Belajar Berpuisi

9 Feb

Kapan ya kita pertama kali belajar berpuisi? Apakah masih ada puisi/ sajak yang kita ingat sampai saat ini? Yang kita pelajari di SD misalnya?

Aku sendiri lupa kapan persisnya aku belajar puisi. Sudah pasti dalam pelajaran bahasa Indonesia. Memang ada sebuah contoh puisi, lalu kami disuruh menulis puisi pendek, apa saja. Satu-satunya puisi pendek yang aku ingat pernah tulis di SD berjudul Ibuku.

Oh Ibu,
bila kudengar nama itu…. (selanjutnya lupa)

Dan terus terang, puisi yang aku buat bukan original. Ya, aku comot-comot sana sini menjadi satu puisi. Dulu aku punya kebiasaan membuat clipping puisi dan cerpen, sehingga dari situlah aku ambil… (payah banget yah? untung masih kreatif ngga plagiat plek hihihi)

Ada dua puisi penyair terkenal yang aku ingat sampai sekarang. Siapa lagi kalau bukan Chairil Anwar dengan “Aku” nya. Dan satu lagi, sepenggal puisi dengan : Beta Pattirajawane yang dijaga datu-datu cuma satu. Masih karangan Chairil Anwar tahun 1946, dengan judul Cerita buat Dien Tamalea.

Cerita Buat Dien Tamaela

Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satuBeta Pattirajawane
Kikisan laut
Berdarah laut

Beta Pattirajawane
Ketika lahir dibawakan
Datu dayung sampan

Beta Pattirajawane, menjaga hutan pala.
Beta api di pantai. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama.

Dalam sunyi malam ganggang menari
Menurut beta punya tifa,
Pohon pala, badan perawan jadi
Hidup sampai pagi tiba.

Mari menari!
Mari beria!
Mari berlupa!

Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati, gadis kaku
Beta kirim datu-datu!

Beta ada di malam, ada di siang
Irama ganggang dan api membakar pulau….

Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu.

Aku temukan puisi Chairil Anwar ini dalam sebuah buku kumpulan puisi papa yang ada di kamar kerjanya. Waktu itu aku ingat, aku bersikeras ini menghafal sebuah puisi, dan terpilihlah puisi yang ini. Di kamar kerja yang sepi, aku bisa mendeklamasikan puisi itu dengan berapi-api tanpa malu…. maklum deh dulu aku memang benar-benar pemalu. Tapi …. aku yakin waktu itu aku sudah lebih besar dari SD.

Yang aku rasa hebat, semua murid Jepang dapat menghafal puisi-puisi penyair terkenal Jepang yang jumlahnya ratusan. Mereka harus menghafalnya, karena keluar dalam berbagai ujian/ujian masuk sekolah yang lebih tinggi!

Helloooooo sastra Indonesia? rasanya aku ingin malu deh membandingkan dengan sastra Jepang. Ok, memang sejarah Indonesia sebagai suatu negara masih baru. Anggap saja Indonesia masih anak SD yang baru mengenal huruf….hiks. Tapi benar deh, jika sebuah negara ingin maju, haruslah lebih mengenal sastra dan budayanya dengan benar. Bahasa, sastra budaya mutlak diperlukan dalam pembentukan diri.

Sebetulnya tujuan postingan ini hanyalah ingin memberitahukan bahwa anakku Riku, 2 SD, baru saja belajar puisi. Karena penasaran, aku intip, puisi macam apa sih yang diberikan sebagai contoh?  Apakah haiku seperti yang pernah ditulis IndahJuli di sini? Atau puisi modern yang lebih bebas tidak terikat dengan jumlah suku kata.

Mari kita intip puisi yang dipelajari:

Kaeru (Tanikawa Shuntaro)

Kaerukaeru wa
michimachi kaeru
mukaeru kaeru wa
hikkurikaeru

kinoborigaeru wa
kiwo torikaeru
tonosamagaeru wa
kaerumo kaeru

Kaasangaeru wa
Kogaeru kakaeru
tousan gaeru
itsukaeru

terjemahan bebas:

Kodok


Kodok yang pulang
salah jalan
Kodok yang menjemput
terbalik

Kodok yang memanjat pohon
tidak bisa konsentrasi
Kodok buduk besar
kodok-kodok pun pulang

Ibu kodok
Menggendong anak kodok
Bapak kodok
kapan pulang?

