Kastil Segi Lima

14 Jul

Sudah cukup lama deMiyashita tidak pergi jalan-jalan bersama, karena Papa Gen sampai akhir Juni benar-benar sibuk, sehingga hari Sabtu dan Minggu tetap kerja, bahkan kadang harus menginap di kantor. Dan hari Minggu 6 Juli kemarin, Gen (berhasil) meliburkan diri. TAPI aku, Riku dan Kai harus ke gereja pagi. Jadilah baru setelah selesai gereja, pukul 12, kami melesat ke arah Nagano.

Menurut GPS diperkirakan kami akan sampai pukul 3. Dan karena tempat tujuan kami tutup pukul 4, kami tidak mau membuang waktu untuk makan siang di restoran. Untung sebelum naik mobil aku sempat mebeli sandwich dan onigiri di toko konbini. Jadilah kami makan, alas perut, dengan sandwich dan onigiri. Tapi meskipun begitu kami tetap mampir di Parking Area untuk istirahat ke toilet.

Akhirnya kami sampai di Kantor Informasi Goryokaku di kota Saku, Nagano tempat tujuan kami sekitar pukul 3. Kami sengaja tidak memasuki lingkungan kastil Goryokakunya dulu karena ingin mengunpulkan informasi. Dan di dalam Kantor informasi itu ada seorang bapak tua yang dengan senang hati menjelaskan tentang kastil ini kepada kami. Apalagi dia melihat Riku dan mengatakan bahwa di SD Taguchi yang berada dalam wilayah kastil itu mengadakan kentei shiken (ujian lisensi) mengenai kastil ini. Sayang Riku tidak mengeluarkan catatan (aneh deh itu anak tidak suka mencatat dan juga tidak suka memotret padahal bawa kamera dia sendiri loh… Malah si Kai yang potret semua yang dia bisa potret 😀 )

Riku mendengarkan penjelasan mengenai sejarah kastil Tatsuoka Goryokaku. Riku akhirnya mencatat setelah disuruh papanya 😀

Nama kastil ini adalah Kastil Tatsuoka, ditambah dengan nama Goryokaku yang berarti bentuk segi lima. Kastil ini merupakan kastil terakhir yang didirikan sebelum terjadi Restorasi Meiji (1867). Karenanya meskipun bentuk segilimanya lengkap, hanya ada 3 parit yang mengelilingi. Dua sisi yang lainnya belum sempat selesai karena keburu Bafuku (pemerintahan Tokugawa) jatuh. Kastil ini mengikuti bentuk yang sama yang ada di Hokkaido. Tentu jika ada waktu kami juga ingin mengunjungi goryokaku yang di Hokkaido. Oh ya kastil Tatsuoka Goryokaku (dan juga yang di Hokkaido) ini TIDAK termasuk 100 kastil terkenal yang kami kumpulkan capnya! Kebetulan Riku ingin menulis tentang kastil ini untuk tugas libur musim panasnya.

Setelah mendapat penjelasan dari si bapak tua itu, Gen menanyakan apakah ada suatu tempat yang bisa melihat kastil ini dari atas, sehingga bisa terlihat semua segi limanya. Dan dia mengatakan bahwa jalannya kecil dan sulit dan hanya bisa dilewati mobil kecil. Dia memberitahukan cara untuk ke sana. Dan mumpung masih terang dan cuaca baik, kami tidak masuk ke dalam lingkungan kastil tapi malah menaiki mobil untuk pergi ke atas bukit yang ditunjukkan oleh si bapak tua. Diapun berpesan untuk hati-hati.

Kastil segi lima dari atas bukit. Untung tidak hujan… kalau hujan kami tidak bisa kembali pastinya

Akhirnya kami mengikuti pesannya, dan untung kami sempat memotret peta jalan menuju ke atas. Memang jalannya kecil dan dari tanah. Kalau hujan sudah pasti kami tidak bisa ke atas. Harus pakai jeep. Di tengah jalan kami juga harus menyibakkan ranting yang mengganggu jalan, dan setelah 20 menit kami sampai. Parkir di samping jalan, dan dari situ kami harus berjalan ke arah deck yang tersedia. Dan di situ banyaaaaaaaaaaaaaaaaaak sekali terdapat ulat bulu hiiiii. Jangan sampai deh bersandar di pohon, karena dipenuhi ulat bulu.

Aku ngeri tapi pura-pura tidak lihat, demi memotret pemandangan ke bawah. Eh, tapi aku sempat kok memotret seekor ulat bulu emas hehehe. Selain itu untung aku pakai sneaker sehingga tidak tergelincir. Dan kami akhirnya sampai di deck untuk melihat ke bawah, dan melihat ini. Kalau musim sakura atau musim gugur pasti bagus deh.

Memasuki kastil, di sebelah kanan ada kuilnya. Foto kanan bawah itu bangunan peninggalan 150 th lalu

Setelah itu kami bergegas kembali dan masuk ke dalam lingkungan kastil. Kantor informasi yang kami datangi sudah tutup. Kami melewati jembatan masuk dan menemukan kuil di sebelah kiri, lapangan base ball yang sedang dipakai latihan. Sebuah gedung yang konon merupakan ruang penyimpanan senjata, dan di tengah-tengah berdiri bangunan sekolah dasar Taguchi. Dari depan bangunan SD itu kami bisa melihat bukit tempat kami memotret sebelumnya.

SD Taguchi yang berada dalam lahan kastil

Kami juga sempat memutari seluruh segi lima lahan tersebut dan memang menemukan 3 bagian yang berparit dan dua bagian yang tidak berparit. Memang tidak ada kastilnya yang berupa kastil tapi hanya ada  bekas lahannya saja.

Karena waktu sudah menunjukkan pukul 5, sedangkan kami belum makan, kami mencari makanan khas daerah itu, yaitu Soba Walnut. Restoran yang kami tuju tidak begitu jauh dari tempat itu, ditandai dengan kincir air di depannya. Sebetulnya kami mendapat info restoran ini juga dari acara TV yang kami lihat malam sebelumnya. TAPI… kami harus menunggu lamaaaaa sekali, sehingga jam 6:15 kami baru bisa makan, makan siang dan malam sekaligus.

