Eco cap for vaksin

25 Okt
lambang daur ulang

Akhir-akhir ini saya agak sebal dengan sistem pembuangan sampah yang berubah di Tokyo. Karena kita harus lebih memperhatikan lagi bahan-bahan dari sampah yang akan kita buang itu. Kalau dulu tinggal memilah dengan sampah dapur+ kertas sebagai sampah terbakar), kemudian botol, kaleng terpisah, dan yang lainnya yang tidak terbakar bisa dijadikan satu sebagai sampah tidak terbakar. Sudah terbiasa dengan pemilahan begitu sejak saya datang di Jepang sini tahun 1992…. Tapi ternyata sekarang ada penambahan pemilahan lagi yang lebih mendetil. Botol plastik harus dipisah tersendiri untuk didaur ulang, Dan tutupnya yang berbahan plastik (dengan lambang segitiga) itu harus dibuang bersama sampah plastik lainnya. Bahan aluminium dipisah juga supaya bisa didaur ulang, tetapi bahan steel bisa dijadikan satu dnegan semua barang yang tidak jelas tapi tidak bisa dibakar. Padahal ada juga yang menurut saya tidak bisa terbakar tapi boleh dijadikan satu dengan sampah dapur. Huh…. merepotkan sekali. Sampai saya terpaksa mencetak panduannya dan menempelkannya di dapur. Karena jika kita menaati peraturan itu, sampah kita tidak akan diambil…hiks….

Memang saya tahu bahwa pet botol (botol plastik) yang dikumpulkan itu bisa didaur-ulang menjadi karpet, baju atau bahkan botol yang baru. Juga kaleng-kaleng alumunium itu bisa didaur-ulang lagi. Demikian juga dengan botol kaca…. Tapi saya sempat tertegun waktu membaca di sebuah iklan di bus atau kereta (saya lupa) tentang sebuah yayasan yang mengumpulkan tutup botol plastik…. Ya tutupnya saja loh. Katanya 400 biji tutup botol plastik itu berharga 10 yen. Itu jika dikumpulkan, sedangkan jika kita buang begitu saja menjadi sampah maka akan menghasilkan 3150 gram CO2.

Dan gerakan mengumpulkan tutup botol plastik ini bertujuan untuk memberikan VAKSIN kepada anak-anak di negara berkembang. Katanya biaya vaksin polio seorang anak adalah 20 yen. Nilai itu sama dengan 800 tutup botol plastik. Tanpa kita keluar uang, hanya mengumpulkan saja…. kita dapat membantu perkembangan anak-anak di dunia ketiga. Betapa mulia kegiatan ini.

Menurut penjelasannya di web, tutup botol plastik yang terkumpulkan itu akan “dijual” ke pabrik dan dengan uang hasil penjualan akan dibelikan vaksin-vaksin yang akan dikirim ke negara ketiga.

Well saya juga akan coba kumpulkan tutup botol plastik itu, entah sampai berapa banyak…sebisanya (tentu saja ada pool tempat mengumpulkan tutup plastik itu yang ditaruh di daerah-daerah tertentu. Kalau saya bisa mengumpulkan perangko, masa saya tidak bisa mengumpulkan tutup botol saja?

Tapi sebetulnya kegiatan pengumpulan dengan tujuan membantu negara berkembang ini tidak hanya terbatas pada pengumpulan tutup botol plastik saja. Perangko (ya perangko dan ini membuat saya tidak bisa koleksi lagi) dan kartu telepon/kereta/bus. Setelah dikumpulkan mereka daur-ulang dan uangnya dipakai untuk pendidikan dan kesehatan di negara-negara Asia-Africa.

