tetap harus diketahui, untuk kemudian dihindari agar tidak terulang kembali. Tugas kita sebagai orang tua untuk memberitahukan sejarah itu kepada anak-anak kita.
Tgl 14 Agustus 2014. Kami berkunjung ke benteng Vredeburg. Karena waktu yang singkat, aku hanya mau memotret bagian luar, tapi akhirnya masuk juga. HTM (Harga Tanda Masuk) hanya Rp 2000,- berlainan dengan benteng Fort Rotterdam di Makassar yang “serelanya”. Ternyata ada dua sisi bangunan yang berisikan diorama-diorama. Ah diorama! Pasti membosankan untuk anak-anakku, apalagi Riku yang sebenarnya malas untuk turun dari mobil. Tapi…. kepalang tanggung, jadi kuajak anak-anak masuk.
Aku pun mengitari diorama di ruangan pertama dengan cepat, sesudah berusaha memotret beberapa diorama awal. Ya cerita tentang agresi militer I dan II. Cepat-cepat aku beranjak ke ruangan sebelahnya. Tiba-tiba Kai (7th) bertanya, “Ini apa ma… kok seperti perang?”
“Ya nak, itu memang perang”
“Perang siapa lawan siapa?”
“Perang antara orang Indonesia dan tentara Sekutu (Belanda)”
“Yang mana yang orang Belanda?”
“Itu yang pakai baju tentara dengan senapan dan mobil tank. Sedangkan yang pakai baju petani, baju biasa itu orang Indonesia. ”
“Kalau itu apa? Jembatan kok dihancurkan?”
“Ya jembatannya dirusak supaya Belanda tidak bisa masuk ke daerah itu. Kalau tidak ada jembatan kan, Belanda tidak bisa nyebrang”
“Wah pintar ya….”
“Itu siapa? ”
“Itu Presiden Soekarno yang baru turun dari pesawat terbang.”
“Yang mana presiden? Yang pakai kacamata?”
“Bukan, itu Hatta wakil presiden….”
“Itu siapa?”
“Itu Jendral Soedirman. Dia panglima perang yang pintar. Dia pahlawan Indonesia”
“Oh orang hebat ya?”
“Iya sayang…”
“Kai… ini lambang Universitas Gajah Mada, universitas tertua di Indonesia”
“Wah sugoi (Hebat)”….
dan kami melewati replika serdadu Belanda setinggi manusia sedang memegang senapan. Dan Kai ketakutan…. Ya, perang itu menakutkan memang.
Terus terang aku awalnya malas menjawab semua pertanyaan Kai. Tapi kupikir, aku harus jawab. Mumpung dia ada minat untuk bertanya. Dan sekali lagi aku merasa harus mengulang pelajaran sejarah, terutama tahun-tahun supaya bisa menjawabnya lebih detil lagi.
Tapi perjalanan melihat diorama itu harus dipercepat karena Riku menjadi demam dan lemas. Kusuruh dia kembali ke mobil, tapi dia enggan pergi sendiri. Ini tanda bahwa aku harus meninggalkan tempat ini, dan kami bergegas berfoto-foto dan masuk mobil. Aku sempat jalan kaki menuju Titik Nol dan berfoto di sana sementara anak-anak menunggu di mobil.
Penjelasan mengenai perang dan agama (yang ditanyakan Riku sebelumnya, “Apa itu Islam, Buddha dan Hindu”) aku lanjutkan dalam pesawat menuju Jakarta. Tapi aku sempat kagum pada perhatian Kai, waktu dia bertanya,
“Mama nanti malam akan bertemu teman-teman kan? Di restoran mana?”
“Restoran dalam universitas Gajah Mada”
“Oh universitas tertua di Indonesia itu ya?”
dan aku tersedak… terharu dan kaget bahwa dia masih ingat apa yang tadi kukatakan.
Mungkin ingatan itu akan hilang dan terlupakan. Tapi semoga informasi yang pernah masuk, akan bisa mencuat suatu waktu nanti, dan bisa menimbulkan keingintahuan yang lebih dalam lagi.
SEJARAH memang banyak yang kelam, tapi JANGAN ditutupi, demi pembelajaran generasi yang yang datang. Generasi yang bisa menghargai sejarahnya. Pembelajaran yang cukup berat untuk Riku dan Kai, karena mereka harus tahu sejarah dua negara, Jepang dan Indonesia. Gambatte nak!
DIRGAHAYU INDONESIA KE 69!
(Foto-foto : koleksi pribadi dan dari kamera Septarius a.k.a ATA chan)
soal Riku yg tertarik sama pojok benteng vredeburg yg mirip sama rotterdam membuat aku jadi tahu, tiap anak punya karakter dan minat yg berbeda-beda. Riku sepertinya lebih banyak diam jarang bertanya dan seperti kurang berminat, tapi setelah menemukan kesukaannya maka kecemerlangannya akan muncul.. hehe.. salut buat mbak EM yg langsung memuji Riku..
Benar Nechan.. anak-anak akan menyimpan apapun informasi yang kita berikan dalam memorinya dengan baik. Oleh karenanya, kita tidak boleh menyembunyikan informasi apapun kepada anak. Hanya yang perlu kita pelajari adalah bagaimana memilih kalimat yang akan kita sampaikan kepada mereka, agar tidak menimbulkan mis persepsi dalam diri mereka.. 🙂
Semoga Riku sudah baikan sekarang ya..
Wah Kai pinter banget ya mbak. Sangat kritis… 🙂
Moga2 riku cepet sembuh ya…
Wah kayaknya ntar kalau DVD Soekarno muncul mesti kirim ke Tante Imel nih. Ternyata versi extended jauh lebih bagus daripada versi Desember 2013 lalu.
Pintar sekali Kai 🙂
sejak interact frequently dengan foreigners, aku jadi sangat tertarik untuk mempelajari culture, heritage, and history
I am lucky to be Indonesian 🙂 we are very rich in those aspects
Ketertarikan Riku dan Kai pada sejarah Indonesia membanggakan. Melalui alam pikirnya mereka sudah mencerna dan mengenapkan penjelasan Mama EM dengan khidmat.
Salam hangat kami
Kadang sulit bagi saya untuk menjelaskan dengan gamblang, karena Kai belum tahu kenapa harus perang. Riku sudah tahu sedikit karena kelas 4 mereka belajar “Pendidikan Damai”