Mengapa harus tikus sih?

20 Sep

Anda semua pasti kenal Mickey Mouse dong… Lalu Tom and Jerry. Atau pernah nonton juga Little Stuart yang bisa membuat kita menitikkan air mata. Kemudian yang terakhir adalah Ratatouille atau yang di bahasa Jepangnya di beri judul “Remi no oishii resutoran レミーのおいしいレストラン” — Restoran Lezat Remi. Coba perhatikan saja sekian banyak karakter yang dipakai yang menjadi populer itu, tidak lain dan tidak bukan adalah seekor TIKUS. Tikus yang digambarkan memang macam-macam, ada yang lucu, imut-imut bahkan bisa diterima sebagai ikon yang mendunia. Tapi coba kalau dipakai fotonya yang asli, bukan gambar kartun… dijamin tidak bisa makan sambil menonton deh. Apalagi kalau kita bayangkan si REMI yang membuat masakan kita yang sedang kita santap itu …Wuaaaaahhh. (Maaf kalau baca ini sedang puasa… )

Fenomena ini memang sudah lama terjadi. Entah apa tujuan Paman Walter memilih si tikus untuk hero-nya. Saya juga heran kenapa alat tambahan untuk memudahkan penulisan di computer itu harus dinamakan MOUSE atau TETIKUS. Mungkin ini merupakan obsesi dari para pencipta karakter itu untuk mengangkat derajat si tikus dari binatang buruk rupa, pembawa penyakit (yang pasti bau..ngga pernah mandi sih)  dan umpan si Kucing (kayaknya anjing juga banyak yang suka sih… bahkan manusia pun ada yang mau makan) …pokoknya …. si makhluk yang jueleeeek ini menjadi lucu, imut-imut, gemesin (seperti jeunglala hihihi …ngga deh seperti anak-anak saya….kapan lagi narsis) dan menjadi idola manusia di dunia ini (di planet ngga tau ada tikus ngga).

Anyway, saya benar-benar merasa perlu untuk meneliti fenomena ini, tapi sayangnya waktunya saya tidak ada. Mungkin jika ada yang punya banyaaaaak waktu luang bisa memikirkan topik ini sebagai tema skripsi atau thesis atau disertasinya (haiyah….). Dan ternyata Jepang pun tidak mau kalah dengan negara Amerika dengan Mickey Mousenya. Karena ternyata ada sebuah Picture Book di Jepang yang terbit tahun 1963 (bayangkan ….seumuran mas trainer atau pak grandis mungkin hihihi) yang mengambil tokoh TIKUS. Bukan hanya satu…malah dua ekor Tikus. Hebat ngga?

Namanya GURA dan GURI. Ingat saja Gula itu membuat gurih makanan sebagai bumbu penyedap (kakushi aji 隠し味) . Dua tokoh tikus ini diciptakan oleh Nakagawa Rieko (karangan) dan Oomura Yuriko (gambar) pada tanggal 1 Desember 1963. Diterbitkan oleh penerbit kesayangan saya FUKUINKAN SHOTEN. Ditujukan untuk anak-anak berusia 3-5 tahun … dan ditetapkan sebagai “buku wajib” oleh Asosiasi Perpustakaan Sekolah Seluruh Jepang. You can not believe it but….. buku ini sudah dicetak 160 kali per data tahun 2005. Tidak ada orang Jepang yang tidak mengetahuinya. HEBAT!!!!.(Aduuuh saya ingin sekali anak-anak Indonesia juga mengetahui cerita ini)

Ceritanya sangat sederhana. Dua tikus bersaudara (kembar) itu menemukan sebutir telur yang besar di hutan, dan ingin membuat kue castella. Tapi mau membawa telur itu ke rumah mereka tidak bisa… pasti pecah di perjalanan, karena terlalu berat. Jadi mereka membawa panci, bowl untuk adonan, pengaduk, susu dan gula dari rumah mereka ke tempat si telur berada. Sambil mengadon dan memasak kue itu, bau yang harum menyebar ke seluruh hutan, mengundang binatang lain berdatangan. Dan kue yang besar itu kemudian dinikmati bersama oleh seluruh penghuni rimba.

Yang menarik dari cerita ini adalah lagu yang dinyanyikan ole Guri dan Gura waktu menunggu kue matang yang menjadi trade mark mereka.

Bokura no namae wa Guri to Gura

Kono yo de ichiban suki nano wa

Oryori suru koto taberu koto

Guri gura guri gura….

(Nama kami Guri dan Gura

Yang kami sukai di dunia ini

Memasak dan makan

Guri gura-guri gura)

Sederhana sekali bukan? Lagunya tentu saja diiramakan sendiri oleh si pembaca. Jadi bisa saja irama pop atau dangdut (heheheh). Tapi waktu pertama kali Riku yang berumur 2 tahun dibacakan cerita ini oleh papanya, saya juga heran mendengar iramanya… seperti nyanyi gregorian hihihi. Lagu yang gen nyanyikan itu  biasa-biasa saja, tapi tetap melekat sampai sekarang. (Tapi di situ saya juga kagum bahwa membaca cerita yang simple itu bisa begitu memukau jika dihayati, dan sejak itu saya berusaha memakai “ekspresi” jika membacakan cerita untuk Riku. )

Guri dan Gura

Ini adalah buku pertama, dan setelah itu ada beberapa cerita dari seri Guri dan Gura ini dengan judul “Tamu Guri dan Gura”, “Guri dan Gura : Berenag di laut”, “Guri dan Gura :Piknik” “Guri dan Gura bersama Kururikura”, “Guri dan Gura: Pembersihan besar-besaran”. “Guri dan Gura bersama Sumire-chan” dll. Buku ini juga saya sarankan untuk mereka yang baru belajar bahasa Jepang karena semuanya tertulis dalam hiragana. Saya tidak tahu apakah di perpustakaan Japan Foundation Jakarta ada atau tidak, mungkin bisa ditanyakan langsung ke sana.

Buku Guri dan Gura ini yang pasti sudah diterbitkan dalam bahasa Inggris. Berikut adalah sinopsisnya dalam bahasa Inggris.

Guri and Gura, popular characters in Japan since their 1963 debut (of which this book is the translation), enter the American market with the first of the publisher’s projected series. Here, the two exuberant mice find a huge egg in the forest and decide to use it to make “a sponge cake so big we can eat it from dawn to dusk and still have some left over.” Realizing that the egg is too big to move, Guri and Gura haul a huge frying pan (and everything else they need) over to the egg, then mix up the batter, build a fire and share the results with all the animals who have sniffed out their cake. Yamawaki’s pared-down line drawings deliver information plainly and directly, with little shading on an expansive white background: Gura holds the lid of the pan (which towers over him), Guri raises his tiny mouse fist in excitement, and the nicely risen cake is revealed. A childlike refrain becomes a light-hearted mantra: “My name is Guri. And my name is Gura. And what do you think we like to do best? Cook and eat. Eat and cook. Yeah! Guri and Gura, that’s us.” The book’s visual appeal is dampened somewhat by bland type design and bleed-through on the matte pages. But cake-making is always a delicious theme for small readers, and Guri and Gura’s inventive energy loses nothing in the Pacific crossing. Ages 4-8.
Copyright 2002 Reed Business Information, Inc.