Angka bagus dan garam

11 Jan
Kagamimochi, hiasan untuk Tahun baru
Kagamimochi, hiasan untuk Tahun baru

Apa hubungannya sih angka bagus dengan garam. Ya menurut saya hari ini 11 Januari adalah angka bagus. Apalagi nanti di tahun 2011, jadi berderet kan 11-1-11 …. Di tanggalan Jepang saya lihat hari ini adalah peringatan Kagamibiraki untuk beberapa daerah, karena ada yang tanggal 4 atau ada pula yang tanggal 20. Kagamibiraki itu apa? Osonaemochi atau Kagamimochi yang bertumpuk dua yang dipakai sebagai hiasan di tahun baru Jepang itu, dibuka/dibelah dan dibuat masakan. Jenis masakan biasanya macam-macam… dibakar, atau masukkan dalam sup, atau sebagai dessert yaitu oshiruko. Sebetulnya mochi itu enak juga sih, cuman kadang saya merasa malas makan karena lengket di gigi dan sulit habis dikunyah.

Kalau lihat bayangin apa ayo? Es kacang Merahnya Beautika/restoran Manado lainnya, dengan durian di atasnya hmmmm yummy. Tapi Oshiroku adalah kacang merah manis dan diberi mochi berbentuk pasta
Kalau lihat bayangin apa ayo? Es kacang Merahnya Beautika/restoran Manado lainnya, dengan durian di atasnya hmmmm yummy. Tapi Oshiroku adalah kacang merah manis dan diberi mochi berbentuk pasta dan selalu dihidangkan panas

Dan satu lagi peringatan untuk hari ini adalah Hari Garam. Hmmm penting nih. Garam dalam kehidupan manusia adalah mutlak, tidak bisa tidak. Hari ini ditetapkan menjadi hari garam karena pada tanggal 11 Januari 1569 (perhitungan tahun kuno), daimyo Uesugi Kenshin mengirimkan garam kepada musuhnya Takeda Shingen. Suatu taktik politik yang jitu, karena musuh sangat membutuhkan garam. Uesugi Kenshin memang seorang tokoh sejarah yang terkenal dengan keberaniannya. Waktu kami pergi ke Sendai, sempat pergi ke puri peninggalan Uesugi ini.

Drama Sejarah Tenchijin yang menceritakan tentang Naoe Kanetsugu
Drama Sejarah Tenchijin yang menceritakan tentang Naoe Kanetsugu

Dan kebetulan sekali tahun 2009, NHK memutar drama sejarah Jepang yang menceritakan tentang Daimyo Uesugi Kenshin dan pengikutnya Naoe Kanetsugu berjudul Tenchijin. (Drama sejarah Jepang ini banyak loh penggemarnya. Saya ngga kebayang tuh misalnya TVRI membuat drama sejarah Majapahit misalnya, terus banyak yang menonton. Orang Indonesia memang masih kurang rasa cinta sejarah dan nasionalismenya ya. Meskipun mungkin sulit membuat drama sejarah karena biayanya pasti besar untuk pakaian, setting, dan penelitian kebiasaan mereka) Pemeran Uesugi Kenshin dalam drama TV ini adalah Abe Hiroshi…. wah aktor ini keren bener deh. Termasuk salah satu aktor favorit aku. Lahir tahun 1964 dengan tinggi lebih dari 189 cm. Kakko ii….

Abe Hiroshi pemeran Uesugi Kenshin dalam drama sejarah Tenchijin. Eh Kimiyo, sekilas dia mirip dosen kita ngga ya?
Abe Hiroshi pemeran Uesugi Kenshin dalam drama sejarah Tenchijin. Eh Kimiyo, sekilas dia mirip dosen kita ngga ya? (Ngga berani tulis namanya di sini nanti kalo dia baca malu hehehhe)

Betapa pentingnya Garam sampai dipakai dalam politik bernegara juga. Waktu baca-baca tentang garam ini, aku baru tahu bahwa dulu di Jepang yang memegang hak penjualan garam adalah Japan Tobacco. Baru kemudian baru tahun 1997 dibuat pusat penjualan garam baru yang terlepas dari Japan Tobacco itu. Pantesan aku pernah lewat dan baca ada Museum Rokok dan Garam di Shibuya (Tobacco and Salt Museum)  dan selalu heran kenapa musti bareng sih rokok dan garam. Rupanya karena JT yang pegang hak penjualan garam di Jepang.

Garam selain dipakai menimbulkan rasa asin pada makanan sebetulnya dipakai untuk apa saja sih? Di Jepang garam mempunyai fungsi menyucikan. Garam dipakai sebagai salah satu persembahan dalam agama Shinto. Selain itu sesudah kita menghadiri upacara pemakaman , sebelum memasuki rumah di atas kepala/baju ditaburkan garam (Saya rasa kebiasaan ini juga ada di Indonesia ya). Garam juga ditaburkan pada tempat pertandingan sumo sebagai penyuci.

Well dalam agama Kristen ada pernyataan, “Jadilah garam dan terang dunia!” Sudahkah saya? ….. (merenung dan berusaha)

All of you!

11 Jan

Saya teringat lagu ini, waktu saya baca sepenggal kata “All of You” dalam buku Randy Pausch, seorang profesor ilmu komputer di Universitas Carnegie Mellon, berjudul “The Last Lecture”. Randy mengidap penyakit kanker pankreas dan memberikan sebuah kuliah terakhir yang kemudian dibukukan. Untuk keterangan lengkap mengenai bukunya, silakan baca ulasan buku ini dari Bapak Oemar dan Bang Hery.

“All of You” adalah sebuah lagu yang dinyanyikan penyanyi kesayangan saya (masa bodo mau dibilang jadul kek, oldefo kek hihihi) Julio Iglesias berduet dengan Diana Ross.

(T. Renis/J. Iglesias/C. Weil)

I’ve never had this feeling before
I’ve never wanted anyone more
And something in your eyes tells me
You feel the way that I do
(I feel like you do)

If you would like to stay here all night
You know that I would say
It’s all right
‘Though I’m saying yes
I confess
I’ve got more on my mind
‘Cause I want more of you
Than your time

All of you, your body and soul
Every kind of love you can express
All the secret dreams you’ve never told
I want everything
And I’ll take nothing less
All of you as long as you live
Everything you’ve never shared before
I want all of you that you can give
All your joys and all your sorrows
Your todays and your tomorrows

How I long to feel the warmth of your touch
And then if I’m not asking too much
I’d like to spend my life wand’ring through
All the wonders of you

And when we’re lying close in the dark
So close I feel each beat of your heart
I want you to reveal what you feel
All you hold deep inside
There is nothing I want you to hide

All of you, your body and soul
Everything you want this love to be
I want all of you
All that you can give
And in return for all your giving
Let me give you all of me

All of you, your body and soul
Every kind of love you can express
All the secret dreams you’ve never told
I want everything (everything) everything
All of you as long as you live
(As long as you live)
Everything you want this love to be
I want all of you
All that you can give
In return (in return) I wanna give you

All your joys and all your sorrows…. Your todays and your tomorrows. Tentu saja kita ingin selalu bersama pasangan kita, dan mungkin jika kita mengetahui bahwa waktu kita hidup di dunia ini terbatas, kita hanya ingin berduaan saja dengan dia. Menutup pintu dunia, mengurung diri berdua dengan yang kita cintai melewati masa yang kita tahu akan segera habis. Membangun cinta yang bisa mengalahkan ketakutan menyongsong kematian…. Mau membayangkannya? Pasti banyak judul film yang bisa diberikan untuk menggambarkan perasaan seperti itu. Tapi satu film yang saya ingat saya pernah tonton (untuk seorang yang tidak suka menonton film seperti saya, pengetahuan judul film amat terbatas) adalah film Dying Young, yang dibintangi Julia Roberts. Yang pasti banjir air mata, dan tidak mau nonton lagi untuk kedua kali (saya setuju pendapat Bu Enny, film haruslah menghibur bukan membuat kita sedih).

Nah, Si Randy dalam bukunya “The Last Lecture” ini juga menuliskan bahwa seharusnya dia menghabiskan sisa waktu hidupnya yang tinggal sedikit akibat digerogoti kanker pankreas itu bersama istri dan keluarganya, bukan menghabiskan waktu (memang tidak semua waktu) untuk mempersiapkan sebuah kuliah terakhir. Yang rencananya kuliah itu diadakan sehari setelah ulang tahun istrinya (karena makan waktu untuk pergi ke tempat memberikan kuliah itu jadi pada hari ulang tahun istrinya dia sudah harus pergi)! Bisa bayangkan tidak? Sementara si istri yang mengharapkan bisa menikmati hari ulang tahun terakhirnya bersama suami, dia harus merelakan waktu berharga itu supaya Randy bisa memberikan kuliah terakhir kepada 400 orang yang berkumpul untuk mendengarkan kuliah suaminya. Well, saya juga dosen, saya juga seorang istri dan ibu… apakah saya akan berbuat seperti Randy? Apakah Gen mau merelakan saya misalnya mengadakan kuliah terakhir saya (kayaknya sih ngga hehehe). Tapi apakah saya mau merelakan Gen misalnya menjalankan tugas pekerjaannya padahal saya tahu waktu akhir itu berdengung terus? Well I know I have to… karena hidup seseorang bukan hanya dengan pasangan hidupnya saja. Meskipun kita sudah berjanji sehidup semati, bukan berarti kita harus “nempel” terus tanpa memberikan kesempatan pada dia untuk juga menikmati akhir hidupnya. Tapi mungkin saya akan sulit untuk bisa menerima seandainya dia bilang, “Aku ingin pergi mengembara sendiri akeliling dunia dan menjemput kematianku sendirian entah di gunung, lembah atau pantai….” (kayaknya ada juga kan orang yang begitu …)

