Mungkin Taman Kupu-kupu Cihanjuang adalah klimaks dari perjalanan Gen di Indonesia. Setelah Danny dan pak supir datang menjemput kami, kami cek out dari Hotel Universal dan menuju daerah Cihanjuang. Aku musti berterimakasih pada Rina Hidayat, sahabat guru di Jepang yang nyeletuk soal Taman Kupu-kupu Cihanjuang menanggapi status aku di FB: “No shopping, No eating di Bandung setengah hari”. Impossible kan, ke Bandung tanpa shopping dan eating :D.
Nah, suamiku itu suka kupu-kupu. Sudah ada beberapa posting di Twilight Express ini mengenai Kupu-kupu Jepang, termasuk Kupu-kupu Nasional Oomurasaki. Saking sukanya dia mengajak Riku untuk ikut menangkap kupu-kupu dan memperkenalkan bermacam jenis kupu serta membuat specimen kupu-kupu kering sebagai hobi baru. Jadi waktu aku merencanakan liburan untuk Gen, aku sekaligus merencanakan untuk pergi ke Taman kupu-kupu Cihanjuang. Dan aku juga berterima kasih sekali pada Danny yang mengantar kami ke sana. Terus terang kalau jalan sendiri kami TIDAK AKAN bisa sampai ke sana. Jauuuuh bo!
Kami sampai di Taman Kupu-kupu Cihanjuang jam 11:30. Tempatnya sepi sekali, sampai kami kelewatan sampai ke sebuah pendopo. Ternyata bukan itu Taman Kupu-kupunya. Tapi tidak jauh kami menemukan pintu masuk dengan lambang kupu-kupu besar. Masuk ke pintu langsung sampai di sebuah toko souvenir. Ternyata memang untuk masuk taman itu harus masuk ke toko itu, membeli karcis (sebagai tanda terima kami masing-masing mendapatkan badge kupu-kupu). Dari toko souvenir itu kami masuk ke dalam “kandang” kupu-kupu. Taman itu dipenuh bunga-bunga berwarna-warni. Memang harus ada bunga ya untuk menarik kupu-kupu ya?
Tanpa kupu-kupu saja sudah senang masuk ke taman ini, tapi melihat kupu-kupu beraneka warna terbang lebih menyenangkan lagi. Menurut Riku kupu-kupu Indonesia lebih cepat terbangnya daripada kupu-kupu Jepang. Tentu saja warnanya juga lebih semarak. Oranye, Merah, Kuning, Hijau, Biru…. macam-macam. Aku berhasil memotret beberapa diantaranya.
Taman kupu-kupu itu tidak besar, sepelan-pelannya kami memutarinya paling lama 30 menit. Tapi di dekat pintu keluar ada tempat penangkaran kupu-kupu. Telur kupu-kupu dikumpulkan dalam rak khusus, sambil menunggu calon-calon kupu-kupu itu menetas menjadi kupu-kupu. Waktu aku ke tempat ini, Gen sedang memegang seekor Rama-rama (ngengat) Raksasa yang baru menetas. Hiiii ngeri, sampai Riku juga ketakutan. Katanya ada ngengat yang beracun jadi dia ngabur.
Tapi aku tidak takut pada kupu-kupu. Senang juga bisa menemukan telur yang menetas. Bayangkan yang tadinya masih dalam kempompong, tiba-tiba keluar dan sedikit-demi sedikit mengering serta membesar. Indah warnanya. Ada salah seekor kupu besar yang baru menetas, masih tahap mengeringkan sayapnya dan diambil oleh petugas untuk ditaruh di tangan kiriku. Langsung deh mengabadikannya dengan tangan yang lain.
Cukup lama kami di sini dan berhasil menemukan beberapa telur yang menetas. Kalau tidak ingat bahwa waktunya terbatas, mungkin Gen akan berada di situ terus deh. Akhirnya setelah berfoto bersama petugas, kami keluar dari Taman Kupu-kupu itu. Danny ternyata sudah menunggu di toko sambil menyelesaikan pekerjaannya di komputer. Kami melihat-lihat barang souvenir di sini, tapi akhirnya cuma membeli satu buku ensiklopedi Kupu-kupu di Kebun Raya Bogor. Gen juga senang sekali bisa menemukan semacam buku ensiklopedi kupu Indonesia ini. Memang dia titip padaku untuk belikan, dan aku tidak tahu harus cari di mana. Untung sekali di toko souvenir itu ada. Hanya 45.000 rupiah!
