After 1989

7 Jul

Tahun 1989, aku masih mahasiswa UI, tentu saja bersama 20 teman lainnya yang masuk ke jurusan (hmmm tepatnya Program Studi) Sastra Jepang FSUI (sekarang namanya FIB). Tingkat 3 dan beberapa di antara kami berkesempatan melakukan perjalanan “karya wisata” Kengaku ryokou 見学旅行 ke Jepang bersama, mahasiswa dan dosen. Ada sekitar 20 orang rombongan kami, bersama junior –kohai, kepala program studi dan Ibu Dekan FSUI. Kunjungan dengan jadwal yang padat ke Tokyo, Nagoya, Kyoto, Osaka, Tenri terutama ke universitas yang mempunyai kerja sama dengan UI. Dan ada dua hari di antara 2 minggu perjalanan, kami menginap di rumah orang Jepang.

rombongan di depan universitas Tenri

 

Karena jumlah mahasiswanya ganjil waktu itu, aku sendirian menginap sementara yang lain berdua-dua. Ah, kalau mengingat perjalanan waktu itu, pertama kali ke luar negeri dengan teman, ke Jepang lagi….  Setelah perjalanan itu, aku belum pernah mendengar lagi ada rombongan mahasiswa angkatan ke Jepang bersama. Mungkin karena sulit mengurus, mungkin secara ekonomi mahasiswanya bisa pergi sendiri, atau alasan lain. Tapi perjalanan ke Jepang waktu itu benar-benar membekas dan mempererat persahabatan kami.

Ira selalu di sebelahku

Tahun 2013 ini, ada dua teman seangkatanku yang mengunjungi Tokyo. Dan kebetulan ada hari Sabtu yang memungkinkan aku bertemu mereka. Pertama bertemu Elfi, yang warga Palembang dan datang ke Tokyo karena suaminya sedang dinas di Tokyo. Hanya dua jam pertemuan kami, sebelum aku mengikuti misa di gereja Meguro, tapi sangat menyenangkan. Apalagi aku baru pertama kali bertemu suaminya, Mas Ansori (yang selalu diperkenalkan Elfi bahwa suaminya selalu minta maaf, alias I’m Sorry – begitu terdengarnya 😀 ). Semoga kelak aku bisa jalan-jalan ke Palembang dan berwisata kuliner dengan Elfi.

bertemu Elfi di Meguro

Kemarin malam, aku bertemu dengan kawan seangkatanku, Ira Koesnadi di Shibuya. Memang aku lumayan sering bertemu Ira di Jakarta bila aku mudik. Tapi rasanya memang lain kalau bertemu di Tokyo. Kami makan malam bersama dan ngobrol berjam-jam sampai jam kereta terakhir :D. Kebetulan aku juga cukup dekat dengan orang tuanya Ira, sehingga kami berbicara ngalor ngidul. mulai dari kenangan tahun 1989, meninggalnya papanya yang tragis, sampai membicarakan kehidupan di Jakarta sekarang yang begitu membutuhkan uang untuk pendidikan dan living. Tapi kesimpulannya, kami percaya, kami akan bisa melampaui kesulitan-kesulitan keluarga.

Bertemu Ira dan melewatkan waktu bersama dengan maksimal. Ladies Night dengan sate “bonjiri”.

Kami makan di sebuah kedai murmer bernama “Tengu” di Shibuya, dan yang ingin saya perkenalkan adalah sate ayam yang namanya “bonjiri“. Bonjiri adalah bagian  ayam yang mungkin tidak banyak yang suka, yaitu “brutu ayam” (dalam foto yang dua tusuk di piring terpisah). Dagingnya sangat lunak dan tidak bau sama sekali. Memang tidak semua toko/restoran menyediakan sate bonjiri dan cukup langka. Papa dan alm mama juga suka, sehingga sering adikku beli dan freeze sebelum dibawa ke Jakarta. Silakan coba kalau ada kesempatan ke Jepang 😉

Trattoria alias Trotoar

10 Agu

Jumat, 7 Agustus full appointment.

Seperti biasa, ada tiga sahabat dari Sastra Jepang UI (Himaja) yang selalu meluangkan waktunya untuk bertemu setiap aku pulang kampung bin mudik. Dan siang itu kamu janji bertemu di Grand Indonesia (again… karena di situ Riku bisa main) untuk makan siang bersama.

Setelah meninggalkan Riku di tempat bermain dengan bekal handphonenya Yati, untuk sewaktu-waktu bisa telepon aku, kami pergi makan di Njun Njan. Aku tahu restoran Njun Njan ini sudah lebih dari 30 tahun, yang pusatnya di Batu Ceper. Dulu papa terkadang mengajak kami sekeluarga makan di Njun Njan, dan di situ aku selalu bertanding makan udang rebus. Siapa yang tercepat menguliti udang rebus, dia yang menang. Tidak harus dimakan sendiri, kadang aku hanya mengulitinya untuk diberikan pada yang lain. Dan aku selalu yang tercepat! (Ada ngga ya pekerjaan menguliti udang rebus hihihi)

Setiap restoran pasti mempunyai specialitynya sendiri. Dan biasanya di Njun Njan, kami membeli udang rebus, sup jagung dan gurame asam manis. Nah, kemarin Jumat, kami memesan udang rebus, gurame asam manis, sapo tahu dan swie kee (swie = air, kee =ayam) alias kaki kodok. Yummy…

Setelah ngobrol ngalor ngidul, sambil makan dan ngeliatin kai bermain di bawah meja, kami beranjak ke arah tempatnya Riku. Tiba-tiba Yati ditelepon suaminya, yang berkata bahwa ada anak menangis yang menelepon dia …hihihi. Rupanya Riku menelepon pakai HP nya Yati dan tersambung ke suaminya Yati. Wah kasihan juga kalau Riku panik sendiri. Untung saja waktu kami bertemu dia, dia tidak menangis dan mengajak pergi makan e skrim.

Jadilah kami turun menuju Baskin Robbins karena Yeye ingin memperkenalkan es krim yoghurt Sour and Sally (rasanya? …yoghurt deh jadi kecuuuut hihihi) padaku. Letaknya satu lantai. Nah pas kami jalan turun begitu mungkin waktu Zee melihat kami berjalan tergesa. Padahal seandainya Zee menyapa, seru kan tuh. Sesama blogger bertemu tak disengaja…. bisa jadi bahan postingan hihihi.

Sambil makan es krim, lalu aku, Yeye, Yati dan Susi ngopi starbak di depan gerai Baskin,aku sempat beli kartu pos di Kinokuya yang terletak di sebelahnya. Sudah lama mau membeli kartu pos bergambar pemandangan Indonesia. Cari di Gramedia tidak ada…. dan dijawab oleh temanku, “Mel, ini jamannya email dan sms, orang ngga pake kartu pos lagi”. Iya ngerti sih, tapi utk turis (turis nih ye) kan perlu.

Sekitar jam 3:30 sore, ketiga sahabatku pamit, karena Lia datang. Kami memang janjian bertemu di GI ini, karena aku mau menyerahkan yukata pesanannya. Setelah transaksi (wiiih bahasanya) selesai, kami mau pindah tempat duduk ke arah Gelato Bar (es krim lagi nih). Tapi sebelum sampai ke Gelato Bar, persis di sisi kiri, ada sebuah “Spa” berjudul Kenko, dan ada tulisan layanan mereka yang menarik perhatian kami, yaitu “Fish Therapy”. Wow … ini kan sama dengan yang di Sea World waktu itu.

Niatnya cuma mau tanya harga. Tiga puluh menit “cuma” Rp 120.000 untuk dewasa dan Rp 60.000 untuk anak-anak. Kalau di bawah 3 tahun gratis. Hmmm boleh juga deh, daripada nongkrong di resto/cafe dengan uang yang sama, mending nyoba sesuatu yang unik.