Melewati stasiun terdekat. Stasiun tanpa bangunan :D. Juga “Bajaj” khusus pengangkut rumput

Tapi kami cukup senang dengan perjalanan hari itu karena kami bisa belajar banyak tentang kastil segi lima. Dan sebetulnya kastil ini ingin kami bandingkan dengan kastil di Indonesia….. hehehe tunggu saja tulisannya. Dua bulan lagi ya…..

walnut soba khas restoran ini

 

SIM Card

26 Jun

Di Jepang, beberapa tahun yang lalu, kalau membeli unit telepon genggam, berarti membeli nomor. Nomornya sudah terdapat di dalam teleponnya, sehingga kami tidak bisa menukar unit telepon seperti di Indonesia. Kalau di Indonesia kan gampang saja bisa mencopot SIM Cardnya lalu “pinjem” telepon teman dengan nomor kita sendiri. Sekarang Jepang sudah memberlakukan SIM Card terutama sejak smartphone menjamur. Tapi kalau kami tidak minta khusus kepada provider, kami tidak mendapat SIM Card. Jadi istilah SIM Card termasuk baru untuk orang di Jepang.

Sering aku mendapat pertanyaan dari teman di Jakarta, apakah dia bisa membeli SIM card di Jepang, seperti biasanya di Indonesia bisa membeli nomor perdana dan mengisi pulsa. Well, tidak bisa! Tidak ada penjualan SIM Card/nomor tanpa unit telepon. Adanya rental telepon dengan pra bayar. Sehingga biasanya teman-temanku itu memakai telepon yang diaktifkan pemakaian internasionalnya (roaming), dan memakai wifi gratis jika mau mengirim sms/data.

Tapi dua hari yang lalu aku membaca di surat kabar Asahi, yang menuliskan bahwa NTT mengeluarkan SIM Card untuk data bagi pelancong atau pebisnis yang datang ke Jepang. Sebelum mendarat di Jepang bisa membeli via internet lalu begitu sampai di Jepang bisa ambil di Narita/Haneda atau di hotel. Pemakaian SIM Card data ini berlaku untuk 14 hari (cukup jika dapat visa 15 hari kan?) . Jika dalam satu hari memakai kurang dari 100Megabyte, maka bisa mendapatkan koneksi supercepat. Untuk email kira-kira 10.000 surat elektronik, kalau untuk menonton Youtube bisa sekitar 45 menit. Layanan ini dimulai untuk menyambut kedatangan wisatawan asing menghadapi olimpiade 2020 yang diperkirakan akan menarik wisatawan dan pebisnis lebih banyak lagi.

sumber: asahi shimbun

 

Kupikir NTT adalah yang pertama membuat terobosan SIM Card- prepaid bagi wisatawan, tapi ternyata J-Com sudah menyediakan b-mobile dan So-net juga sudah menyediakan Prepaid LTE SIM. Tapi dikatakan bahwa dibanding dua perusahaan pendahulunya, NTT lebih murah yaitu seharga 3500 yen (di luar tax) .

So, kalau datang ke Jepang sudah tidak perlu khawatir lagi, bisa membeli SIM Card prepaid, yang bisa dipasang langsung pada telepon genggam yang Anda bawa dari Indonesia. Setelah habis tentu saja bisa buang, atau beli baru lagi. Tapi memang sih kalau suka gratisan, tentu maunya pakai wifi gratis ya….. Di Jepang memang masih sedikit tempat umum yang menyediakan wifi gratis. Semoga saja menjelang Olimpiade, semakin banyak tersedia wifi gratis di Tokyo ya.

Pesan Yanz, temanku: “HP dipastikan yang keluaran terbaru, kalau yang butut sih yah sebaiknya disimpan aja, atau sewa Wifi Modem” dan “Blackberry nya kalau yang sudah LTE/3.5G atau keluaran terbaru yang OS nya terakhir mungkin bisa, namun yang Blackberry konvensional menggunakan Modem Wifi saja” hehehe. Demikian laporan dari Yanz yang baru saja mencoba pemakaian SIM Card b-mobile untuk keluarganya.

Rasa Aman dan Damai

25 Jun

Seperti yang sudah kutuliskan di posting-posting sebelumnya, aku memang menjadi sangat sibuk sejak bulan April lalu. Setiap hari kerja aku harus pergi mengajar, dan tempatnya jauh. Kira-kira makan waktu 2 jam dari rumahku. Sebetulnya kalau aku mau, aku bisa minta kamar untuk menginap di tempat itu, karena tempat ini adalah semacam mess pelatihan dengan banyak kamar, tapi tentu saja sebagai seorang ibu, aku tidak akan merasa tenang jika tidak meyakinkan diri bahwa anak-anak akan pergi ke sekolah dengan segala persiapannya. Membangunkan mereka (Riku bisa bangun sendiri, tapi Kai  sulit bangun), kemudian menyiapkan sarapan dan tas mereka, bahkan jika aku harus menyiapkan juga makan sore/malam mereka. Biasanya aku bangun jam 4 untuk masak dan menyiapkan bahan pelajaran. Dan karena sejak masuk bulan Juni, kelembaban udara naik dan menyebabkan kami tidak bisa menaruh makanan di luar terlalu lama. Untung saja anak sulungku sudah bisa memanaskan dengan microwave.

Tapi untungnya pekerjaan di sebuah institut negara ini sudah selesai kontraknya sampai tanggal 18 Juni yang lalu, sehingga mulai tanggal 23, aku bisa leyeh-leyeh di rumah dan mengerjakan apa-apa yang tidak sempat kukerjakan selama ini. Benar-benar dua setengah bulan yang memeras tenaga dan pikiran. Tapi, selama itu sedikitnya ada dua kali peristiwa yang membuatku merasa aman.

