Kurang apa lagi?

31 Jan

Tadi malam tidak seperti biasanya, Kai tidur duluan. Dan tidak biasanya juga, saya tidak ikut tertidur. Waktu keluar dari kamar, saya lihat  Riku sedang belajar menulis dengan papanya. Berkali-kali dia disuruh latihan tulis hiragana A. Memang hiragana A あdan O お hampir mirip (menurut orang Jepang sih ngga, menurut saya iya hehehe) . Rupanya dia disuruh gurunya untuk menuliskan kesan-kesan bersekolah di TK. Dan sebisa mungkin ditulis sendiri. Jadi papanya kasih latihan khusus. Saya juga sempat kena tegur karena salah urutan menulis hiragana. Karena setiap urutan ada maknanya yang membuat bentuk huruf itu balance. Ada 1-2 kata yang memang saya tahu salah karena urutannya salah. Pikir saya dulu, toh yang penting hasilnya sama! (tapi di Jepang ngga bisa loh punya pandangan seperti ini…. susah ya jadi orang Jepang — makanya gue ngga mau  jadi orang jepang hihihi)

Setelah selesai menulis kesannya, Riku mau menggambar tapi sekali lagi dimarahi papanya. Buang kertas! Memang Riku boros kertas, karena hanya pakai satu sisi saja, dan tidak penuh. Dia tahu di mana saya simpan kertas untuk printer, sehingga dia suka ambil sendiri. Dan biasanya pas saya mau pake nge-print kertasnya sudah habis…. huh memang anak-anak! hehehe.Tapi saya tidak pernah marah soal kertas, kecuali kalau dia serakkan kertas di mana-mana. Saya tidak mau mematikan kreativitas dia menulis/menggambar. Tapi papanya tidak berpikiran seperti saya. Jadi saya beri Riku bekas kertas yang sisi satunya ada hasil cetakan print, supaya dia bisa pakai sisi yang masih kosong.

Tiba-tiba Gen panggil saya, dan bilang…. “LIhat Riku menggambar free-hand… hebat… aku dulu ngga bisa loh.” “Pasti anakku ini nanti masuk teknik” Anakmu? Anakku lah hehhehe. (iya…iya… anak berdua). Tapi Riku memang masih menggambar orang berupa kerangka, belum berbadan, padahal banyak temannya sudah bagus gambarnya. Well aku tidak mau membanding-bandingkan dengan anak lain, biar saja. Saat itu Riku menggambar sebuah bangunan dengan banyak kamar. Ada lift, ada tangga, lalu di setiap kamarnya ada kegiatan. Masing-masing kamar berbeda. Ada yang membeli jus di vending machine. Ada yang sedang melihat pameran lukisan, Ada yang duduk di meja dll. Dia jelaskan semua pada kami berdua.

Atau dia menggambar sebuah rumah sakit berbaling-baling. Katanya supaya jika ada orang yang tidak bisa pergi ke RS, RS nya yang terbang ke orang itu. Gen selalu kagum dengan kemampuan Riku mengingat sesuatu, baik itu film, tempat, perkataan atau peristiwa (Anakku hehhehe). Karena pagi harinya Gen menjelaskan mengenai Flying Doctor, Dokter helicopter yang menjadi topik dalam berita di TV. Jadi Dokter-dokter itu naik helicopter menuju tempat korban/pasien kemudian membawa pasien yang tinggal di tempat terpencil itu dengan helicopter. Penjelasan itu sekarang dia pakai untuk menjelaskan Rumah Sakit Terbang nya  itu.

Kami bertiga mengelilingi meja makan. Melihat Riku yang enjoy menggambar,  lalu sambil bercakap-cakap, sambil menghirup teh panas kemi melewatkan waktu bersama. Sambil menonton TV yang beritanya tentang PHK pabrik NEC yang sekian banyak itu. Lalu mengenai pesumo yang ditangkap karena membawa ganja. Dan dalam kehidupan nyata, saya juga tahu beberapa teman yang sedang berjuang melawan penyakit yang mengancam jiwanya. Atau teman yang kehilangan pekerjaannya…… Sedangkan kami di sini masih bisa mempunyai waktu nyaman ini bersama. Masih bisa makan makanan yang hangat tadi. Masih ada pemanas di dalam rumah yang menghangatkan musim dingin. Masih ada listrik yang menerangi sehingga Riku bisa menggambar, Gen bisa baca buku, dan aku bisa blogging. Kami mempunyai dua anak yang “manis” (kecuali kalau berkelahi dan berantakin rumah hehehe). Dan coba lihat anakku ini:

(Kiri Kai kemarin — Kanan Riku seumuran Kai di jkarta)

Kurang apa lagi coba?

Tuhan kusyukuri nikmat yang Engkau berikan pada keluarga kami.

Praise the Lord.