Sedikit membuang tenaga, tapi banyak senyum yang terkembang…..

related posting on environment from my friends:

Menyambut hari bumi (meski terlambat)

Pengumuman yang ramah lingkungan

 

Dan 2 tahun sesudah tulisan ini dibuat, aku terlibat aktif dalam pengumpulan eco cap ini di SD Riku. Laporannya bisa dibaca di : http://imelda.coutrier.com/2010/03/12/purnabakti/

18 Replies to “Eco cap for vaksin

  1. Hm…repot juga, ya, mbak, harus memilah-milah sampah yang harus kita buang..kalo sampah dapur dan non dapur mungkin lebih mudah..

    btw, wah..keren juga…hanya dengan mengumpulkan pet botol bisa membantu vaksin untuk anak2 di negara ketiga…Indonesia masuk, gak, tuh ?

    Ngga tau masuk nggaknya. Kebanyakan memang ke Afrika
    EM

  2. Kelihatannya memang repot, tapi coba bayangkan kegunaannya. Andaikata di Indonesia seperti itu, jalanan mesti bersih, sungai juga….

    iya bu, semua kan saling terkait.
    EM

  3. Ide sederhana dengan dampak yang besar. Bagus untuk dicontoh. Kapan ya di Indonesia ada gerakan seperti itu? Kan lumayan, bisa buat bantu anak2 yang kurang mampu. Hmmm..

    Kapan ya….?
    EM

  4. kreativitas Jepang sudah merasuk untuk kepentingan dunia disekitarnya yaa …
    Indonesia? masih perlu waktu lama sepertinya. yang ada , botol plastik dikumpulkan untuk membuat produk tiruan … ah memilukan yaa?

    Masalahnya disiplin mas
    EM

  5. Mudah-mudahan lembaga gerakan Jepang itu tidak berbuat curang di balik kebaikan.

    ( tanpa kapok saya sinis lagi. hihihi…)

    Melati san,
    satu resep untuk hidup bahagia.
    “Positive Thinking”
    jangan menilai smeua negatif dulu, karena akan menjadi negatif.
    Alangkah baiknya menilai positif, sehingga akan postif terus. Bahwa nantinya akan ada pegaruh/hasil negatif ya itu resiko hidup.

    EM

  6. wow….segitu pedulinya negara Jepang terhadap sesama. Di Indonesia???jangan kan yang “rumit” begini, untuk membuang sampah saja masih tidak sadar. Mmeisahkan yang bisa diaur ulang dna yg tidak juga msih belum. Jauuuuuuuh sekali sama di Jepang. Aku ingin sekali turut serta, tp utk mendahului juga masih ga’ mudah, mencari orang2 yg juga peduli. Di skulku sudah muncul ide utk mendaur ulang sampah menjadi pupuk, semoga terlaksana. Ingin juga diskul meminimalisir plasti, anak2 suka bgt pke plastik, beli minum, beli gorengan, dsb..trus kampanye pke sepeda, sehari aja, masak deket aja pke motor, mobil, haduh bener2 ga’ mikir dampak lingkungan..nanti deh aku tulis tentang ini.

    Iya semua harus berpulang lagi pada kitanya. Asalkan kita mau berusaha pasti bisa kok.
    EM

  7. Pingback: Go Green Indonesia!! « DewiRakhma^Psy Weblog

  8. Jadi inget dulu pertama kali mau masuk Ryugaksei Kaikan di Fukuoka, baru datang sudah di-indoktrinasi soal pemakaian plastik warnah merah dan warna biru untuk memilah sampah … awalnya merasa agak ribet karena belum terbiasa, demi lingkungan itu usaha yg sangat bagus untuk dijalankan di Indonesia mulai dari hal-hal kecil dulu

    Pemilahan sampah itu memang merupakan jalan terbaik untuk memulai usaha daur ulang pak. Sayangnya meskipun sudah dipraktekkan di rumah saya, masih saja tempat sampah diubek-ubek pemulung dan akhirnya usaha kami sia-sia. padahal sudah kami pisahkan apa yang kira-kira bisa dibawa si pemulung, tanpa harus terkena sampah dapur yang basah dan bau itu loh…. Harusnya dimulai dari pemerintah daerahnya pak. Ada calon pemimpin yang lulusan jepang ngga ya pak? biar ditata dulu soal sampahnya. hehhehe
    EM

  9. Hai Sis…

    Seru ya?
    A little thing that we do, makes a huge impact in another.
    Jadi jangan kecilkan perbuatan baik…
    ya, termasuk ngumpulin tutup botol itu..

