Weleh emang selain obat dan penyakit, Rumah Sakit bisa kasih oleh-oleh apa? Ya, hari ini saya mau menuliskan sesuatu yang saya dapatkan dari Rumah Sakit.
Setiap Rumah Sakit (bahkan Puskesmas) di sini, untuk bagian anak pasti menyediakan sebuah rak buku. Kadang ada yang menyediakan ruang untuk bermain, kalau memungkinkan, tapi kalau Rumah Sakit yang sempit paling sedikit ada satu rak buku berisi bermacam-macam picture book. Nah, saya senang membacakan bermacam-macam Picture Book kepada anak-anak saya, sambil melihat judul-judul yang ada. Wahhh memang Jepang surganya Picture Book deh, segala topik bisa dijadikan buku bergambar.
Saya memang pernah membaca dari jurnal mengenai Picture Book, tentang macam-macam tema PB dari untuk anak-anak sampai orang dewasa. Dan saya rasa tema-tema yang amat sederhana untuk anak-anak itu menarik sekali. Sesuatu yang jorok atau tabu dibicarakan di Indonesia bisa dikemas menjadi menarik, dan di dalamnya diselipkan “pengetahuan” yang pasti tidak akan bisa masuk kepala jika diberikan di kelas. Karena diberikan dalam PB, bisa langsung dimengerti. Misalnya karena pernah membaca buku Kasabuta, Riku tahu kenapa keropeng itu terbentuk dan menjelaskannya pada saya setiap dia jatuh.
Inilah buku-buku Picture Book yang pernah saya temukan di Rumah Sakit selama menunggu giliran.(Baik yang kemarin waktu ke RS maupun yang dulu-dulu yang pernah saya rekam dalam kamera HP saya)
PB berjudul Hana no ana no hanashi, Cerita tentang Lubang Hidung, karangan Yagyu Genichiro. Dipenuhi dengan gambar yang lucu dan menarik, dan juga dijelaskan bagaimana terjadinya kotoran hidung atau upil.
PB hahaha no hanashi, “Cerita mengenai Gigi“, karangan Kako Satoshi. Seorang penulis Picture Book, yang pernah saya bahas dalam postingan “Anda Tahu PLTA Cirata“. Apa yang menyebabkan gigi berlubang dan sakit dijelaskan dalam gambar sehingga mudah dicerna oleh anak-anak.
Kedua Picture Book di atas mungkin masih “sopan”. Nah berikut tema yang mungkin akan dibilang…. iiiih imelda jorooookkk. hehhee Tapi manusiawi sekali, dan dengan bantuan PB ini malah orang tua akan mudah menjelaskan pada anak-anak.
Picture Book terjemahan dari bahasa Jerman, judul bahasa Jepangnya, Unchi shitanowa dareyo, “Siapa yang Berak”. Dengan buku ini, anak-anak bisa tahu bagaimana bentuk kotoran binatang yang berbeda-beda tentunya. Karena biasanya anak-anak tidak ada kesempatan melihat kotoran hewan secara langsung kan? Saya ingat dulu kalau minum jamu pil yang harus diminum 10 biji sekaligus, pasti ingat kotorannya kambing deh.
Buku ini masih membicarakan soal kotoran, tapi digambar asli oleh orang Jepang yang bernama Gomi Taro, seorang penulis PB yang terkenal. Buku yang berjudul Minna Unchi (1977), “Semua berak” itu sudah diterjemahkan dalam banyak bahasa. Ya, buang air memang wajar dilakukan semua orang dan binatang.
Sebuah Picture Book lagi dengan tema ‘jorok’ karangan Cho Shinta berjudul ONARA, “Kentut”. Saya sudah lupa isinya bagaimana tapi cukup menarik.
Sayang saya belum bertemu PB tentang “kencing” karena ternyata waktu saya browsing, ada sekitar 60 buku yang menceritakan tentang membuang kotoran, tapi terbanyak memang mengenai buang air besar. BAK nya sedikit. Padahal saya pikir perlu sekali. Saya ingat, waktu toilet training untuk Riku, amat sulit. Karena dia melihat saya ke WC duduk…jadi sampai umur 3 tahun dia selalu duduk di wc rumah. Nah karena akan masuk TK di usia 4, saya buru-buru memberitahukan dia bahwa laki-laki harus berdiri, dan sambil memarahi papanya, menyuruh papanya mengajarkan cara kencing ala laki-laki yang benar. Kelihatannya sepele, tapi hal ini penting loh.
Jadi hampir tidak ada tabu dalam picture book di Jepang, semua bisa menjadi bahan untuk menulis PB. Saya tidak tahu apakah di Indonesia ada pengarang PB yang berani menulis hal-hal seperti ini. Kalau terjemahan mungkin ada ya….
Nah, posting hari ini saya tutup dengan foto Kai yang membacakan buku untuk Riku. Biasanya kebalikan kan? Tapi tadi pagi waktu saya menyuruh Riku ke sekolah, dia masih mengeluh persendian sakit, dan sempat muntah karena batuk. Yah terpaksa saya meliburkan dia lagi, daripada dia belum sembuh benar ke sekolah dan menerima virus influenza. Malah lebih gawat lagi deh. Dan dengan demikian saya juga terpaksa minta ijin tidak mengajar hari ini (untung kemarin universitasnya yang libur karena ulang tahun pendirian Univ Waseda, jadi tidak perlu minta ijin). Saya kasih tahu Kai, “Kakak sakit, musti bobo”. Lalu dia mengambil buku (dan lucunya kenapa ambil Bible bergambar dan tebal hihihi) lalu dia membacakan untuk Riku. Bunyinya, ” Aaa u u u aa ooo ….. ” Jelas saja, dia belum bisa baca kok. Lagaknya aja tuh ….hihihihi.