Pita Kuning

13 Mei

Tahu kan pita kuning? Itu loh yang biasa dipasang di TKP, Tempat Kejadian Perkara kriminal atau kecelakaan yang sedang diusut. Dan ternyata pita kuning ini ada di universitas tempat aku mengajar. Pertama aku melihatnya agak kaget juga, tapi kemudian senyum-senyum deh.

Pita kuning tanda dilarang masuk di depan semua eskalator di universitas

Ya, pita kuning yang bertuliskan “Dilarang masuk” bukan oleh polisi memang, tapi pada intinya melarang orang memasuki arela itu. Dilarang memakai eskalator di gedung Fakultas itu.

Dulu waktu aku pertama kali lewat gedung ini, sempat terkagum-kagum karena gedung baru itu bertingkat 8 dan dilengkapi dengan eskalator. Soalnya aku pernah bekerja di universitas lain yang bangunannya kuno berlantai 7 tanpa eskalator, jadi aku merasa “wah!”. Selain lift 2 unit, gedung ini dilengkapi eskalator. Tapi… sekarang dipasang pita kuning itu.

Apa pasal? Bukan karena ada kecelakaan atau ada perkara di situ. Tapi ini adalah bentuk sumbangan penghematan listrik dari universitas. Tanpa ada usaha penghematan, distribusi listrik di Jepang, terutama di Tokyo akan kritis, jadi semua warga diimbau (yang benar diimbau loh, bukan dihimbau) untuk menghemat listrik. Jadi deh kami harus naik tangga di semua gedung universitas. Kecuali kalau mau antri untuk naik lift yang hanya dua. Lift itu memang masih dinyalakan untuk yang memang tidak bisa menggunakan tangga (membawa barang, penderita cacat tubuh dll).

Terasa sekali loh pengaruh tidak adanya salah satu sarana yang sudah biasa dipakai. Semuanya jadi lebih lambat. Setiap jumat aku harus ke Ruang Dosen di lantai 8, lalu ke kelas di lantai 5, dari situ ke lantai 8 untuk istirahat, lalu pindah ke gedung lain di lantai 3 :D. Kalau hari Kamis, harus ke Ruang Dosen di lantai 3, lalu pindah gedung di lantai 1 (asyik), lalu berikutnya mengajar di lantai 4. Terasa naik ke lantai 4 di bangunan tua yang tangganya dari batu yang sudah tidak rata itu cukup melelahkan. Dan kemarin aku sempat menyadari bahwa pintu keluar dari gedung di lantai 1 itu sempit sehingga sulit menampung mahasiswa yang akan masuk dan keluar. Sempat terpikir, wah kalau ada gempa dan jika panik pasti akan terjadi kecelakaan di pintu itu.

Ah manusia. Kalau ada satu saja yang berubah, dan tidak bisa dipakai, sudah menjadi malas dan sebal. Padahal dulunya sarana itu juga tidak ada kan? Aku juga dulu tinggal di apartemen lantai 4 tanpa lift, dan naik turun tangga biasa aja tuh hehehe.

Tapi yang pasti aku akan berpikir keras bagaimana melewati musim panas yang sebentar lagi datang tanpa AC ya? Soalnya hari ini yang max 28 derajat sudah terasa panas, bagaimana kalau sampai 40 derajat ya?

Tapi aku memang salut pada organisasi/ kantor/ restoran maupun perumahan yang berusaha sedapat mungkin mengadakan penghematan listrik. Meskipun kadang aku masih merasa mereka bisa lebih banyak lagi melalukan penghematan. Misalnya dengan mematikan “jet dryer- mesin pengering tangan” atau “washlet/ bidet”.

Well…. semoga dengan naik turun tangga ini aku bisa turun deh timbangannya 😀