Dewi WC

12 Jan

Judulnya aneh ya? Bukan DEWI dengan nama panjang yang disingkat menjadi WC tapi memang WC, atau Water Closet beneran! Abis aneh kalau aku tulis Dewi Kakus kan? Judul aslinya Toire no kamisama トイレの神様 dari penyanyi bernama Uemura Kana. Sebuah lagu yang aku dengar di acara Kohaku Uta Gassen, acara tahunan NHK dalam menutup tahun pada oomisoka (malam tutup tahun).

Terus terang aku sudah lama tidak dengar lagu-lagu Jepang yang baru dan aku rasa duh kok judul lagu seperti itu sih? Pasti ada sesuatu pesan di dalamnya. Gen langsung berkata, “Denger deh mel, lagu itu kamu pasti suka. Cocok untuk kamu”. Dan aku dengarkan…. dan…aku menangis! Lah? Kok Dewi WC bisa bikin nangis?

Ok aku akan coba terjemahkan isi liriknya ya… (baca deh sampai habis)

Sejak aku kelas 3 SD
entah mengapa aku tinggal dengan nenek
Memang tinggalnya  di sebelah rumah kami
sama saja, kami tinggal bersama nenek

Setiap hari aku membantu pekerjaan rumah
dan kami juga bermain “catur jawa” (seperti Igo)
Tapi aku paling benci membersihkan WC
dan nenek berkata padaku begini

**di ruang WC ya nak…
tinggallah dewi WC yang amat cantik
makanya jika kamu membersihkan WC setiap hari
kamu juga akan cantik seperti dewi

Sejak hari itu
aku selalu membuat WC berkilap
aku ingin menjadi cantik
setiap hari kusikat bersih

Waktu kami pergi berdua
Kami makan soba dengan daging bebek
dan aku marah besar pada nenek
waktu dia lupa merekam acara kesukaanku

Ketika aku besar sedikit
aku bertengkar dengan nenek
dengan keluargapun aku tidak harmonis
aku merasa “jauh” dari mereka

Hari liburpun aku tidak pulang ke rumah
berdua saja bermain dengan pacarku
tidak ada lagi soba daging bebek dan catur jawa
di antara aku dan nenek

Mengapa ya, manusia melukai manusia lain
membuang sesuatu yang berguna
Meninggalkan nenek yang selalu menjadi pendukung
meninggalkan rumah (di Osaka) dan hidup sendiri

Tinggal di Tokyo sudah lebih dari 2 tahun
Nenek  masuk rumah sakit
menjadi kurus dan pucat
aku menjumpai nenek di rumah sakit

“Nenek, aku pulang”
sengaja aku bicara dengan nada riang seperti dulu
baru sebentar bercakap-cakap
Nenek mengusirku  “pulanglah….” katanya

Keesokan pagi
nenek pulang dalam damai
seakan-akan selama ini
menanti kedatanganku
Padahal aku selalu diasuhnya
aku belum sempat balas budinya
aku bukan cucu yang baik
tapi nenek selalu menungguku

“di ruang WC ya nak…
tinggallah dewi WC yang amat cantik”
Kata-kata nenek itu
apakah bisa membuatku jadi cantik?

**di ruang WC ya nak…
tinggallah dewi WC yang amat cantik
makanya jika kamu membersihkan WC setiap hari
kamu juga akan cantik seperti dewi

Aku bercita-cita menjadi
menantu yang baik
Hari ini pun aku
membersihkan WC sampai mengkilat

Nenek… Nenek …. Terima kasih
Nenek… benar-benar..kuberterimakasih….
(terjemahan bebas “Toire no Kamisama” oleh Imelda Coutrier, lirik bahasa Jepangnya bisa lihat di sini )

huhuhuhuhu….. ayo anak perempuan! Siapa yang tidak menangis mendengar lagu seperti ini. Apalagi kalau sambil lihat video clipnya. (Video clip yang di Youtube sudah ditonton 7 juta kali lohhhh huibat deh).  Tentu saja mereka yang pernah mengenal kehadiran seorang nenek akan menangis. Kalau tidakpun, biasanya yang cerewet soal WC siapa? Kalau bukan ibu kita sendiri?

Dan memang cobalah datang ke Jepang. Sedangkan WC di kedai makan yang kecilpun, WC nya bersih. Kalau pergi ke restoran yang agak besar atau toko convinience store seperti 7eleven/circle K, bahkan di dalam WC nya biasanya ada daftar kapan dan siapa yang bertugas membersihkan WC. Cobalah pergi ke WC stasiun sekitar pukul 10 pagi, pasti bersih karena baru dibersihkan. Jangan datang jam 7 pagi, karena sisa-sisa kotoran dari malam sebelumnya memang masih banyak. Memang kadang aku juga menjumpai WC yang kotor, tapi itu tidak sampai 10% dari WC yang kukunjungi. Dan memang benar toilet menunjukkan bagaimana kepribadianmu, atau kepribadian masyarakatnya, seperti yang ditulis Mamah Aline di sini.

Lagu Toire no Kamisama ini sekarang memang sedang hit di Jepang, tidak tahu menempati rangking berapa, tapi cukup sering dipasang dimana-mana. Apakah lagu ini menggambarkan WC Jepang terlalu kotor sehingga perlu dibersihkan? Rasanya bukan…. Lagu ini terpilih dalam Kohaku Uta Gassen, lebih karena menggambarkan keharmonisan keluarga. Pentingnya keluarga sering diangkat sebagai tema karena seperti dalam lirik lagu itu memang biasanya anak-anak jika sudah masuk universitas, dan jauh dari tempat tinggal akan hidup kost sendiri, dan semakin jauh dari keluarga. Lagu ini memang membuat pemuda/pemudi  20-an tahun menangis terharu. Semoga saja mereka tetap memikirkan kakek/neneknya terlebih orang tuanya.

Tapi yang kadang aku merasa heran dengan penyanyi Jepang itu memang idenya untuk menciptakan lagu yang sangat beragam. Kok bisa aja gitchuuu… Dari kejadian-kejadian kecil sehari-hari saja bisa menjadi tema lagu. Tidak melulu cinta dan perselingkuhan seperti lagu-lagu di Indonesia. Tidak pernah akan terpikir kan oleh pengarang lagu Indonesia untuk memasukkan soal membersihkan WC atau menyeterika kemeja dalam lirik lagu? Tapi itu ada di Jepang. Selayaknya pemusik Indonesia juga bisa mengangkat tema-tema sosial/masyarakat dalam lagunya dan menjadikannya  populer!

NB:  Buat yang mau dengar lagunya seperti bagaimana silakan lihat di Youtube ini