Pertama waktu terjadi hujan lebat dan angin puting beliung di daerah rumah kami. Aku mengetahui kejadian tersebut dari layanan email kelurahan kami bahwa daerah kami terkena hujan badai setempat serta guntur, Dan di jalan rumahku listrik mati. Padahal di tempat kerjaku terang benderang… wah bagaimana nih. Aku tanya “adik lesung pipit”ku Sachan yang rumahnya terletak di kelurahan sebelah, dan memang bener terjadi hujan lebat. Aku coba telepon ke rumah tapi tidak bisa sambung… benar saja apartemenku mati listriknya. Sempat khawatir akan kondisi Kai yang pulang sendiri, tapi kemudian ada email dari sekolah yang bertuliskan, “Karena hujan keras dan guntur, murid kelas 1 yang seharusnya pulang, kami suruh tunggu di sekolah sampai hujan reda” Ahhhh rasanya lega sekali. Pasti lebih aman berada dalam sekolah (padahal sekolah juga padam listriknya). Sambil bergegas pulang, aku perhatikan HP terus. Tak lama aku menerima email dari kelurahan yang menyatakan bahwa listrik di jalan apartemenku sudah nyala kembali, dan email dari SD bahwa anak-anak sudah diperbolehkan pulang. Legaaaa sekali rasanya, dan saat ini aku berterima kasih sekali akan pelayanan pemerintah daerah tempat tinggalku yang sudah memberikan rasa aman.

Memang untuk mendapatkan layanan email ini perlu pendaftaran sendiri, dan aku sudah lakukan cukup lama. Aku bisa pilih pemberitahuan apa saja yang aku mau, dan aku pilih “keamanan” dan “Cuaca”. Kadang jika terjadi kejahatan minor, akan ada laporannya via email pagi hari. Misalnya “kemarin waktu pulang sekolah, seorang murid wanita di jalan xxx ditanya oleh seorang laki-laki separuh baya letak WC umum dan mengajak pergi bersama. Tapi si murid lari.” Sehingga ibu-ibu bisa mewanti-wanti anak perempuannya, terutama jika berjalan ke arah jalan itu.

Nah peristiwa kedua terjadi hari Senin kemarin. Rupanya  ada kejadian percobaan perampokan di sekitar stasiun dekat rumahku. Memang perampokannya bisa digagalkan, tapi pelakunya lari. Nah, ditakuti kalau dia lari ke daerah perumahan dan sekolah. Sehingga anak-anak disuruh pulang berkelompok dan tidak keluar bermain sendiri. Ini kuketahui dari email sekolah, dan aku cukup merasa aman dan tenang waktu anak-anak telepon ke HPku dan memberitahukan bahwa mereka sudah di rumah.

ajisai (Hydrangea)

Waktu itu, aku sedang jalan dengan Sanchan ke Showa Memorial Park. Kami berdua sudah lama tidak bertemu dan masing-masing sibuk, sehingga begitu ada waktu kosong, kami janjian untuk bertemu. Sebetulnya bingung juga antara ingin istirahat di rumah atau pergi berdua. Tapi karena memang sulit mencocokkan jadwal, kami akhirnya janjian pergi ke Tachikawa. Tanpa lunch karena sudah siang waktu kami keluar rumah. Untung saja aku sempat membeli roti sandwich untuk dimakan jika kelaparan.

rumpun bunga hydrangea di Showa Memorial Park, Tachikawa

Kami masuk ke areal taman pukul 2 siang. Dan kami memutuskan untuk menyewa sepeda supaya bisa mengelilingi taman yang cukup luas ini. Biaya sewa 410 yen untuk 3 jam, tapi kami harus kembali pukul 4:30 karena taman tutup pukul 5. Tapi yang pasti, kami merasa bersyukur menyewa sepeda. Meskipun banyak tanjakan juga, kami bisa menghemat waktu dan bisa melihat banyak meskipun tidak semua. Kebanyakan di daerah tepi jalan sepeda saja.

pohon dan bunga

Yang pasti kami senang bisa menemukan rumpun ajisai putih. Bunga hydrangea ini umumnya berwarna biru, sehingga yang putih bersih jarang ditemukan. Selain menemui pohon-pohon aneh, kami juga sempat berfoto di jalan yang dinaungi pohon ginkyo. Damai sekali rasanya melihat bunga-bunga dan pohon-pohon di sini. Kalau musim gugur pasti lebih indah deh. Kami berencana untuk pergi ke sini lagi, nanti sekitar bulan Oktober, dan tentu menyewa sepeda lagi 😀

Taman Jepang…. kok seperti saung kuring ya? hehehe

Tujuan kami sebetulnya adalah Taman Jepang, karena meskipun aku sudah beberapa kali ke sini, belum pernah masuk ke Taman Jepang. Kebetulan di situ juga sedang ada pameran Bonsai. Terkaget-kaget kami melihat tulisan nama bonsai di situ, karena tercantum juga usianya. Yang paling tua  berusia 300 tahun dan termuda 15 tahun. Orang Jepang benar-benar telaten merawat bonsai, yang sudah pasti dilanjutkan turun temurun.

berbagai bonsai yang dipamerkan

Karena lapar, akhirnya kami makan roti di parkiran sepeda, kemudian pulang mengembalikan sepeda. Tak ada waktu lagi untuk makan bareng, karena aku juga harus berbelanja dan menemani anak-anak di rumah. Tapi paling tidak dalam satu hari itu aku sudah menggunakan waktu me-time dengan bermanfaat (bersepeda bersama sahabat) dan merasakan aman dan damai!

kami dan ajisai

Merinding

23 Jun

Tahu dong artinya merinding itu apa. Kata dasarnya rinding, tapi kalau kita cari di KBBI penjelasannya sbb: 2rin·dingme·rin·ding a terasa bangun bulu kuduk; ngeri; seram: ia ~ mendengar suara makhluk itu; me·rin·ding·kan v menyeramkan; mengerikan: teriakannya keras ~ yg mendengarkannya Hmm berarti kita sebetulnya tidak boleh memakai kata “merinding” untuk menyatakan kekaguman bercampur terharu seperti waktu melihat foto ini:

foto yang membuatku merinding

Aku tidak menyoalkan apakah foto itu benar atau tidak, atau dalam rangka apa dsb tapi membayangkan orang segini banyak yang mau mendengarkan seorang calon presiden berbicara, rasanya tidak salah kalau aku mengatakan bahwa aku merinding melihat foto itu. Dan kurasa banyak orang akan setuju denganku untuk pemakaian kata merinding seperti di atas, kan?

