Kebanyakan cerita-cerita dalam kamar, akhirnya pukul 9:50 kami turun ke restoran yang menyediakan makan pagi ala prasmanan. Restoran ini berada di lantai 2, tepat di atas lobby. Tidak ada yang istimewa dari restoran ini, layaknya restoran umum yang bisa kita jumpai di mana-mana. Kalau melihat sajiannya juga memang masih kalah dengan hotel sebelumnya, tapi bolehlah sebagai “bensin” kami untuk beraktifitas hari ini. Seperti biasa, saya ambil bubur ayam, dan agak terpaksa makan omelette yang sudah dibuat. Teman makan saya ternyata tidak bisa makan separah di Hanamasa malam sebelumnya. (Makannya dikit gitu hehhehe)
Kami bertiga makan dengan tidak tergesa-gesa. Tujuan kami hari ini hanya mencari DVD untuk Lala, dan perangko untukku. Paginya saya sempat menelepon jakarta, dan memberitahukan saya akan pulang sekitar jam 1 dari Bandung. Tapi untung juga sempat berbicara dengan Novita, adikku yang jam 4 akan menuju Bandara Cengkareng untuk berangkat ke Belanda. Semestinya dia berangkat minggu lalu, tapi karena sample DNA yang seharusnya dia bawa tidak dijinkan untuk masuk bagasi (padahal sudah diurus perijinannya di KLM), jadi dia batal berangkat. Beginilah cara kerja orang Indonesia, meskipun sudah di maskapai penerbangan international, “semangat kerja” dan “prosedur kerja” tidak dijunjung tinggi. Bagaimana koordinasi pusat dan petugas bandara yang tidak “Harmonis” sehingga merugikan penumpang. Dan JANGAN SEKALI-KALI Anda mempercayai ucapan petugas yang mengatakan OK, tanpa ada bukti tertulis!!! Itu pelajaran UTAMA. Harus ada hitam di atas putih, berupa surat atau fax, jangan email. Jika peristiwa ini terjadi di Jepang, pasti ada permohonan maaf bahkan pelayanan ekstra. Tak henti-hentinya saya mengatakan, betapa saya mengagumi Jepang, yang benar-benar menjunjung tinggi konsumen. Motto Pembeli adalah Raja, tidak bisa diganggu gugat di Jepang. (Karena itulah saya bisa bertahan hidup 16 tahun di sana).
Judul foto: Mamer O2 hahahha. kok bisa sama ya? (coba ditukar ya, saya ingin tahu tuh Adrress Booknya pastiiiiiiii deh 90% cewe dan penggemar hahaha)
****************
Sesaat sebelum jam 12, kami cek out Hotel Aston Tropicana. Setelah menyelesaikan pembayaran extra, kami menuju tempat parkir, dan mendapat kehormatan diantar oleh Boss nya Bandung sendiri, Daniel Mahendra dengan mobilnya yang nyaman. (Kayaknya aku udah hapal tuh nomor mobilnya, yang berciri khusus hehehe)
Kami pergi ke kantor travel Xtrans yang berada berapa meter saja dari Aston. Wah kalau jarak segini, di Jepang TIDAK AKAN kami menggunakan mobil. Yang ada mobil tetap kami tinggal di hotel, jalan kaki, setelah selesai urusan, jalan kaki kembali ke hotel, lalu naik mobil menuju tempat lain. Tapi memang karena sekaligus jalan, kami seakan hanya pindah tempat parkir saja. Lah wong deket banget gitu jeh. ( Kadang kala saya memang berpikir manusia-manusia Indonesia itu males! biar 100 meter kalau bisa naik mobil, pasti naik mobil. Dan aduuuuh manjanya, maunya diturunin persis depan gerbang, dibukakan pintu, dan tidak terburu-buru meskipun tahu bahwa ada banyak antrian mobil dibelakangnya yang sedang menunggu. Hal-hal seperti ini memang tidak dapat kita jumpai di Jepang. Dan aku lebih cocok dengan ala Jepang, dalam hal ini. Selama kita masih bisa berjalan, berjalanlah! Selama kita masih bisa buka pintu sendiri, bukalah! Masak musti nunggu pak supir turun, dan berputar membukakan pintu mobil kita?)
Ternyata “kloter” Bandung-Jakarta yang tercepat baru saja diberangkatkan, jadi kami mendapat tiket untuk yang jam 13:45. Setelah selesai mendaftar di Xtrans itu, kami pergi mencari toko DVD yang katanya murah itu untuk memuaskan sang putri surabaya. Setelah sampai, ternyata toko itu dekat dengan Gedung Filateli Bandung, hanya berjarak 300 meteran. Jadi kami menurunkan Lala di toko DVD, dan lanjut ke Gedung Fi;ateli itu. Eee ternyata sudah tutup. Karena hari Sabtu, jadi cuma sampai jam 12 siang saja. Padahal saat itu baru 12:30 an. Jadi kami putar haluan menuju Kantor Pos Besar, karena kalau kantor pos pasti terbuka terus.
Melewati Braga, Asia Afrika, kangen juga dengan suasana Bandung (yang sudah panas). Terakhir aku ke sini sekitar 3-4 tahun yang lalu dengan Riku dan dua mahasiswa Universitas Senshu. Waktu itu kami menginap di Panghegar. Dan sempat berjalan kaki ke mana-mana.
Sampai di Kantor Pos, saya dan Danny langsung belok ke kiri ke bagian kiosk yang menjual barang-barang filateli. Kebetulan kiosk yang terdekat pintu dijaga oleh seorang ibu keturunan. Saya langsung menanyakan perangko yang saya cari, yaitu Perangko “50th golden year of Friendship 2008 Indonesia-Japan” 50 tahun persahabatan Indonesia Jepang. Untung saja masih ada, dan dengan harga asli per sheetnya 25.000 rupiah. Tapi si ibu pinter banget, tahu saya suka koleksi dan tanya macam-macam jadi dia mengeluarkan koleksi perangko yang menggiurkan. Untuk saya tidak terlalu termakan rayuannya, kalau tidak bisa-bisa saya tidak jadi ke Yogya hihihi.
Selesai di Kantor Pos, kami menjemput Lala yang sudah selesai memborong DVD, lalu langsung pergi ke Xtrans Cihampelas. Sambil menunggu waktu keberangkatan, saya sempat masuk ke toko Oncom Raos yang berada di sebelahnya. Putar-putar melihat makanan kecil yang dipajang di situ. Ingat dulu kalau Papa bertugas ke Bandung, pasti pulang-pulang bawa satu kardus besar oleh-oleh dari Oncom Raos, atau Karya Umbi, atau Sus Merdeka, atau Coklat Braga, atau tape singkong alias peuyem. Tapi entah kenapa tidak ada satupun snacks itu yang menggoda saya untuk dibawa sebagai oleh-oleh. Apakah saya berubah ya? Banyak makanan dari masa lampau saya yang rasanya sudah tidak menarik lagi di mata saya. Saya makan hanya karena memuaskan “mata” daripada memuaskan “perut”. Banyak yang rasanya juga sudah berbeda, atau jauh dari harapan. Hmmm jaman berubah memang, tapi saya juga merasa sedih jika masa lalu saya akan hilang begitu saja dengan adanya perubahan-perubahan itu. Dan tampaknya saya harus meneriakkan lagi di telinga saya sebuah kalimat yang saya tulis di komentar postingannya Lala, sebuah judul lagu dari Keane “Everybody changing”… and everything is changing.
You say you wander your own land
But when I think about it
I don’t see how you can
You’re aching, you’re breaking
And I can see the pain in your eyes
Since everybody’s changing
And I don’t know why.
So little time
Try to understand that I’m
Trying to make a move just to stay in the game
I try to stay awake and remember my name
But everybody’s changing
And I don’t feel the same.
You’re gone from here
Soon you will disappear
Fading into beautiful light
‘cause everybody’s changing
And I don’t feel right.
Tepat jam 1:45 saya dan Lala naik mobil yang akan mengantar kami ke Kartika Chandra. Mobilnya memang lebih besar daripada mobil yang saya pakai waktu berangkat ke Bandung dari Cipaganti Travel. TAPI…. goyangannya sama aja. Untung ada Lala, jadi bisa sambil ngobrol sampai ketiduran. Kalau tidak tidur sepertinya isi perut juga akan keluar deh. Apa sayanya yang terlalu manja selalu naik sedan (dan pesawat) ya? Next time ke Bandung, aku akan naik kereta aja ah…..
Well Bandung, terimakasih… aku sudah berburu persahabatan di sini, dan sudah menemukannya. Dalam arti yang sempit dan arti yang luas. And… I will come again! thats for sure.