Kami kembali ke parkir. Terus terang, Riku ingin menangkap kupu-kupu! Tapi dalam taman kupu-kupu memang tidak boleh (pasti) menangkapnya. Tapi si mbak petugas yang kami tanya bilang boleh kalau di luar taman. Jadi Riku mengejar kupu-kupu yang terbang di sudut lapangan parkir dengan jaring yang dibawa dari Jepang. Cukup sigap dia menangkap beberapa kupu asli Indonesia ini. Nah, waktu kami sedang sbuk-sibuknya menangkap kupu-kupu di sini, tiba-tiba ada seorang bapak yang menyapa dan mengatakan harus cepat dimatikan kupunya supaya jangan berontak. Kalau berontak maka sayapnya akan rusak. Kalau rusal percuma kan dibuat specimen. Beliau kelihatan ahli sekali, karena bisa langsung menyebutkan nama latin kupu-kupu yang ditangkap Riku, bahkan yang sedang terbang!
Gen mulai heran dan menanyakan apakah beliau petugas dari taman kupu-kupu atau mungkin profesor? Dan dijawab oleh Pak Ayam Hugeng ini bahwa beliau HANYALAH pecinta kupu-kupu. Beliau sudah 40 tahun mengumpulkan kupu-kupu di seluruh Indonesia dan menangkarkannya. Beliau juga sudah mengekspor dan menjual bermacam kupu-kupu ke luar negeri. Untung kami sempat berpotret bersama di sana. Karena setelah pulang ke Jepang, kami menemukan artikel tentang beliau di sini.
Ada satu jenis kupu-kupu yang tidak bisa tertangkap oleh Riku karena dia terbang cepat sekali. Tapi untung sekali kami tidak menangkap kupu-kupu itu, karena ternyata waktu kami kembali ke Tokyo kami mengetahui bahwa untuk membawa masuk kupu-kupu jenis ini ke Jepang kami harus membawa surat ijin khusus, sedangkan kupu-kupu jenis lain yang ditangkap boleh tanpa surat ijin.Well, kami tidak mau melanggar peraturan kan.
dari atas (kiri-kanan) Junonia orithya アオタテハモドキ Elymnias hypermnestra ルリモンジャノメ Papilio peranthus アオネアゲハ 2nd line from left Papilio demoleus オナシアゲハ Papilio polytes シロオビアゲハ Graphium agamemnon agamemnon コモンタイマイ Pachliopta aristolochiae ベニモンアゲハ 3rd line from left Delias belisama ベリサマカザリシロチョウ Appias libythea olfernaオルフェルナトガリシロチョウ
Karena sudah lewat jam makan siang dan sudah lapar, kami sudahi petualangan di Taman Kupu-kupu Cihanjuang, dan menuju dalam kota untuk cari makan. Kami makan siang di restoran Raja Rasa ( Jl. Setra Ria No. 1.). Berhubung sudah lapar, kami malah tidak banyak foto-foto di sini. Rasanya? Lumayan lah, sepertinya aku salah tidak mencoba kepiting, karena katanya sih kepiting di resto ini enak. Aku sendiri malas sih pesan kepiting, makannya susah 😀 . Dari sini kami lalu menuju Kopi Aroma karena Gen ingin melihat “gudang”nya dan mau membeli lagi untuk oleh-oleh. Apa daya, kopi Aroma sudah tutup waktu kami datang. Rupanya mereka cuma buka sampai jam 3 siang. Yaaah sayang sekali. Untung waktu aku pergi dengan Kai sudah ke sini.
Jadi kalau ada waktu cukup banyak di Bandung, bisa mengajak anak-anak pergi wisata edukasi ke Taman Kupu-kupu Cihanjuang. Daripada hidup konsumtif dengan makan dan belanja saja kan? 😉
Riku pasti senang sekali ketemu dengan hobbynya ya
aku baru tau taman ini mbak, selin ini taunya ada di TMII, tapi kebalikan dengan Riku anak2 justru geli liat kupu2 , jadi nggak pernah mampir
Kemarin waktu di Bandung juga sempat memotret kupu-kupu di hotel, Bu. Bisa dilihat di blog matadrjt ini. 😀
Wuih, si Riku niat sekali sampai-sampai bawa jaring dari Jepang. Hwehe.
Sejatinya saya juga suka kupu-kupu, Bu. Namun apabila teringat asal muasal dari binatang bersayap cantik ini, jadi ngeri sendiri. 😛
Wisata edukasi yang sangat menarik mbak, perubahan bentuk menjadi kupu-kupu merupakan metomorfosis paling lengkap, dari bentuk ulat yang banyak dihindari keluar kupu-kupu yang indah.