Ka no iroiro (Sakata Hiroo)

Ka
Tobu ka
Tobanu ka
Tobanu ka nanka
naidewanai ka
nemui ka
nemurenai ka
yorujuu naiteruka
kawaisouna ka
kawaisou ka
kawaisou dewanaika
kiitemita ka
kiitemo wakaranka
aa soudesu ka


Serba serbi nyamuk

Nyamuk
Nyamuk terbang
Apakah ada nyamuk tak terbang?

Ngantuk
Tidak bisa tidur
Sepanjang malam menangis

Kasihan nyamuk itu
atau tidak apa-apa ya?
Coba kubertanya
Ah, ditanyakan pun tidak mengerti
Begitu ya?

(FYI puisi-puisi ini aslinya ditulis dengan hiragana)

Dua puisi (ada 4 puisi sebenarnya) yang aku tuliskan di atas memang puisi modern, yang lebih menekankan pada permainan bunyi. Seperti cara kita berlatih huruf P dalam bahasa Inggris: Peter piper picked a pack of pickled peppers, how many packs of pickled peppers did peter piper really pick? atau huruf R bahasa Indonesia: Ular melingkar di pinggir pagar bundar.

Dan dua pengarang puisi di atas Tanikawa Shuntaro serta Sakata Hiroo adalah penulis puisi yang terkenal, pengarang Picture Book dan bahkan Sakata Hiroo adalah sastrawan anak-anak. Hampir semua orang Jepang mengenal nama mereka (well suamiku tahu dan memang dia suka sastra).

Tanikawa Shuntaro, 80th.... lihat senyumnya saja ikut senang ya. Ah, aku mau cari karya-karyanya yang lain

Memang Indonesia juga mempunyai penyair puisi/sajak yang terkenal. Tapi karyanya kebanyakan panjang-panjang dan tidak dipopulerkan di kalangan sekolah dasar. Mungkin juga karena isi puisi yang sulit dimengerti anak-anak. Tidak cocok untuk anak-anak karena berbau sosial atau protes terhadap pemerintah. Aku sendiri selalu suka karya W.S. Rendra, puisi mbelingnya Remy Sylado, Sutardji Calzoum, Eka Budianta atau yang paling baru aku kenal Joko Pinurbo (yang karya benar-benar tidak cocok untuk anak-anak alias 17 th ke atas 😀 ) Tapi aku tidak tahu apakah anak-anak SD sekarang kenal sastrawan-sastrwan ini. Atau mungkin saja karena aku tidak tahu kondisi di Indonesia sekarang, jadi tidak tahu puisi apa yang dihafal anak-anak SD Indonesia.

NB: Mohon maaf bagi teman-teman yang memakai blogspot (termasuk Intan rawit) saya tidak bisa menuliskan komentar, ditolak terus, ntah kenapa. Mungkin ada masalah dengan security IP saya atau bagaimana. ntahlah.

30 Replies to “Belajar Berpuisi

  1. 2 minggu lalu si andrew juga disuruh ngafalin puisi. Kaget juga saya, kok anak tk udh disuruh ngafalin puisi. Hehe.

    Cuma 4 baris sih. Tp berhubung andrew kan 1st language nya bukan inggris, jd dia tadinya gak ngerti artinya apa.

    Untungnya bisa juga dia ngafalin puisinya… 🙂

    Nah kan… negara selain Indonesia sudah mengajarkan “sastra” ke anak kecil, jadi pola berpikirnya juga bisa diarahkan untuk mencipta bukan hanya memakai. Meskipun tidak bisa mencipta, bisa juga menilai
    EM

  2. Wah puisi, yang paling saya ingat ya puisi yg judulnya aku binatang jalang atau apa ya? Hehe, lalu kalo jepang ada seiryuu sama haiku yang mirip kayak tembang jawa ada aturan silabi nya.. Salam..

