Entah apa yang menyebabkan aku menuliskan tentang Solitaire dan Sendiri di blog ini beberapa waktu lalu. Awalnya memang percakapan dengan sahabatku Nique yang mengatakan “Mbak aku mau nonton sendiri”…. “Loh kok bisa?” Eh… tapi aku juga bisa apa-apa sendiri, tapi tidak bisa makan sendiri di awal kedatanganku di Jepang, sehingga jadilah tulisan itu. Dan karena dilanjutkan oleh sahabatku ini dengan judul yang sama, maka akhirnya iseng kami berdua membuat Giveaway Mandiri, yang mengharapkan masing-masing blogger menuliskan kisahnya dengan judul “Solitaire dan Sendiri”.
Kesimpulannya : manusia itu (sebetulnya) bisa melakukan apa-apa sendiri! Apalagi jika terpaksa. Bahkan memang waktu kita menghadap ke Maha Pencipta kita juga dipanggil sendiri, dan menghadap sendiri. Kematian itu = kesendirian kita.
Tapi benarkah kita sendiri waktu menghadapi kematian? Waktu mama meninggal selama 3 hari disemayamkan di rumah, aku merasa bahwa mama memang meninggal sendirian, tapi diiringi oleh banyak doa dan layatan teman-teman yang hadir. Kami bisa membuat misa setiap malam dan bahkan misa pagi pelepasan sebelum dibawa ke kremasi. Detik-detik menyedihkan bagi kami sekeluarga adalah waktu peti ditutup dan waktu peti dimasukkan ke dalam pembakaran, selalu kami iringi dengan Doa Bapa Kami, Salam Maria dan kemuliaan tanpa henti. Aku bersyukur mempunyai doa-doa ini yang amat sangat menguatkan hati kami. Karena dalam doa kepada Bunda Maria, Bunda Yesus itu terdapat kata-kata : memohon doa Bunda bagi kami yang berdosa, sekarang dan waktu kami mati.
Dan yang pasti aku juga tidak merasa sendirian selama menghadapi kematian mama. Aku punya papa yang kuat dan tegar, yang dalam kesedihannya masih bisa memberi nasehat kepada para pasangan untuk saling menghargai. Dia juga amat menghargai keinginan mama untuk dikremasi padahal dirinya tidak setuju awalnya. Aku juga punya adik-adik yang begitu rukun dan sigap menyiapkan segalanya sebelum kami sampai di Jakarta. Tante-tante yang sigap mempersiapkan makanan buat tamu dan petugas. Saudara-saudara dan tetangga yang saling membantu. Ah persaudaraan itu memang indah.
Aku juga kaget waktu chatting dengan Nique kamis malam, waktu sedang packing untuk berangkat hari Jumatnya. Ternyata kamis pagi itu dia langsung datang ke rumah untuk melayat. Memang aku meninggalkan pesan padanya begitu aku mendengar berita mama meninggal dan memberi tahu bahwa aku akan pulang mendadak. Tapi aku tidak menyangka bahwa dia mencari alamat rumahku dan datang bertemu dengan papa dan adikku Novi. Aku juga senang mendengar bahwa Dharma, Sophie dan Kei langsung mengenali biuda Nique karena pernah bersama-sama pergi ke Kidzania.
Selain biuda Nique, Kika juga hadir di rumahku, pas kami belum sampai di Jakarta. Hari Sabtu pagi aku dibangunkan dengan kedatangan Riris yang juga mewakili Reti. Masih kepet belum mandi, sahabatku Diajeng datang bersama putrinya (Diajeng juga menulis di sini). Setelah itu datanglah rombongan blogger Mbak Monda, Putri, Krismariana, Bu Enny dan Yoga. Juga Eka dan husband. Dan tentu saja kami tak lupa berfoto bersama. Bahkan papa mengatakan :”Hati-hati bicara di sini nanti ditulis loh di blog masing-masing” hehehe. Kunamakan pertemuan kami hari itu dengan “Kopdar Duka”.
Tapi yang paling membuatku terkejut waktu upacara penutupan peti hari Sabtu malam, ada seorang wanita yang kupikir salah satu saudara dari keluarganya adik iparku yang memang berwajah “jawa” sekali. Tapi setelah itu di belakangnya kenapa ada broneo? Ya ampuuuuun ternyata Nana dan Broneo datang! Alangkah senangnya bisa bertemu karena aku sama sekali tidak menyangka. (Aku juga sempat heran mereka tahu alamatku dari siapa ya hehehe).
Malam itu juga Retty N Hakim sempat datang. Ah teman-teman bloggerku ini memang semua baik-baik. Belum lagi ucapan tanda duka yang disampaikan lewat berbagai media, FB, twitter, Blog dsb. Bahkan RZ Hakim juga menulis khusus di sini. Terima kasih atas semua dukungan dan doa dari semua teman-teman.
Merasa sendiri? Ah tidak perlu lagi, karena sesungguhnya teman itu banyak sekali, asal kitanya mau bergaul dan membuka diri. Dan tentunya selain itu kita wajib menjaga silaturahmi. Sapalah teman-teman yang mungkin sudah lama tidak bertegur sapa, jangan hanya waktu perlu saja. Mungkin dengan sapaan kita, dia akan terhibur. Aku juga mau minta maaf pada teman-teman yang mungkin sudah lama tidak kusapa. Ingatkan aku juga ya.
Giveaway Mandiri: Solitaire dan Sendiri yang diikuti oleh 61 peserta juga sudah berakhir dengan pengumumannya di sini. Selamat untuk para pemenang.