Sepinya tanpamu

9 Okt

Boleh kan lebay sekali sekali 😀 Jadi ceritanya mulai hari ini, anak sulungku pergi ke “Kelas Bergerak Idou kyoushitsu atau kadang namanya menjadi Rinkan gakkou 林間学校, macam-macam sebutan menurut sekolahnya. Tapi isinya sama yaitu pergi bersama satu angkatan (seluruh kelas 5) ke suatu tempat untuk belajar, bermain dan menginap bersama. Kalau untuk karate atau olahraga lain (atau kelompok musik dan kelompok ilmiah di sekolah/universitas) biasa disebut gasshuku 合宿.

Seperti yang telah kutulis di posting Kelas Bergerak, persiapan mereka sangat lengkap. Seminggu sebelum berangkat kami orang tua sudah mulai mengukur temperatur dan kegiatan hari si anak. Misalnya rata-rata suhu badan 36.6 pagi bangun tidur diukur dan malam sebelum tidur juga diukur. Lalu dicatat juga bangun jam berapa dan tidur jam berapa, bahkan kapan buang air besarnya (pagi, siang/sore atau malam). Untung saja Riku memang selalu teratur tidur maksimum jam 10 dan bangun jam 5:30 – 6:00 pagi. Jadi soal kesehatan tidak ada masalah.

Nah selain kartu kesehatan yang harus dibawa, dan terus dilakukan sampai satu hari sesudah pulang, anak-anak juga dibagikan handbook dari tempat yang akan diinapi dan shiori しおり. Nah shiori ini agak sulit diterjemahkan. Kadang bisa dianggap dengan undangan yang lengkap dengan jadwal misalnya shiori waktu hari olahraga/kesenian. Tapi bisa juga diterjemahkan sebagai pembatas buku dan lain-lain. Setiap ada kegiatan pasti dibagikan shiori ini dan aku terjemahkan jadi sebagai buku panduan acara ya.

Dalam buku panduan acara tertera tujuan, peserta, maksud dan tujuan, pembagian kelompok, daftar acara, dan yang aku rasa banyak membantu adalah ceklist barang bawaan. Mereka harus membawa dua tas, satu ransel yang bisa dimasuki payung, jas hujan, kantong plastik, buku panduan dan alat tulis, handuk kecil dan tissue/wet tissue dll dan ini harus digendong kemana-mana. Satu lagi boston bag yang agak besar berisi pakaian dan peralatan yang bisa ditinggalkan di bus dan penginapan. Yang mengagumkan semua ada daftarnya misalnya baju dalam sekian, kaus kaki ditulis agaka banyakan mungkin kalau kotor biar sering ganti. Memang tempat menginapnya dingin. Baju atasan 2, celana panjang 2, baju tidur, jaket, kantong plastik untuk menaruh sampah dan baju kotor, sepatu dalam (uwabaki), handuk dan lain lain. Jadi kami tinggal mencentang mana yang sudah dan mana yang belum. Dan semua bawaan harus diberi nama, sehingga kemarin seharian aku menjahit, memendekkan celana, menjahit nama-nama di baju Riku dan melengkapi semua yang harus dibawa.Tapi aku suruh dia yang memasukkan ke dalam tas karena dia harus tahu barang apa saja yang ada di dalam tasnya.

Capek! Tapi untuk pertama kali aku menjahit memakai mesin jahit yang kami beli seminggu lalu. Itu juga aku beli karena Riku ingin menjahit sebagai latihan mata pelajaran PKK di sekolah. Dia dan teman-temannya, laki-laki maupun perempuan diberi tugas membuat tas dari kain. Senang juga melihat dia semangat menjahit, dan kebetulan aku sudah lama berpikir untuk membeli mesin jahit. Dengan Riku meminta, aku jadi memutuskan untuk membelinya. Dan ternyata berguna sekali. Coba aku beli 3 tahun yang lalu, pasti aku tidak susah menjahit barang-barang TK nya Kai dengan tangan 😀 Dan yang membanggakan karena aku belum pernah memegang mesin jahit, Riku yang merakitnya, sampai memasang benangnya. Mamanya tinggal belajar dari dia dan coba 😀

Riku coba mesin jahit baru…setelah hidup 40 tahun lebih baru kali ini aku punya mesin jahit sendiri 😀 (Soalnya aku ngga begitu senang menjahit sih..kalau tidak terpaksa mending menjauh)

Tadi pagi Riku minta dibangunkan jam 5:00 pagi. Tapi karena kemarin malam aku mengajar dan pulang jam 10 malam, dia juga baru tidur jam 11 lebih, jadi masih mengantuk. Untung dia tetap bisa bangun jam 5:30 untuk bersiap dan makan pagi. Aku sendiri tidur jam 2 dan bangun jam 5… Nguantuuuk deh.