  3. Kembang…
    Merekah dan Menghilang
    Meringkuk dibawah batu dan Besi
    Membusuk diantara Gedung tinggi
    Terhimpit

    Pohon
    Entah kapan bersapa lagi
    Dengan angin dan Burung
    Kering dan tebakar
    Menggelepa Mencari air

    Dua bait puisi tercipta tiba-tiba…. ingin seperti sastrawan itu

    sayang bukan hanya bunga dan Pohon terhimpit jaman, tetapi sastra dan minat pun ikut terseret teknologi

    salam saya mbak EM

  4. kalau puisi yang masih saya hapal lumayan banyak mbak EM, mungkin karena saya semasa SMP sering menang lomba membaca puisi.

    puisi pertama yang saya bacakan untuk lomba di masa SMP adalah PAHLAWAN TAK DIKENAL

    saya tak pernah bisa melupakan puisi itu, rasanya merasuk dalam darah

  5. Kalau tanya soal puisi apalagi sastrawan sama anak Indonesia, gak bakal ada yang bisa jawab mbak, tapi kalo ditanya, ST12, Wali, Kangen Band, D’massive dan band-band alay lainnya, bakalan hafal personel se lagu-lagunya yang paling baru sekalipun… hiks.. miris… 🙁
    *bahkan lagu anak pun mulai hilang di pasaran, apalagi puisi anak? Langka..!! *

    salam sayang mbak.. 🙂

  6. wiih namaku ada dipostingan bu imel..ku tersanjuungg…haha…capek deh..kok bisa yah g anongol padahal biasanya juga bisa yah..hiks2..nangis jaya..
    tentang pengajaran sastra mulai dari TK or SD saya setuju banget bu..di china juga gitu, semua orang hapal puisi2 dari sastrawan ternama. Dan yang paling nyebelin waktu saya lagi ngapalin puisi pendek juga ada temen yang denger dan nyeletuk “waaa…itu mah puisi kami waktu masih SD!” hehe
    semangat deh buat hapalan puisinya riku..jiayouu!

  7. puisi yang kuingat karya Taufik Ismail, (aku bukan penikmat puisi mbak..)
    gara2 terkesan liat cara bacanya, yang dibawakan seorang gadis remaja,
    yang kuingat pun cuma sedikit

    Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
    Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh

    (jadi membayangkan suasana tanah Sumba)…

    si bungsu belum lama ini dari sekolah dapat tugas cari puisi karya Chairil Anwar, dan setelah itu harus buat puisi kaya sendiri

  8. Waktu aku SD juga ada disuruh menghapal puisi-puisi wajib, tapi tidak sampai ratusan sih. Setelah itu waktu SMA baru banyak karya sastra yang harus dihapal.

    Aku juga tidak tahu apa sekarang anak2 Indonesia masih dapat tugas menghapal puisi2 sastrawan?

  9. belajar berpuisi….terasa menenangkan dan ada energi lain ketika membaca puisi-puisi yg sarat dengan muatan cinta dan kasih sayang….
    puisi…adalah rasa yang mengalir 🙂

  10. di indonesia….belajar berpuisi, mengambar kreatif, melukis pemandangan, merupakan kegiatan yang kurang populer di mata guru2 mereka di sekolahannya. Pintar dalam matematika dan IPA baru deh menjadi favorit di mata guru2nya

  11. 🙁 tidak dipopulerkan
    so, for me, im not interested in poems
    wong gurunya aja ga ngajarin dengan excitement kok
    my parents never talked about poems
    i didnt enjoy poems
    but songs, especially which rhymes, i love them
    bangsa ini… sastra nya ga masuk mainstream 🙁
    hebat banget deh anak2 Jepang
    tantepun sbg penikmat jg hebat

    ~LiOnA~

  12. Terus terang, saya sangat pesimis dengan anak muda Indonesia sekarang dapat mencintai sastra bangsanya sendiri. Kehidupan modern mereka semakin membuat mereka menjauh dari hal itu. Bahkan, kecendrungan untuk berbahasa campur-campur antara Indonesia-Inggris menjadi trend yang menandai modernisasi itu. Hal ini tentu saja akan memustahilkan mereka bisa berbahasa dan bersastra Indonesia dengan baik, apalagi mampu menghafal karya-karya para pujangga itu.

