Hatsumode – Sembahyang pertama

1 Jan

Tadi malam, kami tidak sempat mengikuti pergantian tahun lewat televisiNHK yang sedang menyiarkan acara “rutin” tahun baru Kohaku Uta Gassen 紅白歌合戦 (Kompetisi Lagu Merah-Putih) — sebuah kompetisi penyanyi kelompok pria (putih) dan kelompok wanita (merah). Kami juga mendengar tanda pergantian tahun yang dibunyikan dari kapal Hikawamaru di pelabuhan Yokohama. Juga tidak mendengar bunyi Joya no Kane 除夜の鐘, lonceng kuil Buddha yang dibunyikan sebanyak 108 kali. Angka ini merupakan perlambang dari dosa-dosa/nafsu manusia (bonno 煩悩).

Jadi setelah kami mandi/berendam di ofuro serta goro-goro malas-malasan, sekitar jam 12:30, saya, Gen, Riku dan Kai keluar rumah jalan-jalan. Tujuannya hatsumoude 初詣 ke kuil Jinja dekat rumah yokohama. Rumah mertua (selanjutnya saya bilang rumah kami saja, bahasa jepangnya JIKKA 実家 rumah asal, karena kelak kami akan menempati rumah itu secara turun temurun)  terletak di daerah perbukitan. Jadi kami harus melewati jalan naik turun tanjakan yang tidak terhitung jumlahnya. Untung pergi dengan Gen, kalau tidak saya harus menggendong baby car naik-turun tangga…. ogah deh… Yang pasti jangan coba-coba naik sepeda deh di sini.

(Ada rumah yang memasang bendera Nipponmaru, bendera Jepang menyambut tahun baru, kanan adalah penunjuk jalan menuju jinja Takada Tenmanggu)

*********************

Sampailah kita di Takada Tenmanggu, dan waktu melihat antrian… hmmm kami pikir tidak begitu panjang antriannya. Saya membeli Hamaya 破魔矢 (Panah mengusir kemalangan) untuk tahun 2009. Biasanya orang Jepang akan menaruh panah ini sebagai hiasan dinding. Waktu kami masuk ke komplek kuil jinja ini juga terdapat sebuah pembakaran Hamaya dan perhiasan tahun baru dari tahun yang telah lewat. Lumayan juga dnegan adanya pembakaran ini maka udara di sekitar tempat itu menjadi hangat.

*****************

Ternyata antrian yang kami kira pendek, lumayan panjang sampai ke tangga yang menuju ke lembah. Jadi Gen yang antri terlebih dahulu, saya dan anak-anak menunggu di dekat api dan yang terang terkena sinar matahari. Jika berada di bawah bayangan terasa sekali dinginnya udara luar.  Tadi sebelum pergi, Ta-chan bilang di luar hanya 10 derajat.

Sambil menunggu, saya memperhatikan orang-orang yang datang untuk hatsumode. Banyak pasangan muda yang bapaknya menggendong bayi yang terbungkus dengan baju tebal. Tapi ada satu pasangan manula yang menarik perhatian saya. Bapaknya pakai kimono untuk pria, dan wanitanya tentu juga memakai kimono…. kimononya berwarna hijau tua dengan obi (ikat pinggang) berwarna emas…. wah warna emas itu membuat saya tidak bisa melepaskan pandangan saya dari pasangan itu. Saya ikuti semua gerakan mereka, termasuk waktu mereka membeli omikuji おみくじ undian peruntungan.

(Pasangan manula yang menarik perhatian saya, kanan omikuji Riku yang artinya Untung Besar)

*********

Tak lama Gen sudah mencapai ke dekat tempat kami menunggu, jadi kami bergabung untuk ikut antri. Di pintu masuk JInja terdapat tiga lonceng besar dan sebuah kotak persembahan. Biasanya kami memberikan uang logam 5 yen atau 50 yen (yang berlubang itu) sebagai persembahan. Kemudian kami akan menggoyangkan lonceng dengan tali itu, dan menepuk tangan, serta menunduk. Selesailah doa cara shinto. Tapi saya agak kaget waktu akan kembali ke  arah datang, ternyata  di sebelah saya berdiri seorang Kannushi 神主 (pendeta Shinto). Duh sayang sekali tidak bisa berfoto bersama (dasar mikirnya foto mulu hihihi).

(Biasanya omikuji yang tidak begitu bagus diikat pada tali yang ada di jinja tersebut)

**********

Lalu kami membeli omikuji, undian keberuntungan. Dan Riku mendapat Daikichi 大吉 (Keuntungan Besar). Semoga benar ya Riku heheheh. Di samping pintu Jinja itu juga terdapat daftar tahun sial bagi orang-orang yang lahir tahun tertentu. Tahun ini adalah tahun sial untuk laki-laki yang lahir di tahun 1985, 1968 dan 1949 dan untuk perempuan bagi mereka yang lahir di tahun 1991, 1977 dan 1973. Dan untuk mereka yang memasuki tahun sial, biasanya akan membeli jimat penolak bala di jinja.

(kimono girls , kanan di depan kuil buddha– loncengnya berbentuk gong)

********

Dalam perjalanan pulang, kami melihat dua anak perempuan memakai kimono. hmmm memang lain ya kalau punya anak perempuan (tapi saya tidak ngiri bahwa anak saya laki-laki saja… karena… saya tetap yang tercantik di rumah saya hahahaha). Kami kemudian berjalan menuju kuil buddha yang berada dekat dengan jinja. Memang orang yang pergi ke kuil buddha untuk berdoa sedikit. Tapi dengan berdoa ke sini, saya mendapat kesempatan untuk ikut membunyikan lonceng besar kuil… wow… (saya ingat di hiroshima juga pernah tapi tidak boleh sampai bunyi…hanya untuk ambil foto saja). Meskipun sedikit yang antri untuk membunyikan lonceng kuil ini sebentar-sebentar terdengar bunyi lonceng …sungguh terdengar mistis.

Kami pulang melewati SD tempat dulu Gen bersekolah. Tahun ini SD Takada menyambut ulang tahun ke 134 tahun. Sedangkan SD Shakujidai, tempat Riku nanti bersekolah bulan April baru 33 tahun. Hmmm SD yang bersejarah.  Dengan melewati ladang penduduk, kami kembali pulang ke rumah kami, sementara Kai tidur terus sejak kami berdoa di Jinja tadi….

Happy New Year from us

1 Jan

Akemashite omedetougozaimasu.
Sakunenwa iro iro osewaninarimashita
Kotoshimo yoroshikuonegaishimasu.

Heisei 21 (2009)

Miyashita Gen-Imelda-Riku-Kai

(kartu Tahun Baru kali ini jimi bener deh… warnanya kurang meriah hihihi. Ketahuan banget lagi males desain)

Kemarin malam kami sampai di rumah mertua “hanya” 45 menit dari rumah kami. Biasanya kalau macet bisa smapai 1,5 jam tapi jalan benar-benar sepi. Kebanyakan orang Tokyo mudik ke kampung halamannya. Dan untung kampung halamannya Gen dekat, Yokohama.

Jam 6 sore kami sampai, dan jam 7 mulai makan malam…. Tentu saja diawali dengan Kampai, sebotol sake 1,7 liter buatan Koshino kanbai (produksi Prefektur Niigata) dan 700 ml Masumi Arabashiri (produksi Prefektur Nagano).

Biasa sambil kampai kita menyebutkan “Kampai”, tapi khusus untuk menutup tahun , kita mengatakan “Yoi otoshiwo” singkatan dari Yoi otoshi wo omukaekudasai よいお年をお迎えください artinya Selamat menyambut tahun yang baik.

Kai juga sudah bisa bersahabat dengan Ta-chan panggilan untuk ojiisannya. Entah kenapa sejak dia lahir, selalu menangis kalau bertemu Ta-chan. Tapi kemarin malam dia sudah bisa ber hahahihi denga Ta-chan. Dia sudah mengerti bahwa dia harus menghormati pemimpinnya Miyashita Clan.

hidangan laut yang mewah karena mahal, atas Karasumi からすみ(telur Ikan Bora), Uni うに(sea urchin) dan Awabi アワビ(abalone) . Biasanya saya tidak suka abalone karena keras tapi ini direbus dan lembut sekali.

Rencananya sih sesudah minum dan makan “appetizer”, akan dilanjutkan dengan sukiyaki sekitar jam 10 malam, dan ditutup dengan toshikoshi soba 年越しそば(mie pergantian tahun”. Tapi rencana tinggal rencana, karena belum jam 9 malam, semua sudah teler….alias mabok…dan mengantuk. Jadi semua pergi ke tempat tidur masing-masing tanpa makan sukiyaki dan soba.

Kira0kira jam 2:30 pagi saya sempat bangun, turun ke lantai bawah dan membuka komputer hubungkan dengan internet untuk membaca komentar di blog. Tapi tiba-tiba Riku ikut turun dan menghampiri aku… “Mama bobo sama-sama yuuk”.  Akhirnya aku kembali lagi ke kamar dan tidur di sebelah Riku. Rupanya dia mau manja-manja sama mamanya hehehe. Sambil aku liatin mukanya Riku, aku juga pikir tak lama lagi dia akan menjadi dewasa … atto iu ma あっという間(sekejap mata)  tahu-tahu dia sudah SD bulan April ini. I love you kid. Aishiteiru yo. Sambil peluk dia aku tertidur, sampai Kai terbangun jam 5 pagi minta minum.

Sebelum makan pagi, kami melakukan ritual upacara Tahun baru yaitu berdoa memohon perlindungan dewa-dewa Jepang dari Ise Jingu di depan Kamidana 神棚(altar Shinto) dengan memberikan sedikit sesajen berupa mochi (seharusnya ozouni お雑煮), omiki お神酒 (sake), dan wakamizu 若水(air pertama yang diambil pada hari gantan -元旦- hari tahun baru).  Caranya (Untuk berdoa di jinja pun sama): dua kali membungkuk, 2 kali tepuk tangan dan satu kali membungkuk. Kamidana selalu terletak di atas. Setelah itu mohon perlindungan leluhur di depan butsudan 仏壇 (altar Buddha) , dengan membakar okou 御香. Kalau di depan butsudan, menyalakan incense stick (Okou), memukul cawan besi sehingga mengeluarkan bunyi denting (seperti memanggil arwah), mengatupkan kedua tangan  lalu membungkuk. Jadi kalau berdoa di kuil Buddha juga tidak ada tepuk tangan.

Sesudah ritual selesai baru kami makan pagi bersama. Dan biasanya diawali dengan otoso (sake khusus ) tapi karena tidak ada, dengan sake biasa saja Oosouri 大沢里(produksi prefektur Shizuoka).  Semestinya kita makan osechi ryouri, tapi karena dalam suasana berkabung, kami makan makanan tahun baru yang tidak dihias, seperti kacang-kacangan, telur ikan, salada, dan kamaboko (bakso ikan) berwarna merah putih  dan telur. Warna tahun baru adalah merah putih (warna bahagia)

Selesai makan pagi baru jam 10 pagi, padahal hari masih panjang ………