Aku merinding melihat poster buatan salah satu teman kami. Tercetak nama-nama kami sebagai latar poster itu. Kreatif sekali.

Sama halnya, aku juga merinding, ketika sekitar 100-an WNI berkumpul di sebuah gedung di Shibuya, untuk mendukung calon presiden nomor 2 dalam acara Deklarasi Dukungan terhadap Jokowi. Pendukung menandatangani deklarasi di akhir acara dengan penekan 7 point yaitu  baru, bersih, Bhinneka, terbukti, terbuka, demokratis, dan merakyat. Tak kusangka begitu banyak orang yang hadir saat itu, mengingat pengumpulan hanya dilakukan via FB. Acara dibuka dengan lagu Indonesia Raya dan ditutup dengan Padamu Negeri. Aku berusaha menahan haru waktu menyanyikan lagu kebangsaan, yang terus terang sudah lamaaaaa sekali tidak kunyanyikan. Apalagi lagu Padamu Negeri. Karena aku dan beberapa teman di sini bekerja dalam lingkungan orang Jepang, sehingga otomatis tidak ada kesempatan menyanyi lagu-lagu Indonesia. Aku merinding sekali melihat antusiasme teman-teman dengan mendatangi venue acara dari berbagai penjuru Tokyo (kami berkumpul dulu di depan patung anjing Hachiko lalu jalan bersama), dan kemudian bersatu suara menyanyikan lagu serta bersepakat untuk memilih calon presiden nomor 2. Seperti halnya aku, banyak teman di sini yang sudah bertahun-tahun menjadi golput, tapi kami merasa bahwa tahun ini kami wajib memakai hak suara kami. 

Poster dan kumpulan uang 1 yen, sebagai lambang dukungan kami. Satu orang satu yen. Dan setelah acara selesai, hampir semua pendukung menambahkan nominal sukarela untuk membantu relawan di Indonesia.

Aku sebenarnya tidak pernah mau menunjukkan dukungan kepada salah satu capres. Tidak di FB, tidak juga di blog sini, karena aku menganggap setiap orang memang mempunyai hak untuk memilih yang menurutnya terbaik. Aku anti meneruskan link, baik yang memuji capres dukunganku, maupun link yang menjelekkan capres yang bukan pilihanku. Kupikir sudah saatnya warga Indonesia untuk mempelajari ,menilai dan memilih secara dewasa, tanpa perlu ada pengaruh dari pihak lain.

Tanda tangan kami di atas poster berisi deklarasi dukungan terhadap Jokowi. Aku merasakan persatuan melalui deklarasi ini.

Jadi pakailah kesempatanmu untuk mengikuti pemilu presiden di Tokyo, dengan mendaftarkan secara online melalui PPLN Tokyo. Pemilu di Tokyo akan diadakan tanggal 6 Juli, di SRIT, tapi tentu Anda juga bisa minta supaya kertas suara dikirim ke rumah sebelum tanggal itu. Yang mau bergabung mendukung Jokowi di Jepang silakan langsung mengisi deklarasi secara online.

Ahhh aku merinding melihat sebagian pendukung yang datang ke Shibuya saat itu. Mereka semua semangat memakai baju khusus, atau baju kotak-kotak ala jokowi. Ajang deklarasi sekaligus menjadi ajang reuni dan perkenalan. Sudah lama aku tidak merasakan sensasi seperti ini.

Kapan terakhir kamu merinding? hehehe

Diskusi 討論

14 Jun

Pernah mempelajari bagaimana berdiskusi yang baik? Aku sendiri lupa-lupa ingat, apakah aku belajar berdiskusi di sekolah atau di latihan kepemimpinan. Maklum sudah banyak kali mengikuti latihan kepemimpinan, sampai lupa apakah pernah belajar berdiskusi di SD.

Pagi ini aku mengunjungi sekolah Riku dan Kai dalam rangka Open School SD Negeri daerahku, yang merupakan kegiatan berkala sekolah itu. Karena Gen bekerja, dan palajaran yang diberikan hari ini hanya 4 pelajaran, aku cepat-cepat keluar rumah dan mengikuti dari pelajaran pertama pukul 8:35 di kelasnya Riku, kelas 6. Dia memang mengatakan padaku, “Mama kan musti lihat kelasnya Kai juga, mending ke kelas aku jam pertama, lalu jam kedua ke kelas Kai. Jam pertama aku akan ada pelajaran diskusi”.

Diskusinya bertemakan “Untuk sarapan, lebih baik roti daripada nasi”. Kemarin malam dia sempat bertanya-tanya pada papanya karena dia masuk grup yang memihak nasi, dan harus mengemukakan keunggulan nasi daripada roti. Dari soal kalori, soal kemudahan persiapan, soal kebudayaan orang Jepang yang makan nasi dsb. Yang lucu Gen sempat mengatakan begini, “Kalau bangun pagi, apakah cuci tangan dulu sebelum makan? Biasanya tidak kan? Padahal kalau makan roti pasti pegang langsung pakai tangan, sedangkan makan nasi tidak. Pakai sumpit kan? Jadi lebih bersih nasi!” hahaha…. ya benar sih, aku jadi ingin tanya apakah orang-orang itu cuci tangan ngga ya kalau makan pagi. Kalau makan siang/malam memang pasti cuci tangan dulu, tapi pagi2 begitu bangun duduk dan makan? hihihi. Aku sih pasti cuci tangan, karena aku yang masak 😀

Sepanjang yang kulihat tadi, anak-anak kelas 6 sudah lumayan untuk berdiskusi. Tidak ada yang bertengkar, atau menjelek-jelekkan lawan, atau bicara dengan “membodoh-bodohi”. Di kelas 5 mereka hanya belajar diskusi dengan dua grup, pro-kontra dan diketuai moderator, dilengkapi pencatat untuk grup pro dan pencatat grup kontra serta penghitung waktu. Tapi kali ini ditambah dengan grup pengawas dan grup ini yang memberikan keputusan siapa yang paling bagus memberikan argumen. Semoga saja di SD Indonesia juga mempelajari cara berdiskusi yang baik ya.

frame karya Riku hasil pelajaran prakarya

Pada jam pelajaran ke dua aku ke kelas Kai, dan mereka sedang belajar etika. Setiap anak dibagikan lembar pertanyaan seperti : Apakah kamu punya adik laki-laki? Apakah kamu suka susu? dsb sebanyak 10 pertanyaan. Setiap anak harus secara aktif menyapa teman, memberikan salam lalu menanyakan satu pertanyaan yang ada. Kalau benar, temannya akan memberikan tanda-tangan, sedangkan kalau salah, dia harus mencari teman lain yang kira-kira jawabannya benar. Tujuannya untuk membuat murid-murid tidak takit bertanya dan berkomunikasi. Belajar bermasyarakat. Terutama karena mereka baru kelas 1 dan belum begitu mengenal teman-teman sekelasnya.

