Dalam pikiranku, seseorang yang menyukai outdoor = suka camping, mendaki gunung, hiking dsb nya yang membutuhkan kekuatan badan. Waktu kucari di wikipedia dengan kata kunci: outdoor aku menemukan keterangan berbagai macam kegiatan outdoor. Dan terus terang, kami sekeluarga belum pernah melakukan hal-hal yang tertulis dalam daftar tersebut, kecuali museum, sightseeing, picnicking dan amusement park :D.
Ok, kami pernah mendaki bukit bersama, dan masih mempunyai target petualangan mengunjungi 100 castle terkenal di Jepang. Kami kalah dari bapaknya Gen yang sudah mendaki gunung-gunung terkenal di Jepang yang tingginya di atas 2500 semua :D. Memang waktu yang dimiliki bapak mertuaku lebih banyak dibanding kami, karena untuk mendaki gunung membutuhkan waktu lebih dari satu hari (kata mertuaku biasanya dia jalan 8 jam baru istirahat) .Tapi seandainya kami punya waktu pun belum tentu bisa mendaki gunung… apalagi aku yang takut ketinggian ini 😀
Tapi yang pasti kami memang suka doraibu (drive). Naik mobil lalu pergi ke prefektur lain, naik highway, keluar pintu tol lalu mulai melihat ke kanan kiri apakah ada tempat yang menarik. Bahkan kadang kami cukup lama turun di Parking Area untuk makan siang atau makan malam. Dan di Parking Area yang besar biasanya ada taman atau fasilitas yang cukup menarik. Dan biasanya yang aku perhatikan adalah bagus tidaknya wc nya. Cukup banyak PA yang wcnya bagus! Nanti deh aku tulis mengenai PA sendiri ya.
Nah, tgl 23 Juni lalu, sesudah mengikuti misa di Kichijouji, kami bermaksud untuk mengadakan survey tempat rekreasi/retret komunitas umat Katolik Indonesia yang terletak di Kobuchizawa di prefektur Yamanashi. Bagaimana cara ke sana, berapa kira-kira biaya transportasinya, keluar di pintu toll mana, letak stasiun terdekat, ada tidaknya toko/restoran di sekitar tempat itu dan lain-lain. Karena memang rumah retret, letaknya memang cukup jauh dari jalan raya dan harus berjalan 40 menit menanjak dari stasiun.
Bagi kami tempatnya bagus. Well bukan bungalow mewah, tapi dikelilingi pepohonan dan sungai kecil, serta tak jauh dari situ kami bisa melihat hamparan bukit rumput yang begitu luas. Begitu melihat tempat itu Kai berteriak, “Waaaahhh bagus sekali, aku mau ke situ dan ingin menggelinding ke bawah. Papa terima kasih, alam ini menyegarkan hati!” Aduh, papa Gen dan aku begitu terharu mendengar perkataan Kai. Kok bisa dia menemukan kata-kata “menyegarkan hati 心が癒される”.Rasanya capek menyetir hilang seketika mendengar anak-anak kami menyukai alam.
Dan mata Kai memang tajam sekali. Waktu kami melewati jalan yang cukup lebar dengan pepohonan di kiri kanan, tiba-tiba Kai berteriak, “Ada RUSA!”… waduh… masak sih? Tapi siapa tahu benar, jadi Gen memutar balik dan melihat ke arah yang ditunjuk Kai. Dan ternyata memang di kejauhan ada sekelompok Rusa liar. Bayangkan melihat rusa di alam, tanpa ada pagar seperti di kebun binatang. Rusa-rusa itu juga melihat ke arah kami, mungkin mereka pikir, “Apaan sh lihat-lihat?” hehehe. Aku segera memotret dengan lensa tele punyaku dan mengabadikan kesempatan emas tersebut.
Kami sebetulnya juga mencari peternakan di daerah itu, siapa tahu kami bisa memegang sapi-sapi langsung atau siapa tahu ada event khusus. Tapi ternyata kami tidak menemukan peternakan yang ada. Kami kemudian mencari wc dan mampir di sebuah toko/restoran tempat istirahat dan penjualan souvenir. Yang kurasa aneh, memang sih daerah di situ daerah villa, tapi baru kali ini aku membaca pengumuman di wc, “Bagi pengguna WC saja, dimohon memberikan sumbangan untuk kebersihan!”. Ya memang sih kalau tidak membeli apa-apa dan cuma mengotori wc, kasihan juga pemilik tempat tersebut. Jadi aku memberikan beberapa keping uang logam yang ada. Eh ternyata akhirnya anak-anak membeli es krim di situ. Yahhhh tahu begitu kan, tidak kasih sumbangan 😀 hehehe.
Begitu kami keluar tempat itu, Gen yang mau membeli minuman kaleng di vending machine tertegun. Ya, tidak bisa dibeli karena mesin itu rusak. Rusaknya adalah tempat memasukkan uang 😀 Si pemilik tempat itu keluar dan meminta maaf tidak bisa membeli di situ karena rupanya baru dirampok semalam. Waduh … memang sih kalau malam tempat itu pasti sepi sekali, tapi isi uang di situ sudah pasti tidak banyak. Paling banyak juga 20.000 yen (2 juta rupiah). Hmmm rambo juga ya.
Karena misi survey sudah selesai, kami akhirnya bersiap untuk pulang ke Tokyo, sebelum terlalu larut dan terjebak macet.