Sebetulnya penduduk Tokyo sejak Jumat lalu libur berturut-turut 3 hari renkyu, tapi deMiyashita seperti biasa, tidak pernah bisa libur 3 hari full, pasti hanya bisa 2 hari saja. Dan memang hari Jumat, Gen libur, tapi karena hujan kami tidak bisa pergi Momijigari, mencari keindahan daun-daun musim gugur, sesuai dengan keinginanku. Gen tahu aku sudah capek mengurus anak-anak ditambah kondisi tidak fit, jadi dia mengajak Riku dan Kai menonton film Jepang yang berjudul “Floating Castle”. Lumayanlah aku bisa istirahat tidak mendengar suara anak-anak selama 4 jam. Maunya sih tidur, tapi akhirnya waktunya habis membersihkan rumah dan membuat design kartu duka (mochuhagaki).
Sabtunya Gen ke kantor, dan cuaca juga tidak cerah. Paginya hujan dan menjadi mendung. Tadinya aku mau mengajak anak-anak ke Taman Shakuji dekat rumah, tapi batal lagi. Karena masih banyak kerjaan di rumah yang harus kulakukan. Gen pulang kantor jam 4, dan aku sempatkan pergi berbelanja sayur naik sepeda. Yang pasti aku malas masak, sehingga akhirnya Gen mengajak kami makan di luar. Dan hisashiburini (setelah beberapa saat) kami makan sushi di dekat rumah. Riku seperti biasanya memilih salmon, salmon aburi (dibakar atasnya saja), sedangkan Kai sukanya telur ikan Salmon (ikura). Yang lucu saat itu ada paduan sushi salmon dan ikura, sehingga aku katakan itu namanya oyako-zushi (Sushi Ibu anak). Sedangkan aku mencoba Zuniku aburi (daging yang terdapat di kepala tuna seberat 40 kg). Dan memang enak, lembut karena banyak lemak. Aku memang suka makan kepala ikan. Tapi 1 buah sushi harganya 260 yen. Mahal! (biasanya dihitung per piring berisi 2 buah, tapi karena ini khusus, jadi isinya cuma 1 buah)
Nah, karena mengetahui dari prakiraan cuaca bahwa hari Minggu cerah, aku minta Gen untuk pergi momijigari, ke mana saja, asal keluar rumah. Kalau bisa melihat illumination (hiasan lampu) sih lebih baik, tapi memang illumination peaknya setelah masuk Desember, jadi yang penting melihat pohon-pohon berubah warna di musim gugur saja dulu. Jadi pagi-pagi kami bersiap untuk pergi ke Taman Showa Kinen, yang memang terkenal dengan berbagai macam tumbuhan. Tapi karena Gen sakit kepala, akhirnya kami baru berangkat jam 1. Itu juga setelah aku sebal karena terlalu lama menunggu keputusan pergi atau tidak. Aku paling benci menunggu dalam ketidakpastian. Kalau memang mau batal, ya batalkan saja, biar aku bisa buat rencana lain. Meskipun akhirnya kami juga hanya drive ke arah Taman Showa, dan tidak jadi masuk karena terlalu penuh mobil yang antri untuk masuk parkirannya. Apalagi sore ini adalah hari terakhir orang libur, jadi pasti macet di mana-mana. Jadi kami cuma bisa melihat momiji di sepanjang jalan. Itupun sudah cukup lah daripada tinggal dalam rumah terus. Jadi foto-fotonya juga kurang bagus karena diambil dari dalam mobil.
Sebelum berangkat ke Taman Showa Kinen itu, kami sudah sarapan sekitar jam 10 pagi, jadi jam 2 an sudah merasa lapar, terutama anak-anak. Sebetulnya aku sudah bilang pada Gen untuk makan dulu sebelum pergi, dan kami berdua setuju untuk MacDonaldgari! Mencari Mac Donald. Segitu kepengennya? hehehe. Ya kami memang ingin ke MacDonald setelah melihat iklan di TV yang memberitahukan bahwa jika memesan set menu yang L akan mendapat hadiah magnet khusus. Waaah aku mau tuh, lucu-lucu sih bentuknya. Dan akhirnya kami menemukan MacD di jalan Itsukaichi pukul 3:15 dan borong untuk 4 orang! Untung kami jarang beli MacD, sehingga tidak bisa dibilang junkfood eater 😀 Tapi kadang, kepengen juga kan makan junkfood tuh… Seakan MacD, KFC dan sejenisnya melambai-lambai memanggil 😀
Oh ya sebelum kami menemukan MacD ini, kami sempat berhenti di sebuah toko konbini, hanya karena aku melihat sebuah rumah dengan lapangan luas, yang penuh dengan pohon berwarna kuning, merah…dan di salah satu sudut rumah di kejauhan ada semacam pohon cemara yang berwarna putih! Aduh aku senang sekali melihat perpaduan warnanya, juga rumahnya yang kelihatan kuno. Kupikir itu kuil, ternyata setelah aku datangi, tertulis nama orang 🙁 Pasti deh orang kaya… Dan karena rumah orang aku tidak berani ambil foto, takut disangka mau maling 😀 Coba aku bisa gambar ya, aku ingin sekali menuangkan keindahan pemandangan rumah itu. Sayang sekali aku tidak bisa menggambar 🙁 hiks….
Lalu apa hubungannya judul di atas Momijigari dengan dompet? Hmm memang 3 hari libur membuat aku harus membuka dompet lebar-lebar mencari recehan untuk bayar macam-macam :D. Tapi maksudku menulis dompet itu karena ada sebuah angket di situs Goo, yang aku senangi. Yaitu sebuah survei yang mereka adakan pada pengguna situs dengan pertanyaan: “Dompet yang kamu pakai sekarang sudah tahun ke berapa?” Ya, ternyata … dompet itu lumayan awet dipakai terus, dan ada yang mengganti karena rusak, atau karena sudah terlalu lama. Meskipun ada juga yang mengganti dompet setiap tahun baru 😀
Aku? Dompetku yang sehari-hari aku pakai, berwarna merah. Itu aku pakai, karena dompet sebelumnya berwarna hitam. Dan karena dulu aku pernah panik mencari-cari dompet dari dalam ranselku. Rupanya karena ranselku berwarna biru donker, lalu dompetnya hitam, dan kebanyakan barang-barang dalam dompet itu juga hitam, maka sulit dicari. Kemudian Tina, adikku menyarankan ganti dompet dengan warna jreng, supaya langsung terlihat. Dan itu kupakai sampai sekarang!
Kapan tuh? Aku jawab sekitar 5-6 tahun, tapi mungkin lebih karena aku ingat saat itu Riku masih kecil sekali, padahal Riku sekarang hampir 10 tahun. Jadi bisa jadi sudah 8 tahun loh.
Dompetmu yang sekarang sudah berapa tahun dipakai?
Woalah… aku jadi tahu maksud kata ohisashiburi… hihihi…
Dompetku juga udah 10 taun hihihi… dompet hasil rajutan ibuk…
Mauuu dong magnet mekdinyaaa… kok lucu sih @.@
Waahh.. liburan emang nuansanya malas malasan mbak¡ *emang niee yg pemalas seh* 😛
kalau soal dompet aku juga betah. yg terakhir sekitar 4 tahun. yg sekarang udah 1 tahun lebih seh. dan emang kadang ganti karena udah jelek. malu kalau ngeluarin pas bayar belanjaan.. hehehe
mbak imelda, kalau sedang libur memang kadang maunya makan di luar ya. apalagi kalau badan lagi agak kurang enak. kalau aku lagi capek, aku juga memilih beli makan. daripada memaksa diri memasak dan malah tambah capek, bisa bete deh. aku suka bersyukur tinggal di daerah yang tidak sulit mencari makan pas benar-benar tidak sempat masak. mulai yang harganya murah (dan tetap lumayan enak di lidah) sampai yang agak mahal. tapi ya nggak mahal banget sih. masih terjangkau.
dompetku yang terakhir kupakai ini masih terbilang baru. mungkin baru 1-2 tahun. lupa deh. tapi aku sendiri kurang suka ganti-ganti dompet. dompetku yang lama sudah agak aus kulitnya. dan sebetulnya aku suka dompet yang warnanya terang. gampang nyarinya 🙂 tapi dulu pas cari dompet, yang warnanya terang lebih mahal. jadi aku harus puas dengan dompet warna cokelat. yang penting awet dan … ada isinya! haha.
kalau weekend suka males masak ya mbak. aku pakai dompet paling 1 tahun mbak kalau ada hadiah ganti yang lama dikasihkan sama yang mau
Selalu merindu postingan momijigari dari TE, bisa keluar rumah sekeluarga lengkap untuk makan bareng amat menyenangkan.