    Salut, Sis!

    Iya small stones could build a mountain.
    dan tulisan-tulisan kecil bisa menjadi buku
    dan buku-buku kecil bisa menjadi besar
    Banzai LALA

  10. HHmmm …
    This is very nice …
    Simple but … worth to do …

    Kapan ya Indonesia bisa meniru ini …

    Thanks EM
    Salam Saya

    Kalau nunggu INDONESIA pasti masih ratusan tahun om
    lebih baik dari kelompok kecil dulu heheheh
    EM

  11. wah klo di indo mbak….. miris 🙁
    keknya bagus juga tuch, klo nggak di pilah nggak bakalan diangkut 🙂
    coba kayak gitu di indo … wah, keknya petugasnya yg bkalan meyerah duluan

    perlu adanya disiplin dalam segala bidang
    EM

  12. wah…aku kalo baca postingannya mbak imel tentang jepang, kebiasaannya dan peraturan2nya…kadang2 jadi mikir…kok kita lama dijajah Jepang…gak nular rajinnya ya?? hehehe…(KITA??)

    Kalo di daerah Tangerang sini mbak…banyak yang pada ngumpulin botol2 plastik minuman termasuk gelas2 plastiknya…salah satunya tetanggaku…dia juga minta sama kami tetangga2nya untuk bantu, akhirnya aku ikut rajin ngumpulin/misahin botol / gelas plastik bekas dirumahku trs kusumbang ke rumah tetanggaku itu…sama tetanggaku botol2 itu dipisah dari merk/labelnya juga dg tutup2nya…lalu dijual..tapi…bukan untuk bantu orang lain mbak…untuk bantu keluarganya sendiri, IOW : nyari tambahan penghasilan …hehehe…

    iya saya rsaya sudah waktunya Indonesia belajar dna ambil yang patut untuk ditiru.
    soal pemulung itu justru tidak apa, karena berarti menciptakan jenis pekerjaan baru kan. Tidak usah langsung berpikir utnuk menyumbang loh. Yang lebih penting adalah kesadaran ttg lingkungannya. Kalau memang bisa dijual bagus kan.
    EM

  13. Jika melihat hasil dari memisahkan sampah yang semakin ribet, sepertinya sebanding dengan kesehatan bayi yang bisa terjamin di negera ketiga. thanks

    Ya, you must see their smile.
    EM

  14. Sedikit ribet, tapi manfaatnya luar biasa…
    Dan, orang Indonesia kurang mau ribet.
    Buang sampah di sungai sudah menjadi kebiasaan. Sekarang Jakarta udah musim hujan. Kemarin, hujan sedikit saja, jalanan sudah pada banjir karena gotnya mampet pet pet…

    mereka sudah lupa peribahasa, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian… bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian….
    EM

  15. go go go
    go green

    I do concern about global warming (jd sring mikir ttg Bumi kelak, mikir anak-cucu bs2 ngalamin gmn, mikir yg ngeri2 deah! sampe ga kuat, nangis akhirnya – malu!)
    I do care about my natural environment (jd sring ngumpulin barang & sampah, matiin lampu, nyabut2 tancepan listrik, sgala usaha yg bs bnt kurangin polusi ne…)

    I do have wills to go green (sampe2 sring ngomelin orang2)

    in conclusion, this is a good business view (lagi-lagi -.-“)
    I will create a company, sorting these trashes, for the government to make it even simpler to recycle, or for the companies producing these things to recycle. He He He

    Naaaah aku tunggu loh sampai kamu bisa bikin company yang go-green. Gambatte ne!
    EM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *