Bela Diri

8 Feb

Sabtu malam kami menonton acara di TV tentang Prefektur Saitama, yang terletak persis di sebelah barat Tokyo. Dan sebetulnya cukup dekat dengan rumahku, wilayah Nerima. Nah, kemarin itu banyak memperkenalkan tentang resto/rumah makan enak , dan terbanyak adalah rumah makan yang menjual ramen, soba dan udon. Pokoknya serba mie deh. Tapi ada satu tempat yang diperkenalkan di situ yaitu Nasi Kare siap saji yang dikeluarkan oleh Angkatan Darat Jepang. Dan katanya bisa dibeli di Rikkun Land.

Rikku land adalah nama kesayangan untuk Rikujo Jietai Kohou Center (JGSDF Public Information Center). Kalau kita orang Indonesia akan lebih mudah mengatakan Pusat Informasinya Angkatan Darat deh… tapi perlu diketahui, AD di Jepang bukan ARMY tapi SELF DEFENCE (sejarahnya tentu saja panjang, sepanjang usia kemerdekaan Indonesia). JGSDF adalah singkatan dari Japan Ground Self Defence Force.

Karena nama Riku memang berarti daratan, kami ingin mengajak Riku pergi ke Pusat Informasi itu dan melihat-lihat kalau ada kaus T Shirt bertuliskan kanji Riku  陸. Asyik kan tuh kalau pakai kaos dengan nama sendiri, bukan nama orang lain seperti Chanel, Agnes B, Tommy Hilfiger dll hihihi. Jadi Minggu pagi, Gen memeriksa homepage Pusat Informasi GDSDF di Asaka, Saitama dan menemukan informasi bahwa hari itu, tanggal 7 Februari, Prajurit Jietai itu akan memasak sup miso tonjiru dengan memakai dapur di camp, dan menjual dengan harga murah kepada pengunjung mulai pukul 10 pagi! Waktu Gen berkata itu jam sudah menunjukkan pukul 9… yaaah telat deh. Tapi Gen bilang jarak rumah kita sampai tempat itu hanya 15 menit naik mobil. Wow…

Jadi aku cepat-cepat bersiap-siap, menjemur cucian, dan mempersiapkan anak-anak, dan sempat mencuci rambut yang berdiri semua, mungkin seperti kata Lala  Megaloman. Cepat-cepat naik mobil dan berangkat, pukul 8:50. Hmmm pasti terlambat deh…

Kami sampai di tempat itu pukul 9:15, setelah antri untuk masuk ke pelataran parkir. Peraturan di sana, semua penumpang harus turun, dan supir saja yang mengemudikan mobilnya ke parkiran. Pasti untuk keamanannya. Sambil menunggu Gen datang, kami melihat-lihat foto-foto yang ada di lobby yang sudah dipenuhi orang.

Kami dilayani dua jietai yang membagikan sup tonjiru

Begitu Gen datang, kami langsung membeli dua mangkuk tonjiru (sup miso pakai daging babi – untuk yang muslim kalau dengar tonjiru itu pasti pakai babi) seharga 300 yen (1 mangkuk 150 yen). Kami menerima sajian tonjiru dalam mangkuk foam dari jietai wanita. Sambil duduk di meja lipat, di ruangan itu juga diputar kegiatan GDSDF di berbagai belahan dunia, sebagai anggota pasukan keamanan PBB.

Setelah makan, kami pergi ke ruang pameran yang memamerkan helikopter dan tank serta berbagai simulasi. Tapi waktu kami melihat keluar, ada antrian yang cukup panjang, Rupanya mereka antri untuk bisa menaiki truk tentara, dan berkeliling kamp dalam truk serasa jietai. Jadi kami ikut antri deh. Pas duduk di antrian, aku sempat mengajak Kai jalan-jalan, dan waktu kembali Gen memberitahukan aku sesuatu yang cukup membuat shock.

Ya, warga negara asing tidak boleh mengikuti ekskursi menaiki truk tersebut. Selain itu tentu ada banyak peraturan lain, seperti anak belum sekolah juga tidak boleh naik, karena harus memakai helm dan harus bisa naik turun sendiri. Tapi bahwa gaikokujin, orang asing tidak boleh naik itu loh (bisa tapi harus mengurus surat ijin yang cukup lama) , cukup membuat aku termenung. Hmmm…. kemudian aku pikir, ya tentu saja, truk itu kan kepunyaan militer sebuah negara. Tentu saja orang asing tidak bisa seenaknya pakai milik negara lain. Kan ada kemungkinan mata-mata juga.

Papan petunjuk yang membuat aku tercenung. Japanese only …hiks

Gen minta maaf (padahal yang membuat peraturan kan negaranya hihihi) lalu aku dan Kai melewatkan waktu sendiri di pelataran halaman luar sambil berfoto-foto. Tentu saja ada tank, truk dan yang mengagumkan ada mobil unit operasi, lengkap dengan meja operasi dan…. CD player..pokoknya musik deh.  Katanya untuk menenangkan pasien. Aku berkelakar dengan prajurit yang berdiri di situ, “Jangan-jangan yang luka tidak dibius ya?” Dan dia hanya mesem tertawa…. (hiiiiii ngga berani bayangin)

Mobil operasi, lengkap dengan meja operasi dan pemutar musik …

Cukup lama juga menghabiskan waktu berdua Kai saja. Sempat mengabadikan Kai menjadi fotografer. Kai memang benar-benar suka memotret dan menganggap kamera lama kami sebagai kameranya. Marah kalau tidak ada/tidak bisa pakai kamera. Lalu aku mengajak Kai untuk makan tonjiru lagi. Kali ini Kai saja yang makan. Hebat! Dia biasanya agak sulit makan, tapi kali ini dia makan semua sayuran yang ada dalam sup itu.

Kai sampai nungging untuk mengambil foto yang selevel mata dengan dia

Lalu kami berdua kembali lagi ke ruang pameran dan bertemu dengan Gen dan Riku yang sudah selesai naik truknya. Riku sedang mencoba menggendong ransel tentara seberat 12 kg. Persis seberat Kai (dan memang Riku sering menggendong Kai). Selain itu juga mencoba jaket anti peluru. Juga sama 12 kg.

Sesudah itu aku dan Kai masih harus menunggu lagi 1 jam, karena Gen dan Riku antri untuk mencoba flight simulator. Untung saja aku tidak mencoba, karena kata Gen dia menjadi mual setelah naik flight simulator itu. Jelas aja dong.

Mustinya naik motor ini dengan seragam tentara. Sebetulnya bisa pinjam tapi Gen ngga suka tuh…

Akhirnya kami meninggalkan Pusat Informasi GDSDF itu sekitar pukul 12:45. Ada satu atraksi yang kami lewati yaitu theater 3 D. Kami sepakat tidak mau kasih liat Riku. Dan sebagai oleh-oleh untuk Riku dan Kai adalah serutan pensil berbentuk pesawat tempur. Kaus Rikunya? Karena tidak ada sizenya kami tidak jadi beli. Alasan saja sih sebetulnya karena cukup mahal –2000 yen– dan sssttt Gen sebenarnya tidak suka Army Look! Bayangin aku pernah beli celana panjang Army Look untuk Riku, dan dia tidak suka sama sekali! Lah? Terus kenapa ajak ketempat begituan? Hihihihi, kan pengetahuan mengalahkan rasa suka tidak suka. Tidak suka matematika bukan berarti tidak belajar matematika kan? Apa yang harus dipelajari dan diketahui tidak sejajar dengan apa yang disukai atau tidak disukai. Itulah hidup!

Riku dengan pakaiaan “Bela diri”