Dompet di tas hampir 6 tahun bentuk mulai tidak rapi, selama masih bisa dipergunakan ayo aja. Salam
Dompetku kubeli saat awal kerja. Berarti thn 2006. Hehe… Udh lama juga dia mengabdi 😛
Aku juga suka momijigari kak. Indah ya musim gugur itu..
indah ya perubahan warna daun2 di musim ini..
dompetku yang sekarang ini baru beberapa bulan dipakai, sengaja cari yang ukuran gede
supaya mudah ketemu di dalam tasku yang juga gede
Di Jepang kok rasanya setiap tempat punya daya tarik tersendiri…
Sementara saya kok merasa tempat di Jawa ini hampi membosankan semua.
Bosan macet ketika menuju lokasi, bosan sampah yg berserakan (meski tempat wisata) dan bosan dari kejadian tidak aman…
Yg tidak bosan cuma di rumah 😀
(pertama kali ninggalin komen di TE)
Wah, aku juga belum sempat momijigari, kepingin juga ke Taman Showa Kinen tapi gak pernah sempat.
Dompetku? Udah hampir 10 tahun!! Ketika masih baru warnanya merah menyala, tapi sekarang udah jadi merah bata hehehe.
Wah kok jadi inget dompetku yang lama entah dimana ya he he … sudah 5 tahun diganti istriku kemarin …
Btw .. Luar biasa Jepang ini … entah kenapa kok malah saya ingat Garut yang indah, apa karena saya pernah motret gunung yang disangka orang gunung Fuji katanya he he.
Trims .. Jepang emang menakjubkan.
jadi pengen nyobain zuniku aburi nya mbak.. disini kok gak pernah liat ya…
dompet saya udah 5 th mbak umurnya. karena itu hadiah perpisahan pas mau pindah kemari dan saya pake sejak pindah kemari. 🙂 so far masih baik2 aja dompetnya.. 😀
memang disana ada aturan tidak boleh memfoto rumah orang ya Mba..? bukan kah semua yang terlihat bisa di foto ya.. hehehe.. ngasal diriku…
Wah, samaan, mbak. Seminggu sebelum liburan itu, kami ke kebin binatang, pengen liat daun-daun kuning dan merah 🙂
Dompetku masih terbilang baru, mbak imel, masih berumur di bawah satu tahun.
Dompet saya sudah dua tahunan. Sudah bulukan karena pernah masuk ke laut. 🙁
Itu magnetnya buat apa memangnya, Bu? Saya dulu sering mengumpulkan magnet-magnet begitu. Tetapi karena merasa bingung bakal digunakan untuk apa, jadilah saya “buang”. Terkadang saya merasa kalau mengoleksi barang-barang yang tidak bisa saya manfaatkan (untuk digunakan sehari-hari), cuma bisa menghabiskan ruang saja.
dompetku dah beberapa tahun umurnya mbak, tepatnya lupa 🙂
foto pohonnya cantik cantik mbak
Ups. Sayah junkfood eater Mba Em.
Seminggu sekali makan junk food. Huhuhu.
Penasaran sama deskripsi rumah yang indah itu Mba. Sayang ya rumah orang.T.T
dedek nanti kita peri makan sushi yaa 😀 hahahaha…..
aku kebalikan dari mami d… kalo kerja malas masak karena cape pasti… kalo libur mau bikin a b c d hahaha… kebanyakan mau!!!
dompet ku yang skr 3 tahun… masih awet cuma luarnya itu looh kotor bgt :(( pengen ganti tapi masih bagus 🙁
Pingback: Harmoni Ginkgo-Maple | RyNaRi