Bestest Day

23 Mar

Mungkin itu yang akan dikatakan Riku tentang kemarin. Ya, hari terbaik untuknya dalam tahun ini. Bestest Day! (Secara tata bahasa Bahasa Inggris, salah loh, yang benar best, tapi untuk percakapan atau main-main boleh dipakai bestest).

Kemarin adalah hari penerimaan rapornya yang dinamakan Ayumi. Pelajaran hari terakhir itu hanya 2 jam saja, sehingga aku mengajak ibu mertuaku untuk makan siang sama-sama di Shinjuku, setelah Riku pulang sekolah. Perkiraanku jam 10 sudah pulang, sehingga aku janjian pukul 11:30 di restoran di Shinjuku. Eh tapi ternyata sudah pukul 10:15 pagi, belum pulang juga. Aku cepat-cepat menghubungi ibu mertuaku lewat email, memberitahukan kemungkinan terlambat.

Pukul 10:40 Riku pulang…. Cepat-cepat dia memperlihatka rapornya, dan dengan senangnya dia mengatakan, “Ma, bagian yang bagus sudah bertambah banyak daripada semester satu kan? Aku boleh dapat hadiah dong”.
“Hmmm masih ada yang kuran baik tuh…. tapi Riku sudah berusaha, OK…tapi sekarang kita cepat-cepat ke Shinjuku. A-chan sudah tunggu loh”
Kami memang sudah siap tinggal berangkat saja, jadi bisa berangkat cepat. Dan ternyata kalau kita cepat bergerak, lumayan juga Shinjuku termasuk dekat, karena ternyata kami bisa sampai tepat pukul 11:30 di restoran Zauo, lantai 1 Washington Hotel Shinjuku.

Begitu Riku melihat nama restorannya, dia senang sekali. Kaget! Tapi….. sayang sekali ternyata kami tidak bisa memancing pada siang hari. Siang hari hanya bisa memesan lunch set saja. KECEWA sekali….aku juga kecewa, karena aku ingin membuat surprise untuk Riku. Seperti sudah kutulis di Ulang Tahun yang Tertunda, aku masih ingin menuntaskan keinginan untuk merayakan ulang tahun dia di Zauo, sebuah restoran unik yang memungkina kita memancing ikan yang ada, lalu minta dimasak terserah kita (sashimi, goreng, kukus, bakar dsb dsb). Aku juga menyesal tidak menelepon dulu sebelumnya untuk menanyakan bisa atau tidak memancing di situ.

Jadi terpaksa kami makan siang di situ, dengan lunch set yang ada. Muka Riku kecewa sekali…. tapi aku katakan, yah lain kali kita datang lagi, atau ajak papa pergi ke cabangnya yang ada di Saitama. Achan juga merasa sayang sekali tidak bisa merayakan ultah Riku saat itu…, Tapi sambil kami makan, kami tanyakan pada pelayan restoran itu, kalau jam makan malam apakah bisa memancing, dan mulai buka untuk malam itu jam berapa. Ternyata mereka memang tutup sesudah Lunch (jam 2) tapi buka lagi mulai jam 5 sore untuk makan malam. Dan kalau malam  kami bisa memancing. Dan kalau kami mau saat itu juga bisa memesan tempat duduk yang enak untuk malamnya. Tapi berarti kami harus melewatkan waktu 4 jam di Shinjuku.

Karena Achan memang bisa keluar rumah sampai malam (tidak usah masak makan malam), dan aku pun tidak ada rencana apa-apa untuk malam harinya, maka kami sepakat untuk memesan tempat untuk malam harinya. Tinggal dipikirkan bagaimana cara melewatkan waktu 4 jam berempat di Shinjuku. Hmmm, aku yang pasti tidak suka window shopping, apalagi dengan 2 krucils. Dan pasti akan capai sekali kaki kami jika berjalan terus untuk menghabiskan waktu.

Bergaya di depan Balai Kota Tokyo

Well, sambil jalan menuju stasiun Shinjuku, kami mampir di Balai Kota Tokyo, yang bersebelahan dengan Shinjuku Washington Hotel itu. Jalan pelan-pelan menikmati kota ini juga menyenangkan. Apalagi aku juga bisa memotret anak-anak dengan gaya mereka. Dan aku ingat dulu sekali, waktu aku pertama kali datang ke Tokyo, aku ingat pernah naik ke observatory di lantai 45 gedung Balai Kota ini dengan gratis. Jadi aku tanyakan pada satpam yang berdiri di depan Balai Kota itu. Ternyata benar, kami masih bisa naik ke observatory lantai 45 itu dengan gratis.

Sebelum menaiki lift khusus yang diperuntukkan bagi pengunjung observatory itu, tas kami diperiksa oleh petugas keamanan. Lalu kami menaiki lift selama 55 detik untuk sampai ke lantai 45. Dari atas sini kami bisa melihat pemandangan sekitar Tokyo, termasuk pula Sky Tree di kejauhan. Sayang meskipun udara tidak mendung, langit tidak begitu cerah sehingga Sky Tree samar-samar saja terlihat di kejauhan.

dari Observatory Balai Kota lantai 45, terlihat Sky Tree di kejauhan (kanan)

Setelah melewatkan beberapa waktu di Observatory Balai Kota Tokyo, kami melanjutkan perjalanan ke stasiun Shinjuku. Mampir ke toko elektronik untuk membeli kaset DS untuk Riku, setelah itu aku ajak A-chan ke karaoke. A-chan jarang sekali ke karaoke, anak-anakku juga jarang, jadi dengan kikuk kami masuk ke Big Echo. Riku tenggelam dengan permainan DS nya sampai baterenya habis, jadi boleh dikatakan cuma aku yang sibuk mencari lagu dan menyanyi. Padahal aku sudah memilihkan lagu-lagu anak-anak supaya Kai juga bisa menyanyi. Tapi setiap aku ajak… “Ngga mau, aku cuma mau menyanyi di TK…” hahaha.

Tapi aku memang memilih menghabiskan 2 jam di Karaoke daripada di kedai kopi. Karena selama-lamanya kita bisa duduk di kedai kopi tentu tidak bisa sampai 2 jam, apalagi dengan 2 krucils. Pasti anak-anak akan bosan berada di kedai kopi. Enak di dalam karaoke box, karena kami selain bisa duduk enak, bisa ngobrol, bisa menyanyi, bisa makan minum dan …santai selama kami mau. Setelah 2 jam berlalu, kami lalu naik bus kembali menuju Restoran Zauo di Shinjuku Washington Hotel.

Riku dengan ikan pancingan pertamanya

Riku langsung mulai memancing begitu kami mendapat 2 buah kail. Karena kami anggota kami tidak perlu membayar untuk menyewa kail + umpannya. Tapi meskipun Riku langsung mencoba memancing butuh waktu sekitar 15 menit, sampai dia berhasil menangkap satu ikan bernama Tai. Ikan kakap (?) yang dianggap membawa keberuntungan atau dipakai sebagai makanan dalam selamatan. Pelayan di sana merayakan penangkapan ikan pertama Riku dengan tepuk tangan. Ikan itu kami minta untuk digoreng dan dibuat sashimi.

Kami tahu beberapa jenis ikan yang mahal, seperti ikan Hirame, jadi kami berusaha memancing ikan yang termurah yaitu ikan yang bernama Aji. Riku mencoba, tapi tidak dapat. Lucunya ikan Aji ini katanya bisa ditangkap tanpa umpan. Tapi mesti hati-hati karena ikan Aji ini dijadikan satu tempat dengan ikan Hirame dan Umazura. Karena Riku tidak berhasil menangkap Aji, aku mencoba menangkap dan setelah menunggu 10 menit berhasil juga mendapat satu ekor.

Makan berbagai ikan, sashimi, goreng dan tanpa nasi tentunya 😀

Yang menyenangkan, setelah Makan 3 ikan tangkapan Riku dan aku, Kai juga semangat untuk memancing. Tak diduga, Kai bisa memancing Aji (yang cukup sulit itu),  lalu Kasago (seperti ikan karang) dan Umazura. Totalnya kami menangkap 8 ekor ikan! Banyak, tapi memang tidak bisa menahan keinginan anak-anak untuk tidak memancing kan? hehehe. Untung kami bisa membawa ikan hasil tangkapan asal digoreng atau dibakar terlebih dahulu. (Kalau mentah tidak boleh dibawa pulang. Peraturan dari dinas kesehatan tentunya).

Kimo, Kokuryu dan cumi

Kami baru pertama kali makan ikan yang bernama Umazura. bentuknya agak bundar dengan kulit keras bermotif loreng. Kami disarankan makan mentah (sashimi) dan kami turuti… Dan ternyata ikan itu ENAK sekali dimakan mentah (kecuali kulitnya ya). Dan yang menarik, mereka mengeluarkan isi perut ikan kimo dan menaruhnya dalam satu piring. Karena pelayan itu mengatakan bahwa kimo itu cocok untuk lauknya minuman keras sake, aku dan Achan memesan sake bernama Kokuryu 黒龍 (harafiahnya Naga Hitam). Aku pernah mendengar bahwa nama sake ini enak jadi aku pesan. Dan memang enak, apalagi setelah mencoba kimo yang diberi kecap asin…. wow banget deh. Sayang Gen dan bapak mertuaku tidak ikut (bapak mertuaku memang tidak suka pergi-pergi ke restoran gaya begini, makanya tidak aku ajak).  Achan dan aku sepakat bahwa restoran ini enak karena ikan yang masih segar langsung dihidangkan sesuai permintaan kita dan yang terpenting: kami tidak perlu masak di dapur. Bisa santai duduk sambil makan dan minum dilayani oleh pelayan. Maklumlah sebagai ibu rt, tentu kami yang harus kerja jika mau menjamu tamu, atau makan enak di rumah.

Riku yang sumringah sekali hari itu

Restoran ini menetapkan peraturan hanya boleh 2,5 jam memancing jika reserve tempat. Jadi seitar jam 7:30 kami bersiap untuk pulang.  Tapi pelayan kemudian membawa 2 piring dessert, dengan dua kue coklat kecil dan kembang api di atasnya. Serta sebuah karton besar bertuliskan “Happy Birthday!”. Waktu awal memang aku beritahu bahwa kami merayakan ulang tahun Riku (25 Feb) dan Achan (14 Maret). Jadi deh pelayan dengan suara lantang mengatakan, “Selamat ulang tahun untuk Riku dan Achan” dan disambut dengan tepuk tangan seluruh pelayan dan pengunjung resto… Senangnya Riku, senangnya aku bisa membuat Riku dan Achan senang! Dan mereka juga mengambil foto kami serta mencetaknya dalam kartu ucapan dari resto tersebut. Pelayanan yang bagus sekali.

Semua senang

Meskipun cukup mahal, tapi sambutan, pelayanan resto yang sedemikian baik membuat kami betah dan melewatkan waktu dengan senang. Tentu saja Riku ingin datang lagi, tapi baru bisa tahun depan ya…. kalau tidak mama bokek nih :D. Eh, tapi kalau Opa mau datang ke Jepang, aku mau mengajak ke sini karena opa suka makan ikan! Siap menabung dari sekarang deh…..

Kartu Happy Birthday dari restoran Zauo