    Sedih sekali rasanya… 🙁

  13. hm…
    tapi dulu saya ingat lho ketika masih kelas 4 SD, guru bahasa Indonesia saya memberi tugas untuk menghafal puisi dan mereview puisi yang kami hafal. tentu saja review yang terbatas dengan pemahaman anak SD ya mbak..

    dan saya ingat,
    waktu itu saya pilih Puisi Chairil Anwar (Krawang Bekasi)

    ohya, puisi tentang kodok nya lucu,,, Bapak Kodok, kapan pulang?? 🙂

  14. ngintipin pelajaran Bahasa Rizky yg seumuran Riku, ngga ada puisi kayaknya paling-paling teks pendek, aku ingat dulu waktu SD sekitar ke las 5-6 baru kita dapat pelajaran puisi Chairil Anwar, Kerawang Bekasi yang selalu di deklamasikan bila acara 17-an. Aku penikmat dan suka bikin puisi, zamannya masih Abege, apa yg kurasakan pasti kubuat puisi kadang lebay melambai, kadang saklek pendek-pendek tergantung suasana hati, sampe-sampe aku punya buku puisi sendiri, setelah bisa BahasaInggris suka juga bikin pake Bahasa inggris. Kadang kalo ada sahabatku yang ulang tahun atau lahiran anak merried kadang kukasih kado puisi. Tapi satu bait puisi Chairil Anwar yg kusuka banget….Aku ini si binatang jalang dari kumpulannya terbuang…” wow…maut banget ini kata-katanya, aku banget….hihihi…selain Chairil aku suka banget puisi Sapardi Joko Darmono.

  15. saya suka membaca puisi karena susunan katanya begitu indah.
    Namun saya tak bisa menulis puisi dengan benar, paling puisi ngetril aja.
    Ternyata Ibu pandai juga ya menulis puisi bahasa Jepang
    Terima kasih ya jeng blog saya sudah berada di blogroll.

    Salam hangat dari Surabaya

  16. puisinya lucu ya mbak. lucu kreatif. kalau di sini kok kesannya puisi lebih untuk orang dewasa ya? itu kesanku sih… puisi utk anak2 rasanya jarang kudengar (atau aku saja yg tidak gaul dg dunia anak2?)

    aku setuju kalau bangsa mau maju, memang mesti belajar sastra & budaya. untuk mengasah hati kali ya? tapi di sini penekanan utk belajar sastra dan budaya menurutku masih kurang.

  17. Setau saya …
    Anak-anak SD di Indonesia diajarkan untuk menulis Puisinya sendiri …
    temanya biasanya memang tentang hal-hal disekitar kita …
    dan ya … tentang Ibu adalah topik yang paling banyak …

    tentang banjir
    tentang pengemis
    tentang Ibadah dan yang sejenisnya …

    Dan memang …
    Setau saya … mereka tidak diajarkan untuk menghafal puisi dari tokoh terkenal … mungkin karena keterbatasan Puisi yang cocok untuk anak-anak …

    Dan saya setuju sekali …
    Untuk membangun karakter halus suatu bangsa …
    Memang seharusnya Seni … (entah itu Sastra, Gambar, Musik atau yang lainnya) harus diajarkan sejak dini … kalaupun tidak diajarkan secara formal … tetapi paling tidak di beri ruang seluas-luasnya dalam bentuk kegiatan ektra kurikuler dan yang semacamnya

    salam saya EM

  18. Ini termasuk hal yang paling sulit saya lakukan.
    Saat SMA disuruh tugas membuat puisi, stres berat, akhirnya minta tolong kaka sepupuku.
    Ehh si kaka ini barusan patah hati, jadilah puisinya sendu…habis deh diketawain teman-teman…ditanya-tanya, patah hati sama siapa? Hahaha

    Entah jika saya dapat pelajaran membaca puisi dan membuat puisi sejak SD, akankah kemampuan ini terasah?

  19. karena di Indo pelajaran yang dianggap hebat itu matematika, ipa, yang kayak gitu koq rasanya gag dipentingin ya…, mungkin guru indo mesti belajar dari guru-guru di Jepang dech tan… 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *