meskipun sebetulnya tidak dibatasi berapa lama kita bisa berada dalam museum. Jadi misalnya kita masuk jam 10 mau pulang sampai jam tutup museum jam 6 sore pun tidak apa-apa. Tapi percaya deh, dengan dua krucilsku ini maximum 2 jam berada di situ. Mereka cepat bosan, karena permainannya hanya sedikit (naik neko bus atau bus berbentuk kucing besar yang muncul dalam film Totoro).
Begitu masuk kami diberi tanda masuk berupa plastik potongan film yang bisa dipakai sebagai tanda masuk menonton film tentang Studio Ghibli sepanjang 20 cm. Tapi karena anak-anak tidak bisa duduk diam, kami akhirnya tidak menonton filmnya, dan langsung masuk ke ruangan pertama di sebelah kiri berisi bermacam-macam display film. Di situ bisa diketahui juga bahwa pencahayaan berperan penting dalam pembuatan film animasi. Riku dan Kai sibuk antri di bermacam display, tapi sebetulnya Kai agak takut karena ruangan itu remang-remang. dia takut terpisah denganku.
Dari ruangan gelap itu, kami menuju ke lantai 1 (pintu masuknya di lantai basement) , setelah sebelumnya mampir ke WC. WC di sini juga cantik! dihias dengan “gambar” taman-taman dan detil yang manis. Di Lantai satu kami bisa melihat proses pembuatan film animasi, termasuk desain gambar dari masing-masing film Ghibli. Selain conte film itu sendiri, ada beberapa gambar bagaimana ilustrator itu bekerja. Di situ juga terdapat banyak tumpukan buku-buku yang menjadi referensi pembuatan film, misalnya kebun Inggris, arsitektur Eropa/Amerika dan lain-lain. Ada pula ratusan warna yang dipakai dalam penggambaran seiap scene gambar. Memang kalau kita mengikuti perkembangan film Ghibli, semakin ke sini, semakin banyak warna yang dipakai. Semakin kaya warna, dan semakin rumit gambarnya.
Di lantai 2 terdapat pojok bermain dengan bus kucing dan toko souvenir. Akupun harus sabar menunggu Riku dan Kai mendapat giliran bermain. Antrinya sendiri 30 menit, bermainnya tidak sampai 10 menit.Dari tempat bermain itu kami pergi ke luar, ke kebun di atas lantai 2 yang ada “robot” yang muncul dalam film TenkuunoShiro Laputa (Grave of the Fireflies). Meskipun Kai belum pernah menonton film ini, dia “jatuh cinta” pada sang robot dan membeli miniatur robot itu di toko souvenir. Duuuuh toko ini penuh deh dengan pengunjung yang ingin membeli oleh-oleh sehingga susah untuk bergerak. Memang orang Jepang sebagian besar pasti membeli souvenir di setiap kunjungan ke museum atau tempat wisata. Riku sendiri memilih cap-capan Totoro sebagai souvenir kunjungan ke Ghibli Museum.
Akhirnya setelah membeli souvenir, kami pun pulang menuju stasiun Kichijoji untuk makan siang eh sore 😀 Dalam perjalanan pulang aku berpikir, mungkin saja jika Kai sudah menonton DVD film Ghibli yang kami punya, dia mau kembali lagi ke sini 😀