Buku “The Last Lecture” memang membuat saya berpikir. Ya, berpikir tentang waktu, tentang pekerjaan, tentang keluarga dan tentang cita-cita. Saya memang sempat menangis di beberapa cerita awalnya, tetapi setelah sampai bagian sharing pengalaman hidup pekerjaannya, saya malah enjoy, ikut tertawa dan meresapkan dalam hati. Bahkan saya jadi bertanya terus apa sih sebetulnya mimpi saya itu karena isi kuliahnya itu memang bertajuk “Really Achieving Your Childhood Dream”. Nah kalau tidak punya ‘mimpi’ waktu kecil gimana dong? Tapi apakah benar saya tidak punya ‘mimpi’ waktu kecil seperti yang selalu saya katakan?

Ada banyak point yang memang saya catat, misalnya “Dont complain just work harder”, “Look for the best in everybody”, “Watch what they do, not what they say” , “Never give up” , “Sometimes all you have to do is ask, and it can lead to all your dreams coming true” dll, dll, yang kalau lihat sekilas seperti nasehat yang membosankan dan sudah basi. Tetapi kisahnya dalam masing-masing judul itu memang menarik, dan saya menyadari dia bisa menulis seperti ini karena dia memang sudah banyak pengalaman. Ladang kerjanya kaliber dunia! Apalah saya ini? Tapi di antara sekian banyak tajuk, ada dua kisah yang sangat berkesan bagi saya yaitu, yang pertama adalah “All you have is what you bring with you… so be prepared” .

Ceritanya tentang bahwa dia selalu membawa uang tunai 200 dollar (well kalau tidak ada duitnya gimana ya?) Tapi ini saya rasa benar sekali. Waktu pertama kali datang ke Jepang dan sedang sightseeing (1989 an), saya heran sempai (kakak kelas) saya yang memang sedang belajar di Jepang bilang tiba-tiba, “TUnggu di sini, saya mau ambil uang di ATM dulu” Ternyata baru saya sadari bahwa orang Jepang jarang membawa uang tunai banyak. Mereka baru mengambil uang di ATM jika perlu, karena ATM ada di mana-mana. Waktu jaman itu di Jakarta mana ada ATM. Tapi seandainya ATM nya rusak? atau ada perbaikan dalam jaringan komputernya seperti yang akhir-akhir terjadi pada bank saya? Atau misalnya terjadi gempa besar, tidak  bisa ambil uang di bank?

Ceritanya mengenai Norman Meyrowitz seorang top executif Macromedia, yang dengan tenangnya mengambil cadangan lampu proyektornya, waktu tiba-tiba lampu proyektor yang akan dipakainya untuk presentasi itu mati. Wah mungkin tasnya pinjam kantong ajaibnya Doraemon ya? Tapi saya dulu juga sering membawa macam-macam dalam tas saya sehingga jika diperlukan ada. Mulai alat tulis sampai benang/ jarum dalam sewing kit. Tapi tinggal di Jepang, negara yang praktis, yang mempunyai toko konbini (convenience store yang buka 24 jam dan tersedia apa saja membuat saya juga berpikir praktis dan tidak lagi mempersiapkan segalanya karena pikir toh bisa beli. Tapi kalau tidak ada uangnya juga tidak bisa membeli apa-apa. So memang sebaiknya kita selalu waspada dan bersiap-siap. Dan saya memang selalu memikirkan kemungkinan terburuk, meskipun kadang saya merasa capek dengan pemikiran ini. Randy mengatakan, a way to be prepared is to think negative, the worst case scenario. Saya banget tuh…

Dan tulisan dia yang kedua yang saya setuju sekali adalah mengenai hilangnya kebiasaan menulis tangan, “The lost art of Thank You Notes” katanya. Well, dia yang ahlinya komputer… bisa menyelesaikan segala sesuatu dengan komputer tentunya. Tapi dia masih merasakan perlunya handwrite notes. Tulisan tangan dalam sebuah memo, atau kartu…. karena itu menunjukkan bahwa memang kita manusia, humanbeing yang menulis dengan perasaan. Semoga saya masih bisa bertahan dengan kebiasaan menulis sesuatu dalam ucapan kartu atau fax meskipun memang terkadang sms dan email lebih cepat. But saya membayangkan wajah si penerima sama seperti wajah saya yang berseri sambil tersenyum ketika menerima surat atau kartu di kotak pos saya.