Jadilah Lia, aku, Riku dan Kai masuk ke dalam, dicuci kakinya, dan merendam kaki ke dalam kolam yang berada persis di sebelah kaca spa tsb. Jadi deh kita tontonan orang yang lewat juga (mustinya minta gratis tuh, kan jadinya semacam promo tuh hihihi). Waktu aku celupkan kaki ke dalam kolam, wuisssshhh berdatanganlah si ikan-ikan GALARUFA (ingat saja segalarupa ikan hihihi)  itu menggigiti kaki. Rupanya mereka tau siapa yang banyak dagingnya hahahah. Padahal sebetulnya mereka tidak makan, hanya menggigit –tanpa gigi– kulit-kulit mati.

Setelah selesai 30 menit yang menggelikan, kami keluar dan …pulang. Tidak jadi ke Gelato Bar, karena Kai juga sudah capek (dan nahan pupup hihihi). Lia yang mampir ke situ, karena masih ada janji dengan temannya.

Di perjalanan pulang, Kai tertidur, dan aku baringkan dia di tempat tiur. Wah baru jam 6, masih pagi…. Waktu untuk pergi DUGEM !!!! Dan begitu aku online di YM, Pito ada ……..
dan aku berteriak, “Kai bobooooooooo”.
Pito jawab dengan, “Hayuuuuuuukkkk”.
Dan kujawab, “yuuuuukkk”.
Tujuan malam ini TRATTORIA. (karena kemarin tidak jadi….)

Pas jam 7:30 aku mau berangkat, mbak sudah nyari taxi (dan tidak dapat), Kai MENANGIS sekencang-kencangnya. Sampai aku yang ada di gerbang luar dengar… Tadinya aku mau cuekin saja. Riku yang mau ikut tadinya juga sudah “diem” setelah aku bilang, cuma sebentar saja, karena mama mau ketemu teman sambil online. Sudah siap bawa laptop juga. Tapi…..

Akhirnya aku masuk ke dalam, taruh tas berisi laptop, masukkan botol susu, gendong Kai dan suruh Riku bersiap, sambil tulis sms ke Pito, “Aku bawa anak2 gpp kan?”

Kebetulan Opa dan Oma ada sembahyangan di Dempo, jadi kami diturunkan di TRATTORIA, KH AHMAD DAHLAN, Mayestik.

Well…. banyak restoran Italia di Tokyo yang bernama Trattoria. Karena arti kata Trattoria adalah An informal restaurant or tavern serving simple Italian dishes. Jadi tidak salah dong kalau di benakku itu adalah restoran italia, tempat kita bisa pesan spaghetti dan Pizza.

Well, satu yang aku salah…. “TRATORIA”nya pakai satu “T”, dan tempat itu adalah semacam Pujasera…rumah makan yang mempunyai stall-stall, warung-warung yang menjual berbagai macam makanan. Dan the worst is TIDAK BER-AC….. jadi deh aku gendong Kai dan gandeng Riku memasuki Tratoria dengan berkeringat hihihi.

Bertemu dengan “penjaga” nya tratoria, si Pito, the Bitch! Dan melewati malam dengan memesan berbagai makanan. Well, karena murah (MUR=MER=KENYANG!!!) , jadi kalap deh pesan makanan macam-macam. Ya bakso, bakwan, sate 3 macam, dsb dsb… karena aku ingin cicip saja. Sisanya dihabisin sama Pito (but the problem is…seberapa sih sisanya hahahaha)

Yang pasti kembali ke masa mahasiswa deh. Dan emang di situ ngga ada sih ibu-ibu yang bawa anak dan bayi + sebotol susu. salah tempat! hihihi

dan aku setuju sekali waktu Pito mengatakan Tratoria is Trotoar…. membayangkan kita makan di trotoar, sampi gerobak kaki lima. BUT… it was nice Pito…thank you very much! I enjoyed it.