Kelas Ski

7 Feb

Sebetulnya aku ingin menyalahkan kelas Ski yang diadakan oleh SMPnya Riku sebagai penyebab sekian lamanya deMiyashita terkurung dalam rumah akibat influenza. Karena begitu Riku pulang dari kelas Ski, dia kena influenza. Dia sembuh, aku sakit…. menjelang aku sembuh, Gen dan Kai kena 😀 (sampai sekarang masih di rumah). Untung saja mulai akhir Januari aku sudah memasuki libur musim semi di dua universitas, sehingga tidak banyak kelas yang perlu aku batalkan.

Bagaimana aku tidak akan menyalahkan kelas Ski itu dong, karena di situ kemungkinan berjangkitnya virus amat tinggi. Bayangkan 4 hari “hidup bersama” sekitar 240 remaja kelas dua SMP. Sangat mungkin beberapa di antaranya sudah membawa virus influenza pergi ke kelas Ski kan, dan menjangkitkannya kepada teman-temannya kan?

Eh tapi mungkin hanya Riku yang dalamkondisi lemah badannya waktu pulang, ditambah keesokan harinya dia harus berlatih badminton lagi. Tapi bagaimana pun juga, aku tidak menganggap kelas Ski itu jelek! Bahkan aku merasa bersyukur bahwa Riku bisa mengikuti kelas Ski bersama teman-teman sekolahnya.

Rupanya kelas Ski itu merupakan program pendidikan yang diadakan di luar lingkungan sekolah bagian kurikulum untuk kelas 2 yang PASTI dijalankan di kelurahan kami. SMP Riku memang sekolah negeri (pemda) sehingga semua kebijakan pendidikan kelurahan pasti dirasakan langsung. Rupanya tidak setiap SMP negeri mempunyai program yang sama, mempelajari Ski bersama. Kelurahan kami bahkan mempunyai tempat penginapan di dekat resort untuk belajar main ski. Jadi 34 SMP yang ada di kelurahan kami itu secara bergantian menempati villa milik pemda. Bahkan pemda menyediakan bus untuk pulang pergi secara gratis. Ini membuat kami hanya perlu membayar sedikit untuk makanan dan sewa baju ski saja! Memang olahraga ski cukup mahal jika harus merencanakan sendiri.

Persiapan dilakukan dengan matang. Kami orang tua selain menyiapkan biaya, kami juga harus berkumpul untuk mendengarkan briefing sebelum keberangkatan. Dijelaskan program harian mereka, apa saja yang harus dipersiapakan untuk dibawa dsb. Di situ kami tahu bahwa ada 1 guru ski yang akan mendampingi 10 murid. Dan mereka menjamin dalam 4 hari biasanya murid-murid sudah bisa meluncur di atas salju. Dan pada hari keberangkatan Riku memang berhari-hari cuaca dingin dan turun salju di Karuizawa, sehingga menunjang kelas Skinya.

Enaknya punya anak sudah SMP itu adalah dia sendiri yang mempersiapkan tasnya. Mulai dari baju dalam, kaus kaki sampai glove. Karena baju musim dingin itu tebal, tentu makan tempat yang cukup banyak dalam tas. Untuk itu aku pinjamkan beberapa plastik kedap udara sehingga baju yang tebal-tebal itu dapat dipampatkan menjadi tipis. Oh ya, Riku dalam rombongan kelas ski ini ditugaskan untuk menjadi ketua tim “kamar mandi”. Bayangkan 200 orang harus mandi kan? Jadi perlu dibagi menjadi berapa kelompok dan kelas. Setiap kelas ada ketuanya dan mereka bertanggung jawab pada kebersihan kamar mandi. Sesudah dipakai, tentu harus dibersihkan. Termasuk memeriksa apakah ada keran yang masih terbuka, air yang menggenang dsb. Setiap anak punya tugas masing-masing, dan ya ini yang kusukai dari sekolah di Jepang. Semua harus bekerja, semua harus sama.

untung Riku berada di tengah ya? hehehe Ini kelasnya dia, semuanya ada 6 kelas

Program kelas di luar lingkup sekolah setiap tahunnya berbeda. Untuk kelas satu, berenang di laut pada musim panas. Waktu Riku kelas 1, dia tidak mengikuti kelas ini karena kami pergi ke Jakarta. Kelas 2 adalah kelas ski di musim dingin. Dan kelas 3 kelas budaya karyawisata ke Kyoto sekitar musim gugur.

Hiburan di Musim Dingin

7 Feb

Bagi kami yang tinggal di negara 4 musim, kami mempunyai cara untuk melewatkan panasnya musim panas, dan dinginnya musim dingin, serta melewatkan waktu-waktu di antaranya.  Intinya kami menikmati atau mencari cara untuk menikmati setiap musim yang datang.

Musim Semi, kami menikmati bunga sakura atau bunga-bunga lain yang bermekaran. Musim panas, kami menikmati pantai atau gunung. Sedangkan musim gugur, kami menikmati perubahan daun-daun yang berubah warna. Musim dingin? Kami menikmati salju yang turun. Tapi tidak semua daerah itu bersalju. Seperti Tokyo yang ada hanyalah angin yang bertiup kencang dan dingin yang menusuk sampai tulang. Bagaimana mau menikmati musim dingin kalau begitu ya?

Memang kalau menjelang Natal, begitu masuk bulan November, kami bisa menikmati lampu-lampu dan hiasan Natal di mana-mana. Memasuki bulan Desember ditambah lagu-lagu Natal. Tapi pemandangan Natal ini hanya bisa dinikmati sampai tanggal 25 Desember. Begitu tanggal 26 Desember, hiasan Natal diganti dengan hiasan Tahun Baru tradisional Jepang. Padahal musim dingin kan masih panjang?

belum masuk saja sudah dihadang oleh pemandangan seindah ini

Iluminasi atau pemandangan hiasan lampu-lampu di kota bisa menjadi tujuan wisata dalam musim dingin. Nah, tanggal 28 Desember yang lalu, aku sempat mampir ke Yomiuri Land, Kawasaki. Karena aku memang cuma mau melihat lampu-lampu saja maka aku hanya membeli Night Pass yang harganya cuma sekitar 1000 yen untuk dewasa. Night pass ini bisa dipakai mulai jam 4, yang memang pada musim dingin cepat gelap. Cocok deh.

Kami turun di stasiun Yomiuri Land Mae dari Odakyu line, untuk kemudian naik bus ke tamannya. Sebetulnya bisa juga naik Keio Line, dan dari situ bisa naik gondola ke tamannya. Tapi karena aku janjian dengan adikku yang tinggal di Odakyu line, jadi kami menggunakan bus saja. Sebelum pergi lebih baik pastikan dulu jadwal busnya supaya tidak terlalu lama menunggu, meskipun kalau berdiri di baris terdepan pasti dijamin bisa duduk dalam bus. Karena jalan mendaki untuk mencapai Yomiuri Land itu, cukup terjal, agak menyulitkan jika harus berdiri terus dalam bus. Kalau kakinya kuat sih tentu tidak apa-apa hehehe.

susah ya memadukan wajah dan latarnya

Begitu sampai di Yomiuri Land rasanya ingin berlari masuk saja, karena di pintu masuk saja sudah terlihat keindahan pemandangan berhiaskan lampu-lampu. Untung saja waktu itu tidak banyak pengunjung yang datang sehingga aku langsung bisa membeli karcis masuk dan masuk!

Tentu saja keindahan lampu-lampu itu ingin langsung diabadikan dengan memotretnya dari berbagai sudut, tapi aku belum bisa menguasai  cara memadukan foto diri dengan latar lampu-lampu dengan baik. Sulit ya!

supaya lega memang lebih enak berdua-dua

Karena anak-anak bosan dan kedinginan, kami tidak berkeliling taman, dan hanya antri untuk naik Kincir Ria yang harga karcisnya terpisah (600 yen). Karena kami berempat, sebetulnya bisa masuk satu kabin, tapi dengan sengaja kami pisah berdua-dua. Tumben Kai mau dengan kakaknya, sehingga aku bisa berdua adikku dalam satu kabin.

pemandangan dari atas Kincir Ria

Karena lega, kami bisa puas memotret dari atas, tapi angin yang masuk di sela-sela kabin cukup kencang dan membuat menggigil. Mungkin gara-gara ini pula, aku sempat masuk angin dan harus tidur seharian setelah itu.

tentu tak lupa swafoto di atas 😀

Iluminasi di Taman Yomiuri Land ini masih bisa dinikmati sampai tanggal 19 Februari 2017! Jadi masih bisa menikmati valentine di sini ya? hehehe Tapi pasti banyak orang dan antri tuh. Karena memang Yomiuri Land dianggap sebagai tempat melihat iluminasi nomor satu di Tokyo, dengan jumlah 4 juta lampu yang dipakai.

foto yang kami beli, diambil waktu sedang antri masuk Kincir Ria. Lumayan supaya ada kenang-kenangan foto berempat