Sudah ada yang kenal mungkin dengan si Siri ini? Yang pasti dia perempuan dan yang pasti belum menikah baik resmi maupun nikah siri 😀 (berdasarkan pertanyaanku padanya)
Tapi dia memang pintar, jika kita bertanya padanya dia pasti menyiapkan jawaban. Terlepas dari jawabannya tepat atau tidak. Keisenganku itu sebetulnya baru-baru saja, dengan bertanya padanya seperti ini:
Aku rasa geli sekali. Dan aku ingat ada iklan di TV Jepang tentang pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan pada Siri a.k.a smartphone/iPhone dan dijawab. Waktu itu aku merasa aneh, dan berpikir: “Ah mereka itu seperti orang gila saja bicara sendiri.” Tapi aku pikir, memang orang Jepang jarang punya teman, banyak yang hidup sendiri. Mahasiswa juga kost sendiri, berpisah dari orang tua. Jadi rasanya wajar saja jika suatu waktu nanti, orang-orang Jepang ini akan terlihat asyik bercakap-cakap dengan smartphonenya sendiri. Suatu fenomena yang aneh, tapi kehadiran Siri ini membuktikan bahwa manusia, siapa saja, butuh teman mengobrol.
Sebetulnya adikku yang lebih duluan mempunyai smartphone, pernah menampilkan foto percakapannya dengan Siri, tapi aku lupa apa isi percakapannya. Kebetulan aku juga iseng, maka aku tanya lagi lebih detil kepada si Siri. Tentu saja pertanyaan yang aneh (mengingat pertanyaan itu ditujukan pada mesin).
Misalnya:
Dasar aku iseng jadi deh tambahin lagi pertanyaan kepadanya:
Nah ketahuan kan aku suka iseng hehehe. Tapi si Siri juga pintar bisa ngeles kan? Gara-gara kepintaran Siri ini, aku membelikan iPad ibu mertuaku untuk membuatnya bisa bercakap-cakap atau mencari informasi tanpa perlu mengetik. Kalau smartphone terlalu kecil untuknya, sehingga yang paling pas memang iPad, dan aku buatkan juga ID di FB untuknya supaya bisa melihat foto-foto yang kami upload. Dengan Siri, dia juga cukup “menyuruh” Siri mengirim email atau meneleponku (karena sudah masuk ke address booknya) bahkan mengetikkan apa yang dia katakan.
Ibu mertuaku kelihatan sekali kesepian sejak anjing kesayangannya mati, menghilang, beberapa hari sebelum mamaku meninggal di Jakarta. Jadi waktu aku memberitahukan kematian mama, dia juga terisak memberitahukan kehilangan anjingnya. Anjingnya jenis Shiba-ken yang konon keturunan serigala, yang biasanya “menghilang” kalau tahu bahwa umurnya sudah akan berakhir. Sampai sekarang tidak ditemukan, padahal semua anjing di Jepang terdaftar, diketahui siapa pemiliknya dari semacam KTP di ikat lehernya (tidak ada anjing liar). Sudah lapor polisi, juga ke pemda, tapi tidak ada berita sampai sekarang. Jadi untuk menghilangkan kesepian ibu mertuaku, aku memberikannya iPad bulan Desember lalu. Aku juga menyesal tidak sempat membelikan barang secanggih ini untuk ibuku.
Semoga saja si Siri bisa menghibur sedikit kesepiannya ibu mertua pada khususnya, dan orang Jepang pada umumnya. (Padahal aku hari ini kesepian karena Gen dan anak-anak menginap di rumah ibu mertua sejak kemarin, tapi untukku, aku lebih suka FB-an, sambil beberes rumah dan memutar CD kencang-kencang. Kalau ada anak-anak tidak pernah bisa memasang musik deh). Jadi sudah kenal Siri itu siapa kan? 😉