Dan Kai? aduuuh dia cuek beibeh dan tidak bisa menyapa teman-temannya untuk bertanya duluan. Kalau ada yang menghampir dia, dia sih akan jawab, tapi dia sendiri tidak aktif! Pemalu! Sampai aku melotot-melotot dari jauh menyuruh dia berbaur dengan temannya. Untung saja gurunya juga memperbolehkan bertanya pada orang tua yang berdiri di belakang, sehingga paling tidak Kai bisa bertanya padaku 😀 Tapi untunglah pada akhir pelajaran dia berhasil mendapatkan 6 tanda tangan dari 10 yang harus dikumpulkan. Duh Kai~~~~

Selesai jam kedua, aku cepat-cepat pulang untuk menjemur cucian, kemudian pergi ke dokter gigi untuk memeriksa luka bekas cabutan minggu lalu dan membersihkan karang gigi, yang sebetulnya harus dilakukan 6 bulan sekali (aku sudah “bolos” 2 tahun euy hihihi).

Hari ini panas, max 30 derajat saja! Sudah summer! (Dan semoga musim hujannya sudah selesai, karena hujan terus menerus seminggu yang lalu, pakaian jadi anyep, tidak kena matahari)

masih tersisa jasmin sebagai penghias pagar jalanan di daerah dekat rumahku

Che Che Kule dari Ghana

12 Jun

Tahu Ghana? Ghana adalah salah satu negara di Afrika. Tapi kalau kamu tinggal di Jepang, pasti tahu merek coklat “Ghana” yang agak bitter sweet itu.  Kenapa tiba-tiba Imelda menulis tentang Ghana? Sebetulnya aku ingin memperkenalkan sebuah gerak dan lagu yang berjudul “Che Che Kule” yang merupakan lagu rakyat Ghana, dan kalau di bahasa Jepangkan menjadi CHE CHE KORI, CHE CHE KORISA. Sebuah gerak dan lagu yang diketahui SEMUA anak Jepang! Di TK dan SD pasti dalam acara kumpul-kumpul olahraga ada penampilan lagu ini. Biasanya dipadukan dengan lomba memasukkan bola merah dan putih ke dalam keranjang di tengah lingkaran. Ibu-ibu Indonesia yang tinggal di Jepang dan menyekolahkan anaknya di sekolah Jepang pasti tahu deh.

gerak memakai lagu Che Che Korisa oleh kelas 1 SD

Ini merupakan penampilan kelas satu SD, termasuk Kai dalam acara pertandingan olahraga UNDOKAI yang telah dilaksanakan tgl 30 Mei yang lalu. 90 anak yang terbagi dalam dua kelompok Merah dan Putih (silakan baca tulisanku yang ini) membuat dua lingkaran besar, yang mengelilingi keranjang untuk dimasuki bola. Tapi sebelum memasukkan bola itu, mereka harus goyang badan dulu sesuai irama Che Che Kori. Baru setelah lagu berhenti di tengah-tengah, mereka berebut menuju tengah lingkaran dan memasukkan bola yang dipegangnya ke dalam keranjang. Namanya anak-anak main asal lempar sehingga lebih banyak bola yang keluar daripada yang masuk. Setelah peluit ditiup, mereka harus kembali ke tempatnya, dan guru melakukan penghitungan kelompok mana yang terbanyak memasukkan bola ke dalam keranjangnya. Setelah diketahui siapa yang terbanyak, lagu che che kori dilanjutkan lagi. Dan ini berulang sampai 3 kali. Hasilnya? Kelompok putih, kelompok Kai menang. Oh ya dalam undokai tahun ini baik Riku maupun Kai masuk dalam kelompok Putih. Untung saja sama, karena kalau tidak mama papanya bingung mau mengunggulkan kelompok yang mana 😀

Undokai pertama untuk Kai. kiri waktu Kai lari 50 meter, tentu saja yang paling buntut hehhee. Panasnya hari itu mencapai 32 derajat euy. Sampai perih kakinya. Dan Kepala sekolah sebentar-sebentar mengumpukan supaya anak-anak minum dan membasahi handuk supaya tidak dehidrasi. Kanan kibasen, pertandingan kuda-kudaan

Selain permainan dengan lagu Che Che Kori itu, Kai juga melakukan satu lagi gerak dan lagu, dan lari 50 meter. Yang lucu Kai sudah sejak seminggu sebelum pelaksanaan undokai itu minta maaf padaku kalau dia menjadi yang paling buntut. Hmmm aku sih mengatakan tidak apa, tapi sebetulnya dia bisa tuh. Hanya malas saja! Kelas 2 kudu diperbaiki deh. Sedangkan Riku, tahun ini dia bertugas lagi berdiri di depan waktu senam pemanasan dan pendinginan, kemudian lari 100 meter, pertandingan kuda kibasen dan senam eksibisi. Aku selalu kagum pada pertandingan kibasen 騎馬戦, yaitu setiap grup 4 orang, tiga yang menggendong (sebagai kuda) seorang (sebagai serdadu). Serdadu harus mengambil topi lawan untuk menang. Ibaratnya permainan catur. Berat! Pasti berat karena harus menopang teman sambil berlari dan harus punya strategi. Kenapa orang Indonesia tidak pernah coba permainan ini ya? Hasil pertandingan kelompok putih dan merah campuran murid kelas 5 dan 6 ini dimenangkan oleh kelompok merah.

Riku berdiri di depan untuk memimpin senam pemanasan dan pendinginan

Untuk senam eksibisi tahun ini berjudul “Michi” (jalan), dan memang tahun ini tidak ada piramida manusia seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi cukup menarik gerakan yang diperagakan, terutama gerakan ombak yang begitu serasi. Tanpa terasa aku dan papanya beberapa kali menghapus air mata. Anakku sudah menjadi kakak kelas yang tertinggi di SD dan memang sesuai judul senam eksibisi itu, dia sudah mulai menemukan “jalan” di SD dan akan menghadapi “jalan” lain yang lebih rumit di SMP. Dan yang ditekankan dalam senam eksibisi ini adalah kerjasama. Tanpa ada kerjasama dan latihan yang baik, tidak akan bisa menghasilkan gerakan yang bagus.

senam eksibisi oleh kelas 6, sebagai salah satu “pertunjukan” terakhir di SD nya, dan membuat kami orang tua terharu waktu terakhir kali mereka menghormat kepada guru-gurunya

Undokai yang dilaksanakan sejak pukul 9 pagi dalam terik matahari yang pada hari itu Tokyo mencapai maksimum temperatur 32 derajat, ditutup dengan acara menggulirkan bola besar yang berwarna merah dan putih. Sekali lagi kelompok putih kalah cepat membawa bola besar itu dibandingkan kelompok merah. Keseluruhan pertandingan hari itu dimenangkan oleh kelompok merah, hanya dengan beda 10 point.

Menggulirkan bola besar sebagai penutup rangkaian pertandingan dalam undokai

Undokai tahun ini merupakan undokai terakhir di SD bagi Riku, dan undokai pertama di SD bagi Kai. Baru tahun ini juga aku mengikuti semua pertandingan sebagai penonton berdua dengan Gen. Selalu ada rasa haru akan kegiatan yang amat bermanfaat ini, dan merasa bahwa seharusnya di sekolah Indonesia pun dilaksanakan acara-acara semacam ini. Bukan pertandingan perorangan, tapi pertandingan secara kelompok yang lebih mengutamakan kerjasama banyak orang. Apa salahnya orang Indonesia juga meniru kegiatan dari luar negeri yang positif. Sama seperti Jepang yang ternyata juga meniru dan mengadaptasi lagu dari sebuah negeri yang jauh, Ghana, dalam kegiatan anak-anak dan menyebar ke seluruh Jepang. Waktu kubaca, mereka mengetahui lagu Che Che Kule ini dari kegiatan pramuka Internasional yang diadakan di Jepang. Dan ini juga mengingatkanku bahwa cukup banyak orang Jepang yang juga mengetahui lagu Nona Manis, karena pernah diperkenalkan dalam kegiatan pramuka juga. Nona Manis ini diterjemahkan menjadi Kawaii Ano ko wa dareno mono. かわいいあの娘は誰のもの. Cobalah tanya pada orang Jepang yang berumur, pasti tahu deh hehehe.  Akhirnya selesai juga tulisan ini hehehe

salah satu tampilan kelas 4. Keren banget!!! Seperti tarian dalam festival yang mengadaptasi gerakan samurai. Riku ngiri tidak bisa ikut menari seperti ini, karena dia punya pedang kayunya 😀

Ulang Tahun Sekolah

10 Jun

Pagi ini aku melihat foto-foto dari kakak kelasku, Pipin di FB nya mengenai foto-foto sekolah SMA kami yang telah menjadi baru. Ya, kami kangen suasana dulu waktu kami menempuh ilmau di sana, dalam segala kekurangan (sering banjir) dan kesederhanaannya. Setahuku sekolah kami ini sudah berusia lebih dari 50 tahun, tapi tepatnya berulang tahun kapan, aku tak tahu. Kamu tahu? (Kalau universitas tempatku mengajar aku tahu sih, karena tanggalnya lain-lain)

Hari ini merupakan hari libur untuk Riku dan Kai, karena hari ini dinyatakan sebagai hari pendirian sekolah. Sekolah ini didirikan tahun 1977, tapi pastinya bukan tanggal 10 Juni. Karena tahun ajaran di Jepang mulai April, jadi pasti dimulai bulan April. Dan setelah aku browsing, ternyata banyak sekolah yang merayakan hari pendiriannya di bulan Juni. Kenapa begitu?

Rupanya hanya menghindari hari-hari sibuk di awal tahun ajaran, dan bulan Juni itu tidak ada hari libur resmi nasional. Dan mungkin saja terpilihnya tanggal 10 Juni karena hari ini merupakan hari peringatan WAKTU, Toki no kinennbi. Hari peringatan bukan hari libur ini ditetapkan tahun 1920, untuk membuat masyarakat Jepang sadar akan waktu. Bisa dilihat bahwa sejarah Jepang memang membuat masyarakatnya menghargai waktu sampai se-detik-detik-nya 😀

Jadi, hari ini dua krucilsku libur, dan suamiku juga mengambil cuti karena dia bekerja hari Sabtu dan Minggu lalu. TAPI aku harus mengajar dari jam 1, jadi …… sejak pagi sudah sibuk mencuci dan memasak untuk makan pagi, siang dan malam. Well, aku selesaikan saja dulu tulisan ini.

(Saking kangennya ingin menulis, jadi cepat-cepat tulis deh. Sebetulnya ada satu tulisan tentang undokai waktu itu yang masih separuh hehehe. Oh ya sakit punggungku sedang direhab, dan ditambah sabtu kemarin aku dicabut gigi geraham bungsunya dan sakitnya masih sampai sekarang euy. Padahal sudah hari selasa kan? )

Lucky is My Middle Name?

27 Mei

Of course not! My middle name is… E… V… bukan lucky hehehe. TAPI nama panggilan bapakku itu lucky sebagai pengganti Louis, dan aku beruntung punya bapak seperti papa 😉 Seminggu kemarin beberapa kali papa meneleponku, dan masuk answering machine. Tapi setiap kali aku mau menelepon pasti kelupaan atau ketiduran. Jadi baru sempat kemarin sore aku telepon dia, dan ternyata seminggu kemarin itu cuma mau ngobrol 😀 Kesepian dia karena anak-cucu semua tidak di rumah, dan dalam kondisi masuk angin. Sorry ya pa 😀 Mustinya papa BBM atau WA atau LINE atau FB hehehe. Dan kami bercerita ngalor ngidul mengenai apa saja yang teringat.

Tapi hari ini aku lucky! Beruntung, karena dua kali dapat potongan harga 😀 (emak-emak emang tidak jauh dari potongan harga ya hehehe). Seperti yang kutulis di posting sebelum ini “Tugas Kai“, aku menderita sakit punggung. Selain saran dari teman untuk diet, sakit punggung ini sepertinya tidak bisa nunggu diet deh hehehe. Jadi ada beberapa alternatif yang bisa aku coba, di antaranya : Hari 針 atau akupunktur,   Kyu atau Moxibustion.  Meskipun ngeri, kalau demi sembuh apa juga akan kujalani deh. Tapi semua harus pakai reservasi. Akhirnya aku cari yang aman yaitu shiatsu saja deh pikirku. Dan “terdampar” lah aku tadi pagi di tempat Chiropractic yang kudapat informasinya melalui web. Dekat stasiunku ini memang ada beberapa tempat “pijat” dan tempat ini satu-satunya yang kutemui mempunyai petugas yang banyak dan bisa tanpa reservation. 

Jadi tepat jam 10:30 waktu mereka buka, aku masuk ke klinik tersebut. Di meja pendaftaran, susternya bertanya apakah aku bisa menulis kanji :D, ya jelas kelihatan ya bahwa aku bukan orang Jepang hehehe. Setelah mendaftar dan menuliskan data serta bagian yang sakit, aku diantar masuk oleh seorang petugas. Dia menanyakanku lagi dengan detil bagian yang sakit dan penyebabnya. Lalu dia antar menuju sebuah “tempat tidur berdiri”. Memang aku melihat ada dua orang yang sedang dipijat, dan dua lagi tempat tidur yang berdiri itu. Bagaimana caranya pijat sambil berdiri ya pikirku hehehe.

meja thompson dengan bagian bagian yang bisa dinaikturunkan

Ternyata tempat tidur ini ada namanya! Thompson Table yang memang khusus dipakai untuk chiropractic. Jadi aku berdiri dulu menghadap ke meja dengan menyenderkan badan dan kepala, baru otomatis meja itu turun menjadi tempat tidur. Meja itu mempunyai beberapa bagian yang bisa dimaju mundurkan, yang memang dipakai waktu aku dipijat itu. Konon semua bagian badan itu terhubungkan dengan kotsuban 骨盤 atau tulang panggul, dan meja ini dibuat khusus untuk merehabilitasi tulang panggul itu. Banyak penyakit bersumber dari letak tulang panggul yang tidak benar. Dan oleh senseinya, dikatakan bahwa tulang panggulku agak miring ke kanan, sehingga panjang kaki (bukan real) kanan lebih pendek dari kaki kiri (meskipun tidak terlihat) . Dan salah satu penyebab sakitnya tulang punggungku itu ternyata ada bagian tulang rusuk di bagian punggung yang mencuat ke luar, sehingga otomatis otot di sekitarnya mudah kram. Aku sendiri merasa terbantu dengan pemijatan ala chiropractic ini dan merasa bahwa pilihanku ke sana tidak salah. Pemijatan dilakukan tepat di bagian yang sakit (tepat pada syarafnya) dan tidak terlalu kuat memijatnya. Aku  juga tidak perlu buka baju sama sekali dan tidak bau atau pliket oleh minyak (meskipun ada kalau mau pilih program itu). Malas rasanya mengganti baju atau buka baju dan harus mandi lagi seperti kalau aku pijat di Bersih Sehat di Jakarta. Untuk sementara tempat ini akan menjadi tujuan aku “mereparasi” badan yang makin tua ini hehhee.

Dan yang aku senangi di sini, senseinya tidak mengatakan bahwa aku harus kembali kapan. Terserah saja kalau sakit tidak tertahan untuk datang. Dan dia menjelaskan bahwa course yang baru dia lakukan itu course 25 menit yang harganya 2600 yen (260.000Rp kira-kira) dan itu yang standar. Kalau sudah biasa, bisa menjadi 15 menit, atau kalau sudah sakit sekali bisa diperpanjang menjadi 35 menit. So maksimumnya 35 menit. Wah kalau cuma 35 menit aku betah mungkin, karena dalam informasi di internet, ada yang sampai 2 jam segala dipijatnya (di Jakarta juga minimum 1 jam kan?)

Oh ya ada satu kalimat dari senseinya yang aku setuju, yaitu tidak ada itu sebetulnya 姿勢が悪い (posisi badan/bentuk badan yang salah) tapi adanya posisi badan yang tidak berubah-ubah, itu-itu saja. dan itu yang menyebabkan sakit. Tidak ada orang yang bisa 姿勢が正しい (bentuk badannya benar) karena maksimum orang hanya bisa menjaga posisi tubuh yang benar seperti badan tegap itu hanya 10 menit, setelah itu pun pasti harus mengubah posisi badannya. Setuju deh dengan pernyataan ini hehehe.

Nah, hubungannya ceritaku hari ini dengan luckynya apa? Ya aku bukan hanya lucky karena bertemu dengan pemijatan yang bagus, tapi hari ini yang sebetulnya aku harus bayar 2600 yen, aku cukup membayar 1500 yen karena aku tahu informasi tempat chiropractic ini dari internet dan untuk pertama kali. Yeay! Untung deh ….

Dan untung yang kedua, waktu aku keluar dari tempat pemijatan ini sudah jam 11:30 dan aku sudah lapar. Jadi cari makan ceritanya. Inginnya sih makan spaghetti tapi cari resto spaghetti kok tidak ketemu, jadi aku masuk resto sushi deh. Kupikir aku mau pilih Chirashi sushi lagi (Chirashi sushi itu nasi dalam mangkuk dan di atasnya ditaruh irisan ikan/udang dll) . Harga umumnya sekitar 1000 yen, tapi ternyata setelah aku pesan, aku baca di papan menu, bahwa hari Selasa itu adalah Ladies Day, dan harga chirashi sushinya CUMA 780 yen! Yeay lucky deh!

contoh chirashi sushi. Yang kumakan hari ini tidak secantik ini tapi enak! dan murah! 😀

Are you lucky today? 😉

(Ladies Day adalah program dari beberapa toko/restoran/bioskop yang memberlakukan potongan harga bagi wanita yang berbelanja pada hari yang ditentukan itu. Cukup banyak toko yang mengambil kebijakan itu untuk menarik konsumen wanita, yang kebanyakan sudah tua dan berduit untuk belanja di tokonya, dan kalau enak atau pelayanan bagus, wanita-wanita ini adalah reklame berjalan. Dia akan memuji toko itu pada wanita lain, sehingga menjadi promosi bagi toko tersebut).

Tugas Kai

26 Mei

Hari ini , Senin aku memaksakan diri pergi mengajar. Sudah sejak hari Jumat malam, punggungku bermasalah. Mungkin karena aku selalu bawa belanjaan sepulang mengajar sehingga terlalu berat. Atau karena aku terlalu banyak kerja yang duduk saja, sehingga tidak banyak bergerak sehingga otot punggung menjadi tegang. Atau karena perubahan suhu naik turun, sehingga badan tidak bisa terima. Pokoknya aku merasa punggungku seperti baal, mati rasa. Dipakai duduk sakit, dipakai berdiri sakit, apalagi buat membungkuk. Sebentar-sebentar aku harus meluruskan punggungku dengan berbaring. Duh seperti lansia saja! Dan kondisi ini amat menyebalkanku, karena otomatis aku tidak bisa pergi ke mana-mana, dan tidak bisa membereskan rumah padahal waktu beberes itu pas Sabtu Minggu. Jadi aku tinggal di rumah Minggu siang-sore, karena anak-anak pergi dengan papanya menangkap kupu-kupu di sebuah sungai di Saitama.

Kondisi punggungku agak mendingan kalau aku berendam di air panas, lalu memakai shippu (koyo besar mengandung obat). Tidak tanggung-tanggung, satu kotak berisi 6 lembar shippu kupakai semua sekaligus (jadi satu punggung warna putih tuh hihihi) dan aku bisa tidur semalam. Demikian juga tadi pagi sebelum berangkat ngajar jam 7 pagi, aku sempatkan berendam di air panas dan pasang shippu lagi.

Tapi hari ini ternyata muridku sakit. Mukanya pucat sekali, sehingga aku juga tidak tega mengajar terus. Semestinya ada 4 jam pelajaran dan kami hanya selesaikan 1 jam saja, kemudian dia minta ijin untuk istirahat. Senang juga aku bisa pulang lebih cepat dari semestinya, dan aku pulang sampai rumah jauh sebelum Kai pulang.

Tak lama terdengar suara pintu masuk dibuka, Kai membuka pintu dan kaget melihat aku. “Kok mama sudah pulang?” Aku langsung memeluk dia… Dan dia dengan bangganya mengatakan, “Lihat ma, aku selalu begini loh kalau pulang sekolah” Dia taruh topi sekolahnya di tempatnya, lalu memasukkan kunci ke dalam ranselnya, dan mengeluarkan PR. Sambil mengerjakan PR nya, dia berkata, “Meskipun mama tidak ada, setiap hari aku langsung buat PR dan tidak menyalakan TV loh”…. seakan ingin menegaskan perbuatannya dan bahwa dia tidak berbohong. Tentu saja nak, mama tahu kok. Dan mama juga tahu bahwa begitu PR selesai, dia akan menonton TV atau bermain dengan DS nya. Eh tapi aku lihat dia juga bermain dengan legonya. Katanya dia mau membuat shopping arcade 😀

Tugas Kai di rumah setiap hari ya hanya itu, membuat PR dan makan kalau dia lapar, sekitar jam 4. Biasanya aku sediakan makanan kecil, tapi kalau tidak ada, dia akan mengambil nasi dan membuat onigiri sendiri. Atau mengambil roti dan membuat roti sendiri. Dia tahu bahwa dia belum boleh pakai api atau air panas.

Tapi di sekolah ternyata Kai mempunyai tugas yang sudah disepakati bersama satu kelas. Tugasnya setiap hari adalah memberi makan ikan mas yang berada di dalam kelas mereka. Selain tugas memberi makan ikan, ada tugas-tugas lain seperti petugas listrik (bertanggung jawab mematikan listrik kalau tidak ada orang di dalam kelas), petugas meja (mengatur meja-meja supaya lurus), petugas yang memberi air tanaman, petugas menghapus papan tulis dll. Sudah sejak kelas 1 SD, murid-murid ini diberi tugas dan tanggung jawab dalam kelas. Belum lagi mereka juga bergiliran menjadi petugas pembagi makanan untuk makan siang.

“Ma, Tadi aku jadi petugas membagi makanan siang. Aku bagikan sumpit dan piring ke teman-teman”
“Oh kamu jadi kyushoku touban 給食当番 ya? Sudah pernah jadi nicchoku日直?”
“Kemarin dulu jadi nicchoku”
“Emang kalau nicchoku ngapain aja?”
“Ya aku harus memberi salam di depan kelas, mengajak murid beri salam guru pagi hari dan waktu pulang. Lalu kalau ganti pelajaran mengajak murid bersiap mengikuti pelajaran berikutnya deh.”
“Lain sama touban waktu TK ya. Kalau TK kan malah guru tanya-tanya ke toubansan hobinya apa dan lain-lain. Kai bisa berkata dengan jelas di depan kelas? (aku ragu dia bisa bicara jelas…kedua anakku bukan tipe pemimpin soalnya heheh)”
“Ya bisa dong. Aku mesti berdiri di depan loh….”
“Mama dulu waktu SD pemalu sekali tidak bisa berdiri di depan. Sekarang malah berdiri di depan terus…soalnya jadi guru hahaha”
“Hahaha iya ya!”

Ah senangnya hari ini bisa bercerita banyak dengan Kai tentang sekolah dan tugas-tugasnya. Aku senang kalau anak-anakku bisa jadi pemimpin, tapi kelihatannya untuk ini gen nya Gen lebih dominan, masih pemalu kalau berdiri di depan orang banyak hehehe.