Kami masih meneruskan kebiasaan mendongengkan anak-anak setiap malam. Seringnya aku membacakan sebuah buku pilihan untuk Kai, sedangkan papanya (kalau sudah pulang) akan membacakan buku pilihan Riku. Bisa dibayangkan ramainya dalam satu kamar hehehe. Kalau papanya belum pulang, maka biasanya Riku ndompleng mendengarkan buku yang aku bacakan untuk Kai.
Ada satu buku bagus yang berjudul “24 pasang mata 二十四の瞳 ” yang Gen bacakan untuk Riku hampir setiap malam selama sebulan. Karena Riku sangat cepat tertidur jadi ceritanya tidak maju-maju. Sedangkan Kai biasanya memilih buku-buku bergambar mengenai cerita dongeng rakyat Jepang. Tapi ada satu buku mengenai “Hitomaneko zaru – Curious George” yang dia sering minta aku bacakan. Sebetulnya aku malas sekali membaca bukunya George yang ini karena lumayan panjang, padahal aku tahu aku yang lebih cepat mengantuk daripada Kai. Kalau sedang baik memang Kai menginjinkan aku berhenti dan tidur, tapi kalau lagi keras kepala….duh aku harus baca terus meskipun ngantuk (seringnya aku skip beberapa halaman sekaligus supaya cepat habis :D).
Ada satu buku bergambar yang berjudul “Singa yang Baik- Yasashi Raion” karangan Yanase Takashi si pencipta Anpanman, yang hari lahirnya sama dengan Pramoedya Ananta Toer, tgl 6 Februari. Menceritakan tentang seekor Singa yang lahir yatim piatu, kemudian dirawat oleh seekor anjing. Anjing membesarkan dengan kasih sayang dan mengajarkan semua tentang kehidupan pada si Singa, sampai Singa menjadi lebih besar dari si Anjing. Tapi kemudian si Singa dipisahkan dengan Anjing dan dipindahkan ke sebuah sirkus. Setiap malam Singa menangis karena rindu pada mamanya, yaitu si Anjing. Sehingga suatu hari dia menerobos kandangnya, melompati rumah-rumah untuk bertemu dengan mamanya- Si Anjing. Karena Singa lari dari sirkus itu, dia dianggap berbahaya dan dikejar-kejar oleh polisi bersenjata. Sampai akhirnya dia bertemu mamanya dan menggendong mamanya pergi…. tapi senjata polisi sudah memberondongnya dan ibu-anak itu pun mati. Setelah itu warga di situ sering melihat bayangan singa yang menggendong anjing “terbang” menuju hutan….. hiks…dan aku tersedu-sedu sampai beberapa saat tidak bisa langsung tidur 😀
Jadi yang ingin aku katakan dalam tulisan ini, mendongeng memang baik, tapi tergantung juga bukunya apa. Kalau terlalu panjang, bisa jadi tidak habis-habis seperti buku yang dibacakan Gen untuk Riku. Atau terpaksa harus memotong beberapa bagian seperti buku George… atau kalau bukunya sedih, bisa sulit tidur malahan. Itu kalau mendongeng, sedangkan aku tidak pernah membiasakan membaca buku untuk diri sendiri sebelum tidur. Karena aku tidak akan bisa tidur sebelum buku itu habis!
Buku seperti apa yang menurut kamu tidak pantas atau sebaiknya tidak dibaca sebelum tidur? Buku tentang hantu? atau mungkin buku humor? hehehe….