Jam 6:40 aku melepas Riku pergi dengan temannya ke sekolah. Mereka harus berkumpul jam 7 pagi di sekolah. Melihat mereka membawa tas besar dengan ransel, aku merasa sudah waktunya aku bersiap untuk menjadi kesepian 😀 Akan banyak kali lagi dia akan pergi tanpa kami di kemudian hari. Dan sambil memperhatikan dia berjalan dari balkon apartemen kami, aku berdoa dalam hati mohon perlindungan Tuhan agar perjalanan mereka lancar dan menyenangkan. Tiga hari dua malam dia tidak di rumah, dan rasanya apartemen kami sudah sepi sekali. Tentu saja itu karena Kai tidak ada teman berantemnya 😀

(Dan ya, aku teringat almarhum mama, yang juga pasti mengalami kesepian waktu kami anak-anaknya satu per satu keluar rumah dan belajar ke luar negeri)

hati-hati ya nak…. I’ll miss you for 3 days 😉

 

KKKKK

8 Okt

Hari Senin kemarin aku pergi ke gereja Kichijouji bersama Kai yang sedang libur 2 hari sesudah undokai yang dilaksanakan hari minggu kemarin. Kami akan merayakan ulang tahun pastor Ardy yang sebetulnya jatuh pada hari Senin lalu dan tante Christine yang sebetulnya 10 hari yal. Tadinya mau makan di restoran saja, tapi akhirnya kami rayakan secara sederhana di pastoran dengan membawa makanan Indonesia. Sebetulnya aku ingin membuat nasi kuning, tapi tidak ada waktunya. Padahal lauknya cukup memadai, ada rendang, ayam pedas, udang, abon dan kering kentang loh. Akhirnya nasi putih saja aku akalin dengan membungkusnya dengan telur dadar 😀 Kan jadi kelihatan seperti nasi kuning.

nasi kuning “boongan”

Kemarin kembali aku merasakan kehebatan orang Jepang, dalam hal ini pelayanan toko kue tempat aku membeli kue tart di Kichijouji. Seperti biasanya, ditanya mau berapa lilin dan mau yang panjang atau pendek. Nah, waktu hendak tiup lilin aku bingung cari korek karena di antara kami tidak ada yang merokok. Eh, waktu kulihat plastik dari toko kuenya, ternyata ada korek apinya! Wah kesempurnaan pelayanan toko yang patut diacungkan jempol. Mereka punya kikubari (perhatian yang detil). Sayangnya dia tidak punya pisau plastik pemotong kue, kalau ada perfect deh. (Kebetulan dekat dapur gereja, jadi bisa pinjam pisau deh)

korek api dari toko kue

Setelah selesai makan, bercakap-cakap dan bernyanyi-nyanyi, kami kemudia keluar ke arah gereja. Aku selalu kagum dengan taman kecil di depan gereja ini yang selalu terawat kebunnya. Kali ini aku melihat bunga mawar bermekaran, padahal kusangka aku tak akan bisa melihat mawar lagi di bulan Oktober. Hanya ada bunga cosmos…. dan ternyata aku salah… Keindahan bunga-bunga ini menutup perjumpaan kami kelompok kecil orang Indonesia kemarin.

mawar di bulan oktober

Nah, sudah ada 3 K yang aku tulis di atas ya, lalu K yang lainnya? Tentu saja berhubungan dengan Kai 😀 Tadi pagi waktu aku sedang membereskan cucian entah mengapa tiba-tiba Kai berkata: Kucing Kecil Kenc*ng Ke riKu 😀 Memang aku yang mengajarkan kata “kucing” kepadanya, waktu dia bermain di Rumah Dunia. Lalu aku ajarkan Kucing Kecil… tapi dasar mamanya iseng, sekalian saja aku kasih tahu dia bahwa kata p*p*s yang dia tahu selama ini sebetulnya ada persamaannya yaitu kenc*ng. Nah opa (papaku) jadi suka bercandai Kai dengan kalimat yang memakai huruf K itu… tapi ke riKu tentu Kai sendiri yang menambahkannya. Padahal kalau mau belajar huruf K kan lebih cocok kalau Kucing Kecil Kenc*ng Ke Kai … tapi aku tidak katakan karena sudah pasti Kai akan marah besar 😀 Ada kalimat dengan huruf (awal/akhir) yang sama yang pernah kamu ketahui? Seperti dulu ada temanku yang mengatakan “Saya Sebel Sama Situ Sebab Situ Suka Senyum Senyum Sama Suami Saya” atau untuk latihan R, papa mengajarkan “Ada ulaR melingkaR di pinggiR pagaR bundaR” 😀

Untuk Ortu – Anak

7 Okt

Ya, setelah 5 kali aku mengikuti acara “Hari Olah Raga”, undokai yang diadakan di TK Jepang, sejak Riku dan sekarang Kai, aku sampai pada kesimpulan bahwa kegiatan tersebut untuk ortu dan anak, bukan untuk TK nya. Memang kalau aku membandingkan dengan cerita teman-teman di Indonesia, banyak hal yang berlainan dalam penyelenggaraan PAUD dan TK di kedua negara ini. TK di sini amat mengusahakan hubungan harmonis antara guru (sekolah) – orang tua dan murid. Orang tua dilibatkan dalam setiap kegiatan sekolah, yang diwakili oleh 3 orang wakil per kelas. Atau untuk kegiatan besar seperti undokai ini, perlu lebih banyak lagi bantuan dan kerja sama orang tua.

Karena Sabtu hujan, pelaksanaan undokai diundur ke hari Minggu. Pagi pukul 6 aku melihat langit mendung dan memang hujan rintik masih terus tercurah sampai pukul 1 pagi. Hmmm kalau lapangan becek, meskipun tidak hujan sudah ditulis di lembar pengumuman bahwa akan dibatalkan. Aku was-was juga menunggu telepon beranting sambil masak nasi dan bersiap-siap membuat bekal makanan. Ternyata sekolah mengambil keputusan untuk tetap melaksanakan undokai yang diperlambat satu jam dari rencana semula yang jam 9 pagi, menjadi jam 10 pagi.

Tahun ini aku tidak sesibuk tahun kemarin. Aku sudah membeli sedikit lauk untuk bekal makanan, sehingga tidak perlu memasak lagi. Dan tahun ini Riku berangkat lebih dulu dari kami untuk mempersiapkan tempat duduk (dengan alas plastik). Sasuga onisan! Hebat deh kakak Riku. Begitu sampai di TK sekitar pukul 9:35, akupun mengantar Kai ke tempat duduk di kelasnya. Aku teringat 2 tahun yang lalu, Kai menangis meronta-ronta tidak mau duduk bersama temannya. Setahun lalu, mau duduk tapi tidak mau melakukan hal yang diaba-abakan gurunya, diam saja. Tapi tahun ini, dia mengikuti semua kegiatan kelasnya dengan aktif, tanpa ogah-ogahan. Ah, bungsuku ini juga sudah besar!

Kegiatan pertama yang dilakukan Kai, seperti yang telah kutulis di Alat Musik Pertama, Kai mengiringi defile peserta sport meeting ini dengan belurila. Setelah itu dilanjutkan dengan senam pemanasan.

kegiatan orang tua – anak nininsankyaku (harafiahnya 2 orang 3 kaki)

Tahun ini, kegiatan yang diadakan orang tua bersama anaknya adalah berlari dengan satu kaki diikat. Tahun sebelum-sebelumnya ada menari bersama, dan ada pula orang tua mendorong mobil-mobilan dengan anaknya di dalamnya. Tujuannya satu: memberikan kesempatan orang tua melakukan sesuatu bersama anaknya sebagai satu tim kecil, yang kemudian bergabung dalam tim kelas untuk memperebutkan kelas mana yang tercepat. Papa Gen dan Kai ternyata menjadi pasangan pertama dan terakhir yang menentukan kemenangan kelasnya. Kelas Yuri (Bunga Bakung) akhirnya menempati posisi ke dua.

Kegiatan ketiga hari itu untuk Kelas Yuri adalah membuat paraballoon (gabungan parachute dan baloon). Dengan memakai semacam tenda bulat mereka membuat bermacam bentuk yang menarik. Aku rasa bahannya seperti terpal berwarna dan agak tebal, sehingga cukup berat juga untuk anak-anak TK.

paraballoon

Yang keempat adalah lari estafet. Kai suka berlari. Tapi selama latihan dia sering malas dan mengaku kakinya sakit. Untung saja pada hari H nya, dia mau berlari sekuat tenaga sampai dipuji oleh gurunya. “Dibanding dengan latihan selama ini, hari ini Kai lari cepat sekali”. Meskipun demikian, lagi-lagi kelas Yuri hanya berhasil mendapat ranking ke dua.

Dan sebagai puncak kegiatan adalah senam ritmik yang biasa dilakukan oleh kelas tertua di TK. Senam ini memang perlu latihan dan keseriusan yang tinggi. Mereka harus bergerak cepat sesuai aba-aba gurunya. Dan Kai selalu mendapat bagian paling bawah, yang “dinaiki” temannya.

senam ritmik

Serangkaian acara yang dilakukan Kai ini seringkali membuatku harus mengusap air mata. Apalagi kalau teringat almarhum mama yang ikut menjaga Kai selama 3 bulan pertama setelah Kai keluar RS. Anak prematurku ini sudah tumbuh menjadi anak yang sehat, dan cukup tinggi. Dan dia juga sudah bisa bersosialisasi dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pengaruh senseinya juga cukup besar. Baru kali ini aku lihat dia mau dengan senang hati minta berfoto dengan gurunya. Biasanya aku yang memaksa dia untuk berdiri samping gurunya. Ah, Haruka sensei memang cantik dan baik hati!

Bersama Haruka sensei

Kami pulang berempat dengan hati senang meskipun capek. Dan sebelum pulang ke rumah, Kai menagih hadiah gohoubi ご褒美 yang aku janjikan. Aku memang menjanjikan jika dia mau latihan dengan senang hati (selama sebulan) dan ikut acara undokai dengan sekuat tenaga, maka setelah undokai aku menyediakan 1000 yen yang boleh dia belikan apa saja. TAPI lucunya, dia hanya membeli sebuah mainan kecil seharga 210 yen, dan tidak minta lagi sampai genap 1000 yen. Mamanya untung! hahaha

Tahun depan Kai akan menjadi kelas 1 SD. Tentu saja ada undokai juga di SD, dan lebih sulit daripada undokai TK. Tapi tahun depan akan menjadi tahun bersejarah untukku karena Kai kelas 1 dan Riku kelas 6. Undokai awal dan akhir untuk kedua anakku. Tanoshimi!

 

Alat Musik Pertama

6 Okt

Aku tidak bisa bermain musik. Well, bisa waktu ada pelajaran bermain suling, lalu bermain angklung di SD. Selain itu tidak bisa, dan sekarang pun sudah lupa. Tapi di SD Jepang anak-anak pasti diajarkan bermain pianika dan suling dalam pelajaran musik. Untuk beberapa anak, ada yang pegang drum atau simbal jika ada pementasan. Meskipun banyak orang Jepang yang bisa bermain piano, tentu saja untuk belajar bermain piano, harus les tambahan sendiri dan tidak diajarkan di sekolah.

Kai dengan alat musik pertamanya di depan umum

Kai yang TK diajarkan bermain pianika di TK nya. Kami harus menyediakan bagian peniup saja, sedangkan pianikanya dipinjamkan dari sekolahnya. Jadi kupikir kalaupun ada pementasan seni, pasti Kai akan bermain pianika. Ternyata aku salah! Untuk acara pembukaan Hari Olah Raga, Undokai yang diselenggarakan hari ini, Kai dipilih gurunya bermain glockenspiel atau bahasa Jepangnya Belurira. Lagunya memang selalu dipakai untuk “defile” pembukaan, yaitu Mickey Mouse Mars yang mudah. Tapi tetap saja untuk aku yang tidak bisa bermain musik, melihat anakku bermain glockenspiel dengan yakin menjadi terharu dan bangga. Dia terlihat tenang cool saja membawa alat itu sambil berjalan padahal cukup berat dipakai sambil berjalan. Dan di kejauhan terlihat dia memang terlihat lebih tinggi dari teman-temannya. Bersama temannya Y-kun, mereka berdua langsung terlihat menyembul topinya.

Tuh pakai bantalan handuk di leher, nyaingin mas NH18 :D. Senseinya cantik kaaaaan?

Papanya sempat ribut karena kaget melihat anaknya ternyata bermain musik waktu defile, padahal aku sudah lama memberitahukannya bahwa Kai akan bermain belurira. Sepulang dari Indonesia waktu liburan musim panas, anak-anak TK ini intensif berlatih terus untuk mempersiapkan undokai. Dan aku harus menjahit  bantalan khusus untuk dileher tempat mencantelkan tali penyanggah alat glockenspiel itu. Beberapa kali bertemu gurunya, aku selalu menanyakan apakah Kai bisa mengikuti latihan alat. Aku khawatir karena deMiyashita itu tidak berjodoh dengan alat musik 😀

glockenspiel a.k.a belurira dalam bahasa Jepang

Apa alat musik pertamamu?

 

Tergantung cuaca

5 Okt

Mulai kemarin sore, Tokyo hujan. Sepulang dari mengajar pukul 4 lewat, aku sampai di rumah dan menemukan Riku belum pergi ke bimbelnya. Dia seharusnya berangkat dari rumah pukul 4:20-an supaya bisa mengikuti pelajaran pukul 4:50. Jarak tempat bimbel ini memang agak jauh dari rumahku, sisi berlawanan dari stasiun yang berjarak 20 menit jalan kaki dari rumah (10 menit naik sepeda). Daaaan dia mulai mengeluh sakit perut lah, sakit leher lah…keluhan yang kutahu sebetulnya hanya ungkapan malas pergi 😀 Bahasa Jepangnya kebyo 仮病 (pura-pura sakit). Akhirnya aku dengan sangat terpaksa, mengajak Kai dan naik bus bertiga ke stasiun. Memang kalau hujan, kami tidak bisa memakai sepeda untuk bepergian. Mungkin ada yang bisa tetap naik sepeda dengan atribut jas hujan dan satu tangan memegang payung. Tapi aku tidak mau mengambil resiko jatuh dari sepeda. Sehingga jika hujan aku pasti jalan kaki atau naik bus saja.

Tadi pagi seharusnya Kai melaksanakan undokai, pesta olahraga di TK nya. Tapi karena dari kemarin sudah diketahui bahwa hari ini bakal hujan, sudah dibatalkan sejak kemarin. Kami menerima surat pemberitahuan bahwa undokai diundur hari Sabtu, dan harap melihat kertas pengumuman simulasi rencana pengadaan undokainya bagaimana. Jadi hari ini belajar biasa setengah hari. Untung hari ini papanya libur kerja, (minta cuti khusus supaya bisa ikut undokai) sehingga kami bisa mengantar Kai ke TK naik mobil, dan mengantar Riku ke bimbelnya untuk mengikuti ujian bulanan.

“Aku tadinya pikir kita bisa pergi jalan-jalan ke mana gitu. Ternyata anak-anak semakin besar, dan mereka punya acara sendiri-sendiri waktu hari libur ya (Sabtu). Kita sudah musti siap mengantisipasi bahwa mulai sekarang kita akan semakin jarang bisa bepergian bersama….” Kata Gen, dan kurasa memang demikian. Untunglah kami selama ini sudah cukup sering bepergian bersama, sehingga tidak ada kata penyesalan.

Hujannya cukup deras hari ini, dan terus berlangsung sampai pukul 12 malam ini dengan rintik-rintik. Menurut kertas pengumuman, jika Sabtu hujan maka undokai diundur hari Minggu. TAPI ada tambahan: Jika Sabtu hujan dan genangan air serta cuaca tidak memungkinkan hari Minggu pun TIDAK diadakan undokai. Dipindah hari Senin, dan jika Senin pun hujan, maka undokai akan dibatalkan. Sedih juga kalau sampai dibatalkan, tapi rasa-rasanya lapangan TK besok pagi pasti masih basah…. hmmm perkiraanku sih undokainya hari Senin nih 😀 Tapi aku selalu merasa hebat karena pihak sekolah selalu memberikan lot waktu untuk pelaksanaan kegiatan. Jika hari H nya hujan, diundur sampai kapan…mereka selalu memberikan simulasi alternatif. Perencanaan yang matang. TAPI TERGANTUNG SEKALI CUACA.

Dan tadi di TV aku melihat banyak pertandingan olah raga seperti baseball dan golf yang dibatalkan karena hujan. Memang untuk kegiatan di udara terbuka, amat sangat tergantung cuaca ya.

Cepat bobo ah, karena jam 6:30 nanti akan ada telepon beranting dari TK yang menyampaikan keputusan apakah jadi dilaksanakan hari Minggu atau diundur Senin. Telepon itu menjadi penentu repot tidaknya ibu-ibu mempersiapkan bento (bekal makanan) untuk satu keluarga yang akan menonton undokai.

*** Akhirnya bisa menulis juga hari ini, karena aku sedang mengusahakan untuk menulis terus satu tulisan satu hari selama Oktober ini. Bisa tidak ya? Tapi yang pasti menulis blog seharusnya TIDAK tergantung cuaca ya 😀 Cuaca hati mungkin 😀 ***

 

Kira kira

4 Okt

Dalam bahasa Indonesia tentu sudah tahu artinya kira-kira itu apa ya? Tapi kira kira juga ada di bahasa Jepang, dan berarti mengkilat, cemerlang, bercahaya kelap-kelip dan yang paling tepat menggambarkan nuansa kira kira itu adalah bintang di langit.

Kira kira hikaru
Yozorano hoshi wo
(Twinkle twinkle little star versi bahasa Jepang)

Tadi sore aku dan Kai menghabiskan waktu berdua selama 2,5 jam di pertokoan stasiun dekat rumahku. Terpaksa buang waktu begitu karena Riku minta diantar ke bimbel. Dia sedang aras-arasan tidak mau pergi belajar di bimbel. Tapi kalau aku boloskan, dia akan tambah malas dan tambah tidak belajar. Mau tidak mau aku mengajak Kai dan kami bertiga naik bus ke stasiun. Hari hujan sehingga tidak bisa naik sepeda. Nah, karena aku tidak mau bayar extra untuk bus pp (¥420 atau 42000) aku bermaksud menghabiskan waktu di pertokoan stasiun.

Karena lapar kami berdua pergi ke restoran murah di dekat stasiun dan bermaksud melewatkan dua jam di situ. Mumpung drink bar jadi bisa minum apa saja sebanyak berapa saja. Tapiiii Kai membuyarkan keinginanku karena dia ingin “tugas negara” dan wc nya terletak di luar restoran. Malas untuk keluar masuk restoran dan meninggalkan barang-barang di kursi, aku menyelesaikan pembayaran dulu sebelum ke wc.

Berarti aku harus mencari tempat lain untuk melewatkan waktu satu setengah jam lagi. Dan akhirnya aku berjalan mengitari toko-toko di lantai 3 pertokoan itu. Di situlah aku sadar bahwa Kai suka segala yang kira kira, sama seperti mamanya 😀 Tiba tiba dia berkata :”Mama aku barusan lihat ada kalung yang cocok untuk mama” dan dia menunjukkan sebuah kalung seharga 4000 yen.
“Bagus ya” kataku.
“Mama beli dong”
“ngga ah mahal!”
Dan dia menunjuk lagi kalung dan anting anting di toko lain. Semuanya kira kira dehhh

Baru dia kemudian sadar bahwa aku memakai bros yang kira kira.
“Itu mama beli yang mahal, kok ngga mau beli yang itu? Aku mau dong…. ”
Wah jangan sampai ah dia jadi suka perhiasan wanita, jadi aku bilang
” ini dari oma, yang beli oma. Tapi Kai ngga boleh ah pakai perhiasan seperti ini. Seperti perempuan ahhhh”
“Aku ngga pakai, aku mau simpan, kan bagus kira-kira…”
“OK kalau begitu, nanti mama kasih yang sudah rusak tapi kira-kira untuk Kai simpan ya…”
“Asyikkkkk…”

Aku jadi ingat juga, hari minggu lalu ada bazaar kecil di gereja, yang menjual piring-piring bekas. Dan Kai tertarik membeli piring yang berwarna emas! Waduuuh dia mau loh beli itu pakai uang sakunya 😀 Meskipun bisa beli satuan, karena cuma ada 5 biji, terpaksa deh aku beli 4 yang lain, supaya bisa satu set. Tapi ada piring hijau, dia beli khusus untuk dia sendiri!!! Dan begitu sampai rumah, dia cuci dan setiap makan dia pakai “My Piring” deh….

piring (dan mangkok) hijau dengan kira-kira emas 😀 itu yang menjadi “My Piring” nya Kai, sedangkan mangkuk emas di kanan yang pertama dibeli Kai, sampai aku terpaksa beli satu set deh 😀 Untung tidak mahal (karena bazaar)

Aneh ngga sih anak laki-laki seperti Kai?

NB: Kira kira termasuk dalam gitaigo (onomatope untuk menggambarkan kondisi), seperti yang telah aku tulis juga dalam komentarku di tulisan mas NH18 yang ini.

Hati-hati dengan tasmu

3 Okt

Ah, tentu saja kita harus berhati-hati dengan tas kita masing-masing. Kalau meletakkan sembarangan, ya tentu bisa mengundang orang yang punya niat tidak baik untuk mengambilnya (baca: mencuri) . Aku sendiri di Tokyo sering pakai ransel, tapi kalau di Jakarta tidak berani, karena takut disilet dan tidak tahu bahwa tasnya sudah terbuka. Sedapat mungkin tas dibawa ke mana-mana, sehingga tas cangklong itu yang paling praktis.

Tapi aku ingin menulis bahwa kita juga perlu berhati-hati waktu membawa tas geret, apalagi di Jepang. Kita sering memakai tas geret (semacam koper kecil dengan roda) waktu bepergian 1-2 hari, sehingga cukup memasukkan koper kecil itu dalam cabin, tidak usah cek in. Tapi di Tokyo akhir-akhir banyak wanita muda yang membawa tas geret model begitu padahal tidak sedang bepergiaan. Mereka membawa tas itu supaya bisa belanja dulu sebelum pulang kerja, dan menyimpan belanjaan yang berat (seperti beras) dalam tas geret itu. Tapi masalahnya sekarang jika membawa tas geret itu di stasiun atau jalanan padat, tas itu amat sangat mengganggu pejalan kaki. Banyak orang yang tidak melihat bahwa ada tas geret di belakang wanita itu sehingga bisa tersandung tas itu, dan menimbulkan kecelakaan yang cukup fatal.

Taruh ransel di depanmu….Peringatan di dalam gerbong kereta

Selain tas geret ada lagi ransel yang sering menjadi masalah dalam gerbong kereta yang penuh penumpang. Sampai-sampai perusahaan kereta perlu memperingatkan penumpang yang membawa ransel untuk menurunkan ranselnya, atau mendekapnya di bagian depan. Ransel yang tetap dipakai di punggung itu sangat mengganggu penumpang lainnya, dan parahnya pemakai ransel tidak menyadari bahwa ranselnya itu sebenarnya mengganggu.

Dan ada satu lagi kejadian yang terjadi padaku minggu yang lalu. Waktu itu aku begitu sampai di kampus W, tanpa menaruh tas dulu di ruang guru, langsung masuk toilet. Tentu saja sambil membawa tasku yang memang cukup besar. Memang biasanya kalau aku masuk ke toilet itu, suara otohime (alat yang mengeluarkan bunyi air untuk etiket, menutup “suara-suara” yang tidak enak waktu ke belakang) akan berbunyi. Jadi waktu itu aku tidak merasa apa-apa. Tentu saja aku cantelkan tas di balik pintu, dan duduk di wc. Tapi tak lama aku mendengar bunyi semacam sirine yang aneh, dan staf kantor guru datang dan menanyakan, “Ada yang perlu bantuan?”… lah ada apa ini?

Baru aku sadar ternyata tasku yang besar itu menyentuh tombol emergency yang rupanya baru dipasang di sana. Tombol itu menyala. Loh, ternyata aku penyebabnya? Langsung aku berkata: “Tidak apa-apa. Kelihatan tas saya yang menyentuh tombol itu. Saya sendiri tidak apa-apa…..” Wah cukup malu gara-gara tas besar aku membuat satu gedung panik. Petugas satpam juga datang untuk mengetahui apa yang terjadi, dan mematikan fungsi emergency alert. Malu deh…. Ah, aku jadi teringat juga pernah kejadian yang sama, waktu aku melahirkan Riku. Mama yang tidak tahu bahasa Jepang, salah menekan tombol emergency, disangka tombol flush. Memang orang asing sering melakukan kesalahan ini. Tapi, untuk kasusku, bukan aku yang salah tekan tapi si tas yang salah tekan hahaha (tidak bertanggung jawab sekali ya, menyalahkan si tas :D). Sejak itu aku pasti menaruh tas dulu di ruang guru baru ke wc. Memang wcnya kecil sih (dan akunya gede gitu loh haha)

Yang tombol oranye kanan itu yang emergency, jadi kalau itu ditekan, semua petugas bergegas datang 😀 (Ini toilet di dalam stasiun Kichijoji Inokashira line)

Karena itu bagi teman-teman yang akan jalan-jalan/berwisata ke Jepang, hati-hati ya. Waktu masuk WC (toilet) terutama di stasiun, RS, tempat-tempat umum yang bagus, pasti ada tombol emergency di dalam toilet, yang berwarna oranye. Jadi jangan sampai salah tekan ya.

Tentu kita harus berhati-hati agar tas kita tidak diambil orang, tapi kita juga harus berhati-hati dan memperhatikan apakah tas kita itu mengganggu orang lain atau mengganggu ketertiban umum tidak 😀

Pernah punya kejadian tidak enak dengan tas mu?

Hujan, Pelangi dan Batik

2 Okt

Hari kedua Oktober. Begitu kubuka situs socmed terkenal itu, aku diingatkan bahwa hari ini adalah hari “Batik”. Aku sebetulnya agak tidak setuju jika kami diharapkan memakai baju batik di sini. Entah kenapa, mesti tanggal 2 Oktober itu, yang pernah kualami cuacanya sama sekali tidak cocok untuk berbatik ria. Entah dingin, entah badai, entah hujan, atau… bukan hari “keluar rumah” untukku 😀

Seperti yang kukatakan pada sahabat blogger Drajat, batik itu memang cocoknya untuk udara panas. Jadi kalau musim panas di sini, aku lebih suka memakai batik, karena benar bahan batik itu jauh lebih menyejukkan daripada baju lainnya. Tapi ya itu, belum ada coat batik untuk musim dingin, jas hujan batik untuk dipakai waktu musim hujan, atau…. payung bermotif batik 😀 Semestinya kalau ada payung motif batik, seru juga ya. Pasti menjadi pusat perhatian. Tapi kalau ketinggalan di kereta seperti kejadian payung vynilku minggu lalu, pasti menyesal deh. Tapi hebatnya, kalau memang ada payung batik, pasti bisa ditemukan kalau mau mencari. Tinggal pergi ke Lost and Found kantor stasiun, dan melaporkan kira-kira naik kereta yang jam berapa.

Jadi ya memang hari ini aku tidak memakai batik waktu pergi mengantar-jemput Kai di/ke TK. Pagi hari hujannya begitu deras dan agak dingin sehingga aku memakai baju yang agak tebal saja. Pulangnya sudah tidak hujan, tapi tidak sempat ganti baju. Tapi aku selalu pakai taplak batik kok di rumah **pembelaan**

Memang Jepang sedang tidak stabil cuacanya. Pagi tadi diberitakan ada Badai No 22 mendekat, sementara no 23 juga timbul di perairan filipin. Badai di Jepang bernomor, sesuai dengan saat timbulnya. Jadi sudah ada 23 badai yang timbul di perairan Pasifik selama ini. Besok kalau ada badai lagi, pasti akan dinamakan Badai No 24 dst. Kadang tiba-tiba terdengar Badai No 30 padahal kita tidak tahu ada badai nomor-nomor sebelumnya. Itu berarti badai nomor-nomor sebelumnya tidak “mendarat” atau mendekati kepulauan Jepang.

Yang menjadi perhatian kami, bagaimana cuaca nanti hari Sabtu tgl 5 Oktober. Karena pada hari itu akan diadakan Undokai, Festival Olahraga untuk TK nya Kai. Kali ini Kai nenchogumi (kelas teratas) sehingga merupakan undokai yang terakhir sebelum masuk SD.  Rencananya Kai akan memainkan belurira Glockenspiel, lalu ada senam ritmik juga. Kalau sabtu hujan, berarti ditunda hari Minggu atau Senin atau Selasa. Kalau mau ikuti kehendaknya deMiyashita sih, kalau bisa diadakan hari Minggu supaya papa Gen bisa ikut menonton. Kalau Sabtu dia kerja.

Hujan memang sering tidak diharapkan manusia. Semua tindakan bisa menjadi lambat dengan turunnya hujan. Tapi setelah hujan berhenti, pelangi yang indah mungkin akan menghiasi angkasa. Sama seperti sore ini ketika aku pulang dari belanja. Waktu bersepeda pulang, aku melihat ada dua ibu sedang memandang ke angkasa arah timur. Begitu aku menoleh, waaaahhh aku lihat pelangi. Memang indah. Sambil mengayuh cepat aku berpikir, keburu tidak ya memotret dari rumah? Biasanya pelangi cepat hilang. Akhirnya aku menghentikan sepeda di depan sebuah ladang. Pemandangan dari situ indah sekali. Cepat-cepat kukeluarkan iphone ku dan… ini hasilnya.

harus ambil dua kali, kiri dan kanan

 

Untung saja aku mengambil di depan ladang itu, karena ternyata waktu aku mau ambil foto dari beranda apartemenku yang terletak di lantai 4, tidak bisa masuk semua dalam lensa.

dari beranda rumahku, dengan memakai fungsi panorama

Dan aku diingatkan ekubo sisterku sebuah lagu dari Jamrud: Pelangi di matamu.

Kalau kamu melihat atau mendengar soal pelangi, ingat apa?

 

Hari untuk Warga Tokyo

1 Okt

Tanggal 1 Oktober adalah Hari Kesaktian Pancasila untuk bangsa Indonesia. Tapi kami di Tokyo merayakan “Tomin no hi 都民の日” Kalau diterjemahkan menjadi “Hari untuk Warga Tokyo”. Pada hari ini, 115 tahun yang lalu, Tokyo berubah dari Kota Khusus menjadi kota dengan model pemerintahan yang sama dengan prefektur lainnya, dan mempunyai gubernur. Jadi bisa saja dikatakan sebagai hari ulang tahun “kota” Tokyo yang ke 115. Kok masih muda? Ya tentu saja, karena Tokyo sebelumnya bernama Edo kan? 😀

Nah, yang kadang merepotkanku adalah bahwa tanggal 1 Oktober itu merupakan hari libur untuk TK dan sekolah pemerintah daerah, jadi Riku dan Kai libur pada hari ini. Untung saja hari ini aku tidak ada kuliah di universitas sehingga tidak perlu pusing mengatur “anak-anakku mau dikemanakan” :D. Sayangnya malam harinya aku harus menyetir dan mengajar di Meguro sehingga aku tidak bisa mengajak anak-anak bermain siang harinya. Ya memang mendung sih, tapi biasanya kalau hujan rintik saja tidak menghalangi kita untuk jalan-jalan.

Tanggal 1 Oktober Kebun Binatang Ueno gratis!

Salah satu “kehebatan” pemerintah daerah Tokyo pada hari Warga Tokyo ini adalah, menggratiskan banyak taman dan tempat hiburan yang dikelola pemerintah daerah Tokyo. Hari minggu kemarin aku sempat pergi ke Museum Science di Ueno, yang rencananya untuk melihat pameran Deep Sea, tapi karena harus antri untuk masuk dan menunggu 100 menit, aku dan anak-anak (Gen bekerja)  membatalkan rencana pergi ke museum. Padahal kami sudah punya tiket masuknya. Nah, saat itu aku mengetahui bahwa pada tanggal 1 Oktober itu Kebun Binatang Ueno dibuka gratis untuk umum. Tapiiiii belum tentu aku mau pergi loh, karena sudah pasti banyak sekali orang tumplek di sana, sedangkan aku benci kerumunan orang.

Tahun ini ada 19 tempat yang bisa didatangi gratis yaitu:

1. Hamarikyu Onshi Teien  浜離宮恩賜庭園 (Stasiun JR Shinbashi)

2. Shiba Rikyu Onshi Teien 旧芝離宮恩賜庭園 (Stasiun JR Hamamatsucho)

3. Koishikawa Korakuen 小石川後楽園 (Stasiun JR Iidabashi)

4. Rikugien 六義園 (Stasiun JR Komagome)

5. Kyu Iwasakitei  Teien 旧岩崎邸庭園 ( StasiunJR Okachimachi)

6. Mukojima Hyakkaen  向島百花園 (Stasiun Keisei Ikifune)

7. Kiyomizu Teien  清澄庭園 (Stasiun Metro Kiyomizu Shirakawa)

8. Kyu Furukawa Teien 旧古河庭園 (Stasiun JR Magome)

9. Tonogayato Teien  殿ヶ谷戸庭園 (Stasiun JR Kokubunji)

10. Jindai Shokubutsu Koen 神代植物公園 (Stasiun JR Kichijouji)

11. Tama Dobutsuen 多摩動物公園 (Stasiun Keio Tama Dobutsu Koen)

12. Onshi Ueno Dobutsuen 恩賜上野動物園 (Stasiun JR Ueno)

13. Kasai Rinkai Suzokuen 葛西臨海水族園 (stasiun JR Kasai Rinkai Koen)

14. Inokashira Shizen Bunkaen 井の頭自然文化園 (stasiun JR Inokashira)

15. Yumenoshima Nettai Shokubutsukan 夢の島熱帯植物館 (Stasiun JR Shinkiba)

16. Tokyowan Yacho Koen  東京港野鳥公園 (Stasiun JR Oomori)

17. Tokyoto Edo Tokyo Hakubutsukan (kecuali pameran khusus bayar) 東京都江戸東京博物館 (stasiun JR Ryogoku)

18. Edo Tokyo Tatemono en 江戸東京たてもの園 (stasiun JR Musashi Koganei)

19. Tokyoto Shasin Bijutsukan (Museum Fotografi)  東京都写真美術館 (stasiun JR Ebisu)

 

Daftar didapat dari : http://dot.asahi.com/life/lifestyle/2013093000032.html

Nah, ada 19 tempat, tinggal pilih mau pergi dan berminat ke mana. Ternyata di antara 19 tempat ini, aku baru pernah pergi ke nomor 10, 11, 12, 13, 14 dan 18… wuih masih banyak yang belum aku kunjungi. Masuk ke dalam daftar dulu deh soalnya hari ini tidak bisa keluar rumah.

Hari ini juga merupakan hari koromogae “pergantian baju musim” jadi ibu-ibu mulai mengeluarkan baju musim dingin karena memang udara sudah mulai sejuk.