Menambah daftar panjang tempat yang ingin dikunjungi nih.
Wow..wow..wow..wow..wow….
K’Em liburannya bener2 deh…takjub!
Aku pernah ‘nemu’ si rama-rama itu di pohon jati. Udah girang nemu kupu raksasa, eh tnyta bukan kupu to? Hehe…baru tau…
Buatku, keajaiban bisa melihat kupu-kupu ‘menetas’ dari kepompongnya. Seperti melihat bunga mekar. Ah, Tuhan sungguh sangat luar biasa ya Kak…
Satu lagi, k’Em sll ketemu dengan ‘ahlinya’. Gk di kopi gk di kupu. Hehe… Sip banget!
Jalan2 kemaren banya ya Mba, pasti dirumah cuma hanya sehari dan selebihnya keliling terus. Yang kebayang cuma ‘seberapa sih gede kandang kupu2?’ 😀
Foto2nya keren sekali mbak Imelda.. 😀
mesti belajar banyak nih sama Mamanya Riku dan Kai 😀
ohya, aku jg baru tau Taman Kupu2 ini… yg pernah kami kunjungi cuma Taman Kupu2 di TMII…
takjub melihat kupu-kupu cantik disana ya kak. beberapa kali melihat postingan tentang kupu-kupu cihanjuang ini jadi tertarik kesana
Di dkt makassar jg ada taman kupu-kupu bahkan jadi taman national, Bantimurung
Pernah kesana… tp kok gk nemu kupu2 ya… ?? cuma banyak kupu2 yg sdh jd souvenir saja
Info dari beberapa orang yg kami temui, katanya memang kupu-kupu tersebut saat ini sdh sedikit.
Salam,
waaaaaaa pengen bgt bikin taman kupu kupu itu, dari dulu, tapi kayaknya modalnya ekstra ya hehehe
mbak, kayaknya taman kupu2 ini menarik banget. aku malah belum pernah dengar soal ini. nggak mengira ada ya yg menangkarkan kupu2, dan pak hugeng itu hebat sekali. masyarakat mestinya berutang banyak padanya, kalau tidak, bisa2 kupu2 di Indonesia makin banyak yg punah.
wah tempat ini cocok banget buat gen ya mbak.. secara penggemar kupu2… 🙂
Ngengat yang cantik sekali… ^_^
*ngomentarin ngengat yang di tangan pak Gen.. 😀
Banyak juga specimen kupu2 yang sudah dikumpulkan riku, ya? kelihatannya riku mulai menyenangi hobi ini, ya… 😀
lho, aku baru tau kalau rama rama itu , ternyata jenis ngengat ya Mbak EM,
aku pikir itu kupu2 lho ,
karena di bogor rumah ibuku, ada beberapa rama rama yg suka mampir dan hinggap di pintu
Riku pasti bahagia banget bisa langsung lihat aneka ragam kupu kupu di sini 🙂
salam
Aih indah sekali foto2nya Mbak…
Warna-warnanya keluar semua..
sayang sudah tak ada kupu-kupu lagi di rumahku… mungkin karena gersang ya.
Ahahaha… kalimat terakhirnya, setuju banget Mbak…
Kupu-kupu… waktu masih jadi ulat, si buruk rupa…tapi waktu dah jadi kupu-kupu, semua berdecak kagum..
kameranya mantab banget Mbak…..
Kupu Troides Helenanya is so beautiful, sudah lama hidup dikota yang nggak banyak taman amannya, nggak pernah liat kupu kupu dari dekat
eh ternyata ada ya .. taman kupu kupu disini .. selain di bali??
baru tahu saya….
kupu-kupu itu indah tapi asalnya dari ulat yang gatal
salam kenal gan saya asli Ponorogo kota Reyog, nama saya Aziz biasa dipanggil zendun, jadi mana blognya zendun
Wow! Ngengat sebesar itu? Ternyata ada juga ngengat yang indah ya 😀
Thanks infonya, Bu Em, kapan-kapan saya akan ke sana. Sering berjalan-jalan ke Bandung tapi kok gak tau ada taman kupu ini 😀
Yang pernah saya kunjungi taman kupu di air terjun Cilember. Tapi ternyata malah gada kupunya 😥
ah, kupu2 selalu menjadi makhluk yang indah .. 😉
Mbaaaaa. aku udh lama bgt pgn motret kupu2 di atas bunga kek gituh, apa daya blm punya SLR, blm kesampean deh, hiks. Foto Troides Helena yg cantik.
Khusus foto itu bukan hasil DSLR loh…. aku pakai kamera digital Canon Powershot G9. Yang penting memang timing sih. Kesabaran sangat diperlukan 😀
EM
Baca tulisan mbak imelda jadi teringat waktu sd sering banget nangkap kupukupu ini.. tapi karena dulu gak tahu cara mengawetkan atau ginananya.. jadi biasanya kupukupunya mati dengan gak jelas 🙁
Kupu-kupunya indah sekali…. Dan foto kupu2 yang ditangan mbak Imel kontras sekali dengan gelang birunya.
Aku juga ingat pertama kali bertandang kemari mbak Imel baru bercerita tentang kupu-kupu kemudian lanjut ke kegiatan sekolah Riku hingga awalnya kukira ini blog pengetahuan alam di Jepang.
wah keren banget tuh mbak…tapi dimana tuh cihanjuang yg dimaksud yah?? kudu cari info kalau pas main ke bandung sama keluarga.
Masalahnya ga semua suka kupu2…si Nedia malah takut karena dia tahu kalau kupu2 dari ulat dan dia geli kalau liat ulat…
saya suka liat kupu-kupu, tapi kalo dihinggapin takut…gyahahahahah. abis kakinya kan kayak jarum2 gitu, geli aja kalo nyentuh2 kulit, hahaahah.
ckckck…
Mba Imel bener-bener berpetualang di kota Bandung ternyata 🙂
Pernah dengar tentang tempat ini…tapi belum pernah kesono *jadi malu ama mba Imel*
Dapat banyak referensi tempat di Bandung malahan dari orang Tokyo…hihihi…
Alangkah tidak gaulnya aku inih….
Oh suaminya suka kupu-kupu toh … hehehe sama dong …
iya dia liat loh akunnya mas harjo di FB….ketemu waktu cari keterangan ttg kupu-kupu
EM
Nah itu dia rama-rama! 😀
Saya pernah lihat di depan paviliun saya sekarang, di Bandung ini, saya pernah lihat rama-rama besaaaaaar sekali. Saya yakin lebar rentang sayapnya sekitar 50-60 cm. Saya yang pertama kalinya ihat rama-rama, sempat ngeri juga. Sampe akhirnya ortu saya ngasih tahu, itu bukan kupu2, tapi rama-rama. 😆
dan rama-rama itu ada yang beracun katanya hihihi. Apalagi Ramanya Sinta….racun dunia tuh 😀
EM
Jangan ketawa baca comment ini ya,,,
tapi tadi pas liat foto nya di FB,,kirain cihanjuang itu ada di jepang,,
gak tahunya dibandung,,sumpah dah ah..
ayem kagak tahu,, kalau di bandung ada tempat sebagus itu,
kapan kapan kalau ke bandung ke sana ah….
foto yang kupu kupu di tangan itu bagus banget.
ketawa dulu ahhhhh hihihi
EM
Lagi2, aku kok tahunya malah dari blog mbak…hehehe
padahal lumayan sering ke bandung… 🙁
Orang Jepang saja kagum sama alam Indonesia. Tapi mengapa warga Indonesia sendiri malah acuh ya? Saya aja nggak tahu kalau ada taman kupu-kupu di Bandung. Hehehe.
Imel..saya benar-benar iri deh.
Hmm kapan ya sempat ke taman kupu-kupu ini?
Yang tak kalah dahsyat itu kemunculan sosok Pak Ayam Hugeng. Tiba-tiba nongol dengan sangat bersahaja namun tahu segala. Kali pertama datang, pikiran sudah menimang-nimang menerka: orang ini pasti paham sekali dengan kupu-kupu. Dan benar semata.
Dan aku berani bertaruh: kalau bukan karena acara hari itu, sampai sekarang aku tetap belum pernah mengunjungi Taman Kupu-kupu Cihanjuang (kamana wae atuh…)
Pingback: Weekly Photo Challenge: Waiting | RyNaRi
Salam kenal mbak ..
Tempat ini salah satu pilihan kalau saya mengajak anak untuk jalan2, murah meriah karena tidak jauh dari rumah.
Anak saya juga suka kupu-kupu, malah dia sempat melihara ulat keket (yg hijau gede itu) di pohon jambu samping rumah, katanya biar jadi kupu-kupu .. 🙂
Kupu Troides Helena itu di lindungi ya ? Suka